Bagian 12 : Fallin' In Love

2 0 0
                                    

Di dalam ruangan berukuran cukup luas, sebuah raga tengah berbaring santai di atas ranjang bersprei putih. Byun Taeson membalut diri dengan sebuah selimut bermotif kota-kotak kecil seraya memandang langit-langit kamar. Suara dentingan jarum jam terdengar meski lamat-lamat. Sudah sejak tadi sang wira berusaha menutup kedua kelopak mata, namun nyatanya kantuk tak kunjung datang. Hatinya berdetak cepat sehingga setiap menutup mata suara yang terdengar hanyalah suara detak jantung sang pemuda.

Ia lantas memosisikan diri ke samping sambil terus memandang lurus—tak menggubris apapun di sekitar. Taeson kemudian menarik selimut sampai menutupi wajah. Tak lama berselang, ia kembali terletak membujur di atas ranjang dan segera menyingkirkan selimut dari wajah agar leluasa meraih oksigen. Kedua pipi merona merah jambu. Taeson tak mampu lagi menahan senyuman.

Byun Taeson terlihat begitu sumringah dengan senyum lebar serta sorot berbinar penuh kebahagiaan. Ia teringat oleh pertemuannya dengan Yeom Sera siang tadi. Hati sang pemuda Byun semakin berdetak tak karuan ketika benak mengingat potongan peristiwa demi peristiwa yang terjadi. Walaupun tidak menghabiskan terlalu banyak waktu bersama tetapi Taeson yang sudah lama menyimpan rasa kepada gadis Yeom tersebut berhasil dibuat menggila.

Pandangannya lurus menatap langit-langit kamar. Perlahan imajinasi Taeson menggambar rupa manis sang pujaan hati. Mata indahnya, hidungnya, hingga bibir ranum Yeom Sera yang seketika membuat detak jantung Taeson semakin tidak terkendali. Hari ini Yeom Sera benar-benar sangat manis dan menggemaskan—membuat hati Taeson terus merasakan getaran cinta semenjak tadi. Ia lantas menendang selimut berkali-kali seraya tersenyum lebar guna melampiaskan rasa bahagia yang semenjak tadi berusaha ditutupi.

***

Keheningan mendominasi kamar Kijeong yang kala itu nampak sepi lantaran masing-masing punggawa memiliki kesibukan tersendiri. Sementara salah satunya telah berbaring di kasur, sang pemilik kamar baru saja melepaskan pakaian rapi yang membalut raga untuk mengganti bajunya. Hari ini seperti hari biasanya. Selain pergi untuk bekerja, tak ada lagi hal menarik yang dilakukan Kijeong.

Ka-Talk!

Ka-Talk!

Kuasa segera meraih gawai pada saku manakala suara ringtone salah satu aplikasi chatting dari ponsel tertangkap oleh rungu. Pun atensinya terbagi pada notifikasi seraya lengan lainnya bergerak mengenakan sebuah kaos yang dipilih secara asal.

Esem manis tersematkan pada roman saat manik mendapati nama sang pujaan hati terpampang pada layar. Tentu saja, hanya gadis tersebut yang mampu membuat senyuman seorang Kijeong selebar itu. Kijeong segera mendudukkan diri pada sebuah kursi yang berada di sudut ruangan. Sekedar membalas pesan berisikan ungkapan saling rindu tersebut.

Bak sedang bersungguh-sungguh dalam ujian, pria itu terus menatapi layar dengan serius hanya untuk menuliskan balasan kepada Wooyeon. Tatapan tak dialihkan barang sedetikpun. Kijeong hanya menatap percakapan meskipun balasan belum didapatkan. Tiba-tiba dia sangat rindu dan ingin sekali bertemu dengan Wooyeon. Dibandingkan saling berbalas pesan, Kijeong lebih senang bertemu langsung untuk melepaskan rindu.

Manakala benak si model Nam tengah melalang buana, sebuah suara samar-samar yang dihasilkan oleh tendangan Taeson membuyarkan pikirannya. Sebab itulah Kijeong segera membalik posisi duduknya hanya untuk memastikan sang kawan yang berada tak jauh di hadapan. Ekpresi penuh kebingungan serta was-was menghiasi paras rupawan taruna Nam saat mendapati tingkah janggal dari Taeson. Apa dia baru saja melihat anak itu tersenyum? Sendirian?

“Ada apa sih dengan mukamu itu?”

Kijeong menyuarakan kebingungannya tersebut dengan menunjukkan sebuah rasa curiga secara terang-terangan. Sebagai seorang teman, dia ingin memastikan bahwa Taeson sehat-sehat saja.

Tatapan sama sekali tak dialihkan. Kijeong mengamati Taeson dengan pandangan menilai. Tidak biasanya adam Byun itu bertindak aneh tiba-tiba seperti ini tanpa alasan yang jelas. “Menemukan target baru untuk kau goda eoh?”

***

Senyum yang hadir pada roman wajah Byun Taeson seketika sirna saat rungu mendengar perkataan Nam Kijeong. Ia mendadak salah tingkah di hadapan sang rekan kerja sekaligus sahabatnya itu. Lirikan tajam Taeson arahkan pada si pemuda Nam. Raga segera bangkit dari posisi berbaring, lalu tanpa ragu kedua tangan meraih bantal dan melemparnya secara keras tepat di wajah Kijeong. Lantas, sang wira berdeham guna menghilangkan rasa malu. "Hah!" Taeson mendengus, kemudian melanjutkan ucapan. "Hei, Nam Kijeong, aku bukan orang seperti itu ya," tutur si taruna Byun secara ketus.

Walaupun sejujurnya pernyatannya tadi tidak sepenuhnya benar, tapi Taeson bersungguh-sungguh akan berhenti untuk menggoda atau menebar pesonanya di hadapan kaum hawa. Semua itu karena rasa cintanya yang begitu besar kepada Yeom Sera. Ia berjanji hanya akan mencintai sang puan selama sisa hidupnya. "Aku tidak akan mempermainkan hati wanita lagi ...," Lagi-lagi benaknya dipenuhi oleh wajah cantik Sera. Senyum manis gadis Yeom kembali terlintas di dalam pikiran. "... Karena aku sudah menemukan seseorang yang tepat," imbuh Byun Taeson seraya tersenyum tipis. Perasaannya terhadap Sera benar-benar tulus, ia sungguh menyayanginya dengan segenap hati—sejak dua tahun lalu hingga detik ini. Cinta yang dirasa tak pernahm emudar meski waktu terus berjalan. 

***

Gelak tawa lolos manakala ejekan tersebut dapat membuat Taeson yang sebelumnya tersenyum bak orang gila malah menjadi kesal dalam sekejap. Kuasa sigap menangkap lemparan batal dari Taeson, yang lalu telah berpindah tempat ke dalam pelukan adam Nam itu. “Huh, tidak seperti itu apanya,” cibir Kijeong saat sang kawan berusaha membantah.

Atensi perwira dialihkan kepada layar ponsel tanpa menaruh minat pada pembelaan sejawatnya. Lagipula dia tidak terlalu peduli dengan wanita yang menjadi target Taeson. Toh ini bukan seperti pertama kali pria itu berkencan tanpa keseriusan atau semacamnya.

Namun, pengakuan Taeson mampu kembali menyita seluruh perhatian Kijeong. Si pemuda penyandang marga Nam bahkan mengedipkan matanya dalam tiga hitungan selagi otak berusaha memproses ulang maksud dari kata-kata tersebut.

“Apa aku tidak salah dengar?”

Kijeong melemparkan pandangan tak percaya seraya tatapan mengarah lurus; berusaha membaca pikiran tolan di hadapannya. Untuk pertama kalinya, dia mendengar Taeson mengatakan hal-hal seperti ini. Lantas dalam satu hentakan, raga telah melompat berdiri dari tempat duduknya.

“Siapa?”

Rentetan kata yang menguar dari labium taruna Nam terdengar begitu menuntut sebuah jawaban. Bantal sudah tergeletak begitu saja di lantai sementara Kijeong justru memposisikan diri tepat di samping Taeson.

“Siapa orang tepat yang berhasil membuatmu begini?” Kijeong tak lagi bisa menyembunyikan senyuman saat menekan kata ‘orang tepat’ pada kalimatnya.

***

Wajah elok Yeom Sera masih terbayang-bayang membawa akalnya pergi melayangan. Ia dama sekali tidak mendengarkan ucapan Kijeong dan terus asyik melukis rupa Sera di dalam benak, sungguh Taeson tidak bisa berhenti memikirkan sang puan hingga detik ini.

'Siapa orang tepat yang berhasil membuatmu begini?'

Suara Kijeong membuyarkan segala lamunan Taeson tentang sang gadis. Pikiran yang sedaritadi melanglang buana segera kembali—menyadarkannya dari alam bawah sadar. Lantas, mata tajam melirik pemuda Nam dengan raut kesal. Untuk saat ini, Taeson belum berkeinginan untuk membuka identitas gadis yang berhasil membuatnya 'jera' bergonta-ganti pasangan kencan. Bisa-bisa, seharian Kijeong akan mengolok-oloknya jika mengetahui bahwa puan yang dimaksud adalah Yeom Sera.

Byun Taeson tidak menggubris perkataan Kijeong maupun melontarkan sepatah kata apapun. Tanpa memedulikan sang rekan, tangan kanan meraih bantal di samping ranjang lalu melemparkannya tepat ke arah pemuda Nam dengan cukup keras. "Ck, kau ini berisik sekali ya rupanya," jawab Taeson setelah sukses melempar bantal ke arah Kijeong. Biarlah sekarang menjadi rahasia yang ia simpan sendiri. Raga pewira Byun bangkit dari ranjang setelah puas meluapkan rasa kesal bercampur perasaan salah tingkah dengan melempar bantal pada rekan kerja sekaligus sahabatnya tersebut.

"Sudahlah, Kijeong-ah,." Taeson perlahan melangkah menuju pintu kamar. Ia hendak berpindah kamar guna melanjutkan kesibukannya memikirkan Sera. "Aku mau tidur," lanjut sang taruna—sama sekali tak memedulikan raut wajah Kijeong. "Tolong, jangan ganggu aku malam ini." Ia mmelayangkan senyum tipis sebelum melangkah keluar dari dalam kamar dan menutup pintu penuh semangat.

Spirit On You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang