11

8 1 0
                                    


Sudah seminggu Mico tak masuk sekolah kini ia sudah masuk seperti biasa lagi. Suasana koridor menuju kelasnya cukup ramai entah mereka tengah melakukan apa atau membicarakan apa. Filda dari arah kelasnya mendekat kearah Mico.

"Kak" panggilnya.

Mico berhenti menghadap kebelakang dimana Filda berdiri, dengan wajah yang belum terlalu sehat Mico tersenyum ke arah adiknya tersebut.

"Kenapa?"

"Nih, obatnya lupa ke bawa sama gue" menyodorkan plastik kecil ke arah kakaknya.

"Oh iya"

"Jangan lupa diminum entar" peringat Filda menatap kakaknya tajam. "Ya udah gue ke kelas" imbuhnya kemudian meninggalkan Mico.

Mico berbalik ingin melanjutkan langkahnya menuju kelas tapi seseorang merangkul dirinya dari belakang.

"Mic, udah sehat lo?" tanyanya.

"Udah, lepas rangkulan lo"

"Eh" melepaskan tangannya dari pundak temannya itu. "Sorry lah"

"Hmm" melangkah meninggalkan Reza temannya itu.

"Oy Mic, tungguin elah" menyusul Mico sambil membenarkan letak tas yang ia bawa.

***

"Fil" panggil Silvi dengan menyenggol tangan Filda.

Filda yang tengah memakan soimay miliknya terhenti.

"Kenapa?" tanyanya menatap Silvi yang berada di samping.

"Itu" Silvi menunjuk seseorang dengan mata miliknya.

Filda mengikuti arah yang dimaksud Silvi dan arah tersebut mengarah pada keempat lelaki yang tengah bercanda gurau tapi salah satu menatap dirinya terus.

"Kenapa Al natap lo terus?"

"Al?" tanya Dista yang sedari tadi memainkan handphone miliknya.

"Gue ga tau"

"Aneh tau ga Fil, dia natap lo serasa lo tu kayak musuh dia gitu" ucap Silvi dengan melirik Al sedikit.

"Enggak mungkin Sil" bantah Dista tak senang.

"Lo ga ngeliat Al natap Filda gimana? Liat lah"

Dista melirik sekilas kearah Al yang masih menatap Filda seperti ingin memakannya.

"Ngeri cuy"

"Nah kan, baru tau lo"

"Emang lo ada masalah sama Al Fil?" tanya Dista, ia ingin tau apakah sahabatnya itu memiliki masalah dengan Al.

"Enggak" yakin Filda.

"Tapi kok-"

"Udah lah, ga usah di bahas" ucap Filda melanjutkan makannya.

"Bener" ucap Vela yang sedari tadi diam.

"Ish" sebal Silvi, padahal dirinya ingin tau. Sebab tak mungkin jika mereka berdua tak memiliki masalah dengan Al yang menatap Filda seperti itu.

***

Kursi yang terletak di taman belakang rumah tengah diduduki gadis dengan memegang novel miliknya. Ia sangat menikmati cerita yang berada di dalamnya tanpa menyadari seseorang menatapnya tak suka.

Filda yang tengah senyum-senyum sendiri, terganggu dengan deheman milik seseorang. Filda menutup novelnya dan menatap seseorang yang berdiri di sampingnya.

Yang ditatap hanya diam dengan menatap Filda juga. Filda jengah, kenapa ia tak berbicara dan hanya diam saja.

"Apa?"

Geo menarik kursi yang berada di samping meja menuju ke depan Filda. Filda menatap bingung sepupunya itu.

"Fil" menunduk tak menatap Filda seperti tadi lagi.

"Kenapa? Jangan nunduk lah" ucapnya tak suka, jika Geo menunduk seperti itu.

"Temen gue suka lo" masih menunduk menatap rumput.

"Hah?" kagetnya, mungkin ia salah dengar. "Apaan tadi?".

"Temen gue suka lo" kini Geo menatap Filda, agar ia yakin.

"Enggak" ucap tak terima. "Kalo ada orang suka tu pasti dia bakal bilang sendiri, bukan malah dibilangin sama temennya" jelas Filda.

"Tapi ini bener Fil"

Sambil menggelengkan kepalanya "Enggak, enggak Ge".

"Dia ga berani bilang sama lo"

"Ge, lo kayaknya butuh istirahat deh" suruh Filda agar sepupunya itu istirahat, mungkin Geo lelah.

"Minggu, lo temenin gue ke taman" bangkitnya meletakkan kembali kursi yang ia gunakan. "Lo bakal tau" imbuhnya kemudian masuk meninggalkan Filda dengan kebingungannya.

"Siapa coba? Ya kali ada yang suka gue bilang sama Geo dulu" ucapnya heran sendiri dengan seseorang yang dimaksud oleh Geo.

***

VOTE AND KOMEN
THANKS

FildaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang