10

1.3K 30 4
                                    

Author POV

Beberapa hari setelah acara perjodohan antara Miya dan Ray, akhirnya mereka berdua kembali bersekolah karena liburan kenaikan kelas telah berakhir. Miya pun kembali ke rutinitasnya. Sedangkan Ray, cowok itu sudah kembali ke apartment miliknya tadi malam.

Pagi ini, lagi lagi meja makan ribut oleh kakak beradik yang seperti bocah. Siapa lagi kalau bukan Adam dan Miya.

"Balikin sendok gue nggak?!" teriak Miya.

"Ngapain lu seenak jidat ngambil sarapan gue?" balas Adam tak mau kalah.

"Gue laper bego" jelas Miya.

"Iya, tapi kan-"

"Udah cukup! Mendingan kalian sekolah sekarang daripada ribut terus" Alex memotong pembicaraan Adam.

Keduanya langsung terdiam. Karena Alex itu sangat berwibawa. Sangat mirip dengan Charlie. Tentu saja, Alex akan menjadi penerus perusahaan Charlie.

"Iya deh" kata Adam dan Miya berbarengan.

"Bun, yah, kami pergi dulu ya" pamit Alex lalu diikuti oleh Miya.

"Hati hati ya nak" pesan Diana.

"Siap bun!" kata Miya lalu mengejar Adam yang sudah berjalan menuju garasi.

***

Miya POV

Pagi yang cerah, dengan harapan baru dikelas baru. Semoga saja aku sekelas lagi dengan Ray. Aku hanya bisa berharap begitu. Karena setiap kenaikan kelas, para siswa akan diacak lagi.

Ekhem

Seperti ada suara deheman yang berasal dari belakangku. Dan pas aku berbalik badan, ternyata Ray, cowok yang barusan aku pikirkan. Jodoh emang.

"Woy curut!" sapa Ray dengan gaya khasnya.

"Apaan sih?" tanyaku kesal karena dipanggil curut.

"Nggak usah cemberut, ntar tambah jelek" what? Dengan santainya dia bilang gitu.

Aku membalikkan badan, membelakangi Ray. Ceritanya ngambek.

"Liat kelas, kuy" ajak Ray.

Aku diam. Tidak menanggapi ajakannya.

"Nggak usah ngambek" kata Ray.

Aku masih diam. Sampai-

"Aaaa, anjir! Turunin gue, nggak?!" Pekikku saat Ray menggendongku ala karung beras.

Iya, karung beras.

"Makanya jangan kebiasaan diemin orang" katanya lalu berjalan dengan santai menuju koridor sekolah.

Alhasil, kami sudah menjadi tontonan para siswa SMA Nusa Bangsa. Semuanya gara gara Ray usil bin nyebelin. Aku tetap memukul punggung cowok itu agar diturunkan. Tapi seakan tak terasa, Ray tak menghiraukan teriakan dan pukulanku. Ya sudahlah, yang bisa kulakukan hanya pasrah. Pasrah dengan kelakuan makhluk ini.

Sesampainya di depan kelas XI IPA 1, akhirnya aku diturunkan oleh Ray.

"Dasar berat" gumam Ray.

My Possessive Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang