Where Is?

84 32 0
                                    

Begitu nikmat nya bisa bermimpi begitu lama sampai aku tak sadar waktu menunjukkan pukul 7 malam. Aku melamun sejenak. Melihat sekeliling kamar ku dan aku pun tersadar aku belum ganti baju.

Aku beranjak dari tempat tidur dan langsung ganti baju. Selesai ganti baju aku melihat handphone ku yang menyala, dan ternyata chat dari Bi lia.

" Non makan dulu yuk,bibi udah siapin makan."

"Non Bell"

"Non,bibi sudah siapkan makanan kesukaan non."

"Non ayo makan."

"Non kalo non ga makan nanti bibi bisa kena omel tuan."

"Non bell."

Aku hanya melihat nya dan tak membalas nya. Aku memikirkan nya, apakah bi lia juga takut terhadap papah? Seperti nya aku tak sendiri, ternyata bi lia juga takut dengan papah. Aku takut papah, kalo papah tiba-tiba berbicara dengan nada tinggi dan memukul meja. Lalu kemudian memegang kepala. Aku tak tahu mengapa papah seperti itu. Bahkan aku sering sekali digentak oleh papah, kalo aku tak mengikuti apa yang papah inginkan.

Sejenak aku melihat ke luar jendela. Melihat kesunyian malam. Aku memandangi langit. Aku melihat bulan yang sedang di temani oleh bintang. Dan aku ditemani oleh? Baiklah aku tak punya siapa pun. Aku tidak bisa bergaul dengan siapapun. Aku hanyalah aku yang pendiam dan tertutup kepada siapapun. Aku tak bisa cerita kepada siapapun. Aku tak bisa bernada tinggi jika bicara. Aku tak bisa! Aku tak bisa!

Tiba tiba handphone ku bergetar dan menyala. Aku merasa ponselku mengganggu suasana ku. Aku membuka layar dan melihat nya, ternyata chat dari pak bom bom.

" Non makan dulu yu, bi Lia sudah siapkan makanan kesukaan non."

"Non milabell."
Pak bom bom:"Non sudah waktu nya makan malam,ayo makan dulu."

"Non."

"Apa mau saya bawakan ke kamar non bell."

"Non bell."

Lagi lagi aku hanya memandangi nya dan tak membalas sepatah dua patah kata.

Aku melihat cermin yang telah memandangi ku sejak tadi. Aku tersenyum dan menangis di depan nya. Karena hanya padanya aku bisa melampiaskannya.

Pintu kamar ku pun seketika terdengar suara dari luar, aku pun bergegas menghapus air mata dan membuka pintu. Suara tua yang tak asing terdengar di telinga.

Suara itu adalah pak ceking. Nama asli pak ceking adalah Tarayono. Aku memanggil nya pak ceking karena badannya yang semakin hari semakin mengecil. Pak ceking adalah seorang tukang kebun di rumah papah. Pak ceking tak mengchatt ku di WhatsApp, karena ia tak memiliki handphone. Ia pernah bercerita padaku bahwa ia tak bisa memainkan nya.

" Non ayo makan dulu."

" Non Bell." (Sambil mengetuk)

Aku membuka kan pintu nya.

" Non apa mau di pesankan makanan luar."

Aku pun hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.

Lalu aku menuruni anak tangan satu persatu yang disusul oleh pak ceking. Aku melihat ke arah meja makan, apakah ada papah dan mamah. Ternyata di meja makan hanya ada seorang bi Lia yang menunggu aku. Aku tersenyum kepadanya.

" silahkan non." Sambil menyiapkan piring untuku.

Aku hanya tersenyum kepadanya.

Bi Lia menuju ke dapur. Aku melihat meja makan yang sunyi dan hening tanpa ada nya papah dan mamah. Aku menyantap makanan itu dan tidak menghabiskan nya karena harus ada ruang kosong di perut ku untuk susu. Bi Lia membawa kan susu pada ku.

" Silahkan non di minum susunya." Memberikan ku segelas susu.

Aku tersenyum lagi padanya. Aku segera menghabiskan susu nya.

Bi Lia memandangku seperti rasa kasihan tetapi sebal juga dengan tingkah laku ku yang terlalu pendiam dan terlalu irit pada saat berbicara. Selesai minum susu yang telah di buat kan bi Lia aku bergegas ke kamar dan mengunci pintu. Aku merebahkan diri sejenak.

Pak ceking.

Pak Bombom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Bombom.

Pak Bombom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang