Bagian 11 : Everland

0 0 0
                                    

Entah berapa lama sudah Sera mengekor pada ‘si konsultan cinta’, namun arloji di pergelangan tangan kiri sang puan sudah menunjukkan pukul dua tepat. Sinar matahari siang terasa sekali menerpa wajah; sangat hangat, cenderung panas. Terangkat sebelah daksina guna menghalau sedikit panas matahari agar tak terlalu menyengat.

“Taeson-ssi, bisa kita beristirahat lebih dulu? Aku lelah,” pinta Sera. Melihat beberapa peluh singgah pada dahi, pun deru napas sedikit memburu akibat lama berjalan kaki, terang kali kalau Yeom Sera butuh istirahat. Berjalan terus bisa-bisa membuat kakinya membengkak, nanti. Pfft, tidak, Sera tidak mau.

Putri Yeom mengedarkan arah pandang ke tiap-tiap sudut taman hiburan; berusaha mencari tempat untuk ia dan Taeson rehat sejenak. Lantas, diarahkan jari telunjuk kanan, ‘tuk mengacung ke salah satu tempat duduk kosong seraya berkata, “Kita duduk di sebelah sana saja.” Lepas bibir tertutup rapat, Sera melenggang dengan santai menuju objek yang sebelumnya ia tunjuk. Harus bergegas atau orang lain akan menempati lebih dulu—dan akhirnya mereka tidak akan kebagian tempat.

***

Sungguh hari yang indah bagi Byun Taeson. Meski awalnya merasa terkejut dengan kenyataan bahwa Yeom Sera hendak berkonsultasi untuk masalah percintaan kepadanya, namun kini sang taruna gembira karena mampu menghabiskan waktu bersama. Ia tak henti-hentinya tersenyum saat menyadari bahwa keduanya berjalan-jalan di sebuah taman. bak sepasang kekasih. "Baiklah," balas Taeson cerah dan mengikuti apa yang diinginkan oleh Yeom Sera.

Dalam perut sang wira terasa ada banyak kupu-kupu berterbangan tatkala keduanya duduk di sebuah kursi taman. Ekor mata melirik Sera kemudian kembali tersenyum cerah. Tangan meraih sebuah minuman yang ditaruh di samping raga lantas memberikannya kepada sang puan seraya menunjukkan senyum manis, "Kau pasti haus, minumlah ini." Taeson mengulurkan tangan agar si gadis Yeom dapat meraih minuman tersebut.

Pandangan mata lalu melirik ke segala arah; memperhatikan situasi sekitar taman. Sekilas ia merasa ada yang tengah mengikuti, namun Taeson tidak tahu apa atau siapa yang mengikuti mereka. Entah sosok manusia atau hanya seekor kucing yang kebetulan lewat. Sang wira berusaha menghilangkan rasa curiga dengan kembali memusatkan atensi pada Yeom Sera di sampingnya seraya mengembangkan senyum.

***

Raga sudah terduduk dengan nyaman dan angin segar turut ia rasakan berembus sedikit menghadirkan kesejukan. Menghalau sinar matahari dengan tangan, lantas mengibas telapak tangan sendiri untuk menambah angin penghasil sejuk. Pilihan tepat karena Sera meminta untuk istirahat sejenak.

Terulur sebelah kuasa, ‘tuk meraih minuman pemberian Taeson. Tak luput ucapan, “Terima kasih”, yang Sera ucapkan untuk minuman tersebut.

Sera membasahi kerongkongan lebih dulu sebelum menceritakan apa masalah sehingga Mirae membawanya pada si ‘konsultan’ cinta ini. Dahaga digilas habis berkat beberapa teguk air. Lega rasanya.

“Jadi, aku punya teman kencan.” Sera mulai angkat bicara; memecah keheningan di sekitar mereka dengan cerita—tidak, lebih tepatnya keluhan, yang ia punya. Perlahan, sisi Yeom Sera berusaha agar lebih terbuka.

Alih-alih menatap pemuda di samping, sang dara lebih memilih melabuhkan arah pandang pada objek lain. Sepasang iris hitam kecoklatan lurus menatap ke depan, sesekali mengedar ke tiap sudut taman lain. Objek labuhan pandang kini menjadi sembarang saja.

“Teman kencanku meminta agar aku berubah menjadi lebih penurut dan anggun,”-Sera menarik napas panjang-“tapi aku tidak bisa.”

Selepas berbicara barulah Sera mengalihkan atensi pada figur tuan Byun. Sera menatap Taeson; menunggu jawaban atau mungkin sekadar respons atas kalimatnya.

Spirit On You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang