Chapter 6

226 24 5
                                        

Jinhwan kembali ke sekolah dengan mood yang tidak begitu bagus. Pembicaraannya dengan Mino semalam masih terngiang-ngiang dan tidak mau pergi dari kepalanya. Yang membuat Jinhwan kepikiran adalah Mino terlihat begitu serius ketika mengatakan untuk berhenti memusuhi Hanbin, seolah dia sedang mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi dan dia tidak bisa menghadapinya seorang diri. Jinhwan jadi galau. Dia ingin menanyakan alasannya semalam tapi dia merasa begitu tenang di sisi kakaknya hingga tanpa sadar jatuh tertidur sebelum berhasil melayangkan pertanyaan.

"Kim Jinhwanie!"

Jinhwan belum selesai dengan pikirannya ketika seseorang berseru heboh dari belakang. Dia menoleh dan mendapati dua sahabatnya yang entah bagaimana bisa datang bersama tengah melambai sambil berlari semangat ke arahnya. Jinhwan bahkan khawatir salah satu dari mereka akan terjatuh karena tersandung kaki sendiri sanking berlebihannya.

"Ya! Kim Jinhwan!" Jinhwan mengangkat sebelah alisnya begitu dua orang aneh itu sampai di depannya lengkap dengan cengiran bodoh yang membuat pusing kepala.

"Apa?" Ketusnya. Moodnya sedang tidak cukup bagus untuk meladeni dua sahabatnya yang kadang bisa membuatnya jengkel bukan main itu. dan lihatlah, bahkan setelah diberi respon dingin begitu mereka berdua tetap saja mengekorinya dengan ekspresi yang entah apa maksudnya.

"Hei, kau berhutang penjelasan pada kami, Jinanie!" Kening Jinhwan berkerut dalam.

"Berhutang penjelasan tentang apa?" Tanyanya bingung, membuahkan seulas senyum bodoh dari teman-temannya.

"Tentang kau yang pulang bersama B.I kemarin yang berhasil membuat satu sekolah gempar dengan berita tentang kalian berdua." Mendengar itu Jinhwan refleks memutar bola matanya malas.

"Tsk! Kupikir apa." Katanya sambil mendengus.

.

.

.

Di atap gedung sekolah yang lagi-lagi hanya ada B.I dan tentu saja Bobby sedang dalam suasana suram. Keduanya memutuskan untuk membolos kelas dan lebih memilih untuk melihat rekaman cctv hasil retasan Chanwoo yang baru saja dikirim sekitar tiga puluh menit yang lalu.

Baik B.I maupun Bobby, keduanya sama-sama mengerutkan kening tidak mengerti dengan isi video yang sedang mereka tonton itu. Rasanya mereka berdua tidak ingin mempercayai apa yang baru saja mereka lihat. Bahkan Bobby merasa tidak enak pada perutnya dan kepalanya menjadi sedikit pusing.

"Sudah hentikan, B.I-ah! Ini sudah tidak masuk akal."

Namja dengan dua tindik di alis kirinya itu memijat pelipisnya yang terasa pusing. Begitupun B.I yang setuju untuk menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana, lalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa kau yakin benar-benar ingin berurusan dengannya?" B.I menoleh, menatap Bobby yang ternyata tengah menatap ke arah lain. Dia membasahi bibirnya yang mulai terasa kering.

"Kalau kubilang aku akan tetap pada keputusanku, apa kau akan mundur?" Katanya membalikkan pertanyaan. Bobby menoleh dan mendengus, lalu terkekeh entah karena apa. Tangannya dengan tidak santai langsung memukul kaki B.I yang tidak jauh dari jangkauannya.

"Kau pasti bercanda." Ujarnya, menghasilkan senyum di bibir B.I juga. Lalu keduanya kembali bergurau sampai sebuah telepon menginterupsi mereka. Nama Junhoe terpampang di layar ponsel Bobby yang kemudian diangkat dengan cepat.

"Yeoboseo, June-ya?"

"Eoh, hyung! Aku hanya ingin mengabari kalau anak-anak di perbatasan kota melihat sekelompok geng motor memasuki Seoul. Tapi mereka tidak yakin apakah itu BlockB atau hanya kelompok lain yang kebetulan melewati wilayah kita."

Love ScenarioWhere stories live. Discover now