"Terima kasih." Terukir senyum pada iras selepas petugas bandara menyerahkan paspor dan berkas penerbangan lain. Itikad baik; dikarenakan sang petugas tersenyum lebih dulu ke arahnya. Semua berkas sudah mendapat cap-yang berarti selesai sudah urusan dalam bilik imigrasi ini.
Sang dara melipir, membiarkan orang selanjutnya dalam barisan untuk maju menuntaskan urusan.
Tak.
Tak.
Tak.
Dalam hiruk-pikuk terdengar dentum langkah menyelinap berkat sol sepatu yang bertubrukan langsung dengan lantai. Tidak cukup keras untuk mencuri atensi khalayak ramai, tapi jelas dalam rungu sang empunya langkah. Perlahan, namun pasti, langkah membawa raga puan muda itu keluar menuju pelataran Bandara Incheon setuntasnya semua urusan administrasi. Terlihat paspor dan surat-surat lain masih bertengger dalam genggaman.
Yeom Sera, dua puluh tiga tahun, baru kembali dari liburannya di Jerman.
"Ah, rindu sekali." Sera bergumam, pelan, seiring tatapan teduh merajai. Dalam hati tersirat perasaan tak terungkap, mengingat ini adalah kepulangan dirinya setelah sekian lama. Kota tempat ia dilahirkan. Tempat yang tidak akan pernah ia lupakan. Bahagia sampai tak dapat dikira karena saat ini pasang tungkai kembali singgah di atas tanah kelahiran.
Akhirnya sang puan menginjakkan kaki lagi di Korea Selatan. Sedikit banyak Sera merindukan tempat yang sudah lama ia tinggalkan. Tidak terlalu banyak perubahan, ternyata. Ya, tentu saja karena dirinya bukan pergi untuk berpuluh-puluh tahun sehingga negara ini punya waktu untuk berkembang.
Arah pandang menelaah sekitar, dalam diam mencari barang satu ataupun dua orang yang barangkali dikenal. Perbuatan di luar kemampuan tangkap logika, sejujurnya. Sera sendiri tahu itu tidak mungkin karena kembalinya ia kemari juga bukan dengan berita. Jadi, siapa yang kau harapkan untuk datang, Yeom Sera?
Singgahlah pasang manik legam pada figur seorang pemuda. Entah sudah berapa lama, tapi saat putri Yeom menangkap dalam pandangan, pria itu tengah memandang ke arah dirinya. Jangan tanya kenapa karena Sera pun mempertanyakan hal itu dalam pikiran. Wajahnya boleh saja melihat ke arah laki-laki itu dengan datar; memang air wajah si gadis selalu seperti itu. Akan tetapi, dalam isi kepala tak henti-henti menguapkan pertanyaan seperti :
'Apa ada yang salah denganku?'
Yah ... hal-hal semacam itu, lah.
***
Ramainya suasana di Bandara membuat Byun Taeson merasa kurang nyaman. Terlebih, ketika harus menunggu dengan perasaan bosan yang tak lagi tertahan. Tubuh sang wira bersandar sementara kelima jari mengetuk-ngetuk kursi kosong di sampingnya; menciptakan alunan melodi. Ia memandangi kesibukan sekitar sebelum menghela napas berat. Ekor mata melirik arloji di tangan kiri, sudah lebih dari tiga puluh menit sejak Nam Kijeong meninggalkannya di sini dengan berdalih ingin mengurusi masalah administrasi atas penerbangan dari Jepang yang ternyata cukup banyak memakan cukup waktu.
Karena sudah kepalang bosan setengah mati dan tak ada lagi kegiatan para manusia di sekeliling yang dapat mengalihkannya dari rasa bosan, pada akhirnya Byun Taeson mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Ia memasukan sandi dan kemudian langsung membuka aplikasi pengiriman pesan. Secara otomatis Taeson membuka lagi percakapan dengan teman kencannya yang baru-baru ini ia temui. Senyum terlukis pada rupa sesaaat sebelum jemari menekan layar guna menelepon sang gadis. Namun belum sempat tersambung, tubuhnya langsung terdiam kaku setelah melihat sosok yang selama ini menjadi pujaan hati. Buru-buru ia menutup telepon dan kembali menatap ke arah sosok yang terlihat sangat mirip dengan Yeom Sera. Ia tak berkedip sama sekali-berusaha memastikan bahwa gadis tersebut memanglah Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit On You!
FanfictionYeom Sera (염세라), seorang mahasiswi yang baru saja pulang dari Jerman hendak kembali ke Korea Selatan untuk kembali belajar di negaranya sesuai perintah sang ayah. Suatu hari, Sera bertemu dengan Byun Taeson (변태선), orang yang menyukainya sejak dua ta...