Bagian 16 : Goodbye

0 0 0
                                    

Sepasang muda-mudi kembali dipertemukan, namun pada kesempatan, tempat, dan keadaan berbeda kali ini. Tak hanya beberapa poin tersebut yang berubah, melainkan atmosfer di antara keduanya yang juga ikut berubah. Paling tidak, itulah yang tengah Sera rasakan saat ini.

Tak dapat ia sembunyikan gelisah dan rasa semakin jauh dengan sosok di hadapan. Duduk berdekatan dan saling bertatap muka, pun sambil menyantap menu makanan yang sama, ternyata tak cukup untuk membuat Sera menganggap bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka berdua, yakni dirinya dan Minjun. Keberadaan Minjun di sana hanya menambah rasa kaku yang bahkan lebih aneh daripada saat keduanya bertemu untuk pertama kali dan memulai kencan buta tersebut.

Beberapa kali Sera mengangkat kepala guna mencuri pandang dengan si lawan jenis. Tidak memiliki maksud apapun, hanya saja ... Sera tengah berusaha membaca isi kepala sang taruna lewat guratan wajah. Akan tetapi, beberapa kali pula ia terpaksa harus menurunkan kembali pandangan saat dirasa putra Park sadar akan gelagatnya. Posisi serba salah dan Sera sukses dibuat bingung dengan praduga milik sendiri; jua sosok pria yang duduk di depannya.

“A—”

Terputus.

Urung Sera mengeluarkan suara karena Minjun lebih dulu memotong dan angkat bicara. Teringat bagaimana sifat Minjun selama mereka proses saling mengenal, akhirnya Sera memutuskan untuk lebih dulu mendengar pemuda itu berbicara.

***

Setelah kejadian tempo hari dimana Park Minjun meninggalkan Yeom Sera dipinggir jalan itu malam ini keduanya kembali dipertemukan dalam keadaan yang sangat canggung.

Meski kini ada sebuah meja yang memisahkan keduanya dan dihadapan masing-masing pun terdapat makanan yang tengah mereka santap. Atmosfer kecanggungan tak hilang dari meja tersebut. 

Dwimanik milik Park Minjun sesekali melirik ke arah sosok dihadapannya itu. Terlihat Yeom Sera yang cukup gelisah ntah mengapa. Apakah gadis itu merasakan apa yang juga dirasakan oleh Minjun saat ini? Si pemuda Park mengendikkan bahu lantas menyantap kembali makanan miliknya. 

Sejemang, keheningan melingkupi kedua anak muda itu, hingga pada akhirnya Minjun meletakkan kedua alat makan yang ia pegang kemudian menatap ke arah puan Yeom. 

"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan kencan ini," bariton beratnya pun membuka percakapan yang sedari tadi hanya diisi oleh embusan angin. "Kamu juga pasti merasakannya kalau kita berdua sangat tidak cocok. Lebih baik kita akhiri saja sampai disini," ucapnya lagi dengan suara yang terdengar sangat tenang seperti tidak pernah terjadi apapun diantara keduanya. 

Park Minjun terdiam sejenak, menunggu respon yang akan diberikan oleh gadis itu. Semoga saja respon yang diberikan oleh Yeom Sera tidak lagi memunculkan emosi didalam diri Minjun. 

***

Menunggu dan mendengarkan Park Minjun selesai berbicara mau tidak mau menghentikan aktivitas Sera menyantap makan malamnya. Daripada sibuk dengan makanan, Sera memilih untuk memberi telinga kepada sang tuan. Tak ingin dianggap tak menghargai, jua karena ia takut Minjun kembali sensitif dan berujung pada pertengkaran. Ah, tidak. Sera sudah cukup dan lelah berdebat dengan pemuda di hadapan. Menguras tenaga, pikirnya.

“Uhm, tidak masalah.” Sera menjawab diikuti sebuah anggukan; tanda dirinya mengerti dan setuju pada keputusan laki-laki itu. Untuk pertama kali sejak mereka berdua bertemu, Sera sepaham dengan pemikiran tuan Park. Dilihat juga memang mereka tidak cocok satu sama lain. Tidak ada keuntungan pula jikalau hubungan ini tetap bertahan.

Perihal ayah Sera ... ah, nanti saja Sera putuskan. Gadis itu yakin dirinya bisa memberikan penjelasan yang baik, nanti.

‘Ding’.

Bunyi terdengar dan berasal dari tas kecil yang Sera bawa. Denting notifikasi ponsel, lebih tepatnya. Dilihat sebentar bagian atas layar ponsel—sekadar memeriksa siapa pengirim dan apa pula isi pesan.

Itu pesan dari Kijeong. Dia mengajak Sera untuk bertemu. Sangat tiba-tiba sehingga Sera berpikir, ‘Ada apa?’, dalam hati. Apakah ada sesuatu yang penting?

***

'Uhm, tidak masalah.'

Sopran milik si puan masuk ke dalam rungunya membalas ucapan perpisahan yang beberapa saat lalu dilontarkan oleh si putra Park. Ntah mengapa ada sedikit rasa tidak enak dan tidak rela menyelimuti diri si pemuda itu. Namun, dengan cepat ia membuang perasaan tersebut dari dalam dirinya. 

"Aku akan berbicara dengan ayah nanti. Dan aku pastikan tidak akan ada masalah diantara kedua orang tua kita," ucap Park Minjun dengan nada suara yang terkesan cukup dingin. Lantas netranya melihat sosok gadis itu yang tengah disibukkan dengan ponsel genggamnya. 

Park Minjun berdecak, kemudian meraih kedua alat makannya lagi. "Habiskan makananmu. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang untuk yang terakhir kalinya," bariton sang lanang terdengar sangat tidak bersahabat kala mengucapkan kalimat tersebut. Tetapi Park Minjun sama sekali tidak peduli. Yang penting urusannya dengan Yeom Sera sudah selesai cukup sampai disini. 

Spirit On You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang