Bab 1. Memergoki Abangku di kamar

211 54 9
                                    

Saat umurku 21 tahun. Akhirnya aku bisa membuat permohonan saat ulang tahun. Permohonanku setiap tahunnya masih sama. Aku hanya ingin menjadi penulis yang hebat dan terkenal di kalangan masyarakat.

5 tahun kemudian. Impianku menjadi penulis terkabulkan. Aku sudah menulis banyak sekali novel yang terbit. Bahkan aku harus mencari sponsor kesana kemari agar novelku bisa di jadikan film layar lebar.

Saat aku di kantor.

"Permisi Bu."

Namun sosok perempuan itu tidak menggubris perkataanku. Ia masih sibuk dengan laptopnya.

"Haduhh, apa lagi yah? Kosmetik udah, iklan DNA yang lainnya sudah aku masukan juga." ucap perempuan itu.

"Ibu, saya permisi pulang dulu yah." bisikku di dekat telinganya.

"Kamu mau kemana?" lalu perempuan itu menoleh ke arahku.

"Loh, kamu mau pulang?"

"Iya Bu, aku mau pulang dulu."

"Berapa hari kamu sudah disini? 1 bulan?"

"Tidak, saya disini sudah 1 tahun."

"Oh lama juga yah. Oke kalau gitu. Terima kasih atas kerja samanya yah. Kamu yang tinggal dengan adik lelaki itu yah?"

"Bukan Bu, saya tinggal dengan kakak lelaki saya."

"Oh, saya salah yah?"

"Engga Bu, beda sedikit aja katanya."

"Oh kamu yang tinggal di citayem itu ya?"

"Bukan Bu, saya tinggal di Bandung."

"Saya salah lagi ya?"

"Hmm, tidak Bu. Tidak salah lagi."

Seisi ruangan langsung hening.

Ring ring ring

Tiba-tiba saja telepon berbunyi.

"Siapa yah yang telepon jam segini. Oh iya, kamu boleh pergi." ucap atasannya.

"Baiklah, terima kasih ya Bu. Sampai jumpa lagi Bu di acara nanti." ucapku sambil menebarkan senyuman yang terbaik kepadanya.

Aku langsung keluar dari ruangan.

"Akhirnya, gua bisa pulang juga. Sekian lama tidak pulang. Akhirnya bisa pulang juga. Pokoknya setelah Sampai rumah, gua bakalan memanjakan tubuh ini. Yang sudah sekian lama bekerja bagaikan kuda. Setelah itu aku akan tidur seperti mayat." ucap batinku.

Aku pulang naik bis dari Jakarta ke Bandung.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. Akhirnya aku sudah sampai di Bandung. Suasana Bandung tidak pernah berubah. Selalu saja membuat hati sejuk dan damai.

Saat di depan rumah. Aku langsung memasuki rumah. Sudah tidak heran lagi jika rumah kakakku berantakan sekali. Aku menggelengkan kepalaku dan menghembuskan nafas dengan perlahan.

Aku langsung berjalan ke arah kamar tidur. Setelah itu, aku langsung membereskan rumah. Aku mngetuk pintu kamar.

Tok tok tok

"Gua pulang nih." teriakku.

Aku langsung bergegas membereskan rumah yang sudah terlihat seperti kapal pecah.

"Astaga, ini pakaian dalam siapa? Jijik banget sih." teriakku saat aku melihat pakaian dalam yang berserakan.

"Wey, buka pintunya. Gua udah pulang." ucapku sambil mengetuk pintu kamar. Aku langsung bergegas ke tempat cucian.

Saat aku merapihkan cucian. Aku menemukan pakaian dalam lawan jenis.

"Astaga, punya siapa sih ini?" gumamku sambil melempar pakaian dalam itu ke dalam keranjang.

"Woy Arkana! Gua udah balik nih." teriakku dengan kencang sekali.

"Padahal gua udah balik, tapi gua ga di sambut sama sekali." gumamku. Aku langsung menghembuskan nafas dengan perlahan. Langkah kakiku langsung berjalan ke arah kamar Arkana.

"Astaga, kencang banget sih lu denger musiknya. Kan gua udah bilang, rapihin rumah sama cuci pakaian dalam lu!" teriakku sambil melempar handuk yang ada di kepalaku.

Aku langsung mendobrak pintu kamar abangku.

"Udah gua kasih ta-tau." suaraku mulai mengecil saat aku melihat Abangku sedang berduaan di kamar dengan kekasihnya.

"Mata gua ternodai sama lu!" teriakku kepada mereka berdua. Aku langsung keluar kamar dengan menutup pintu dengan kencang sekali.

"Tunggu dulu manda!" Teriak Abangku.

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang