14 (end)

1.1K 131 5
                                    

Raka sedang berada dipinggir lapangan sekarang, diam sambil menendang kerikil kecil kearah lapangan.

Tentu ia masih marah perkara dirinya yang jelas-jelas ditolak Carisa kemarin.

Ga secara gamblang sih, tapi tetep aja sakit. Emang anak ABG tuh terlalu mendramatisir.

"Ngapain?" Hanan mendatangi Raka lalu duduk disampingnya.

"Duduk lah, gaada mata lo?" jawab Raka sambil mendelikan matanya.

"Weitsss weitss galak amat, Carisa?"

"Gua gampar lo nyebut namanya lagi."

"Tai lah, kalo gitu buat gua ya." kata Hanan bercanda tapi perkataan nya malah dihadiahi pukulan.

BUGH

"Duh! Gua bercanda ral, lo kenapa sih? Mika lagi boker nih gaada yang bisa misahin kalo kita berantem." Hanan memegangi ujung bibirnya yang berdarah sedikit, ia tidak berniat membalas karena ia tau kondisi Raka sekarang.

"Gua ga mood bercanda, pergi sana."

"Kalo gua kasih tau barusan Carisa jalan sama Hasfi gimana?"

"HAH? MATA LO MELEDAK." Raka langsung lari secepat mungkin dari lapanganan, meninggalkan Hanan yang baru saja ia jotos.

"Giliran Carisa aja cepet lo."

Benar saja kata Hanan, Carisa sedang berdua sambil bersenda gurau bersama Hasfi di kantin. Yang ada dipikiran Raka sekarang ingin menyingkirkan Hasfi secepat mungkin, tapi ia tau itu akan memperkeruh suasana.

"Kebanyakan mikir lo, sana samperin." ujar Jalu yang tiba-tiba ada dibelakang Raka.

"Kaget njir." ucap Raka sambil menengok kebelakang.

"Lagi berantem ama Carisa?" Tanya Jalu.

"Enggak." jawab Raka singkat.

"Gausah cemburu, Carisa emang temenan sama cowok. Temen ceweknya aja bisa diitung pake jari yang deket banget. Termasuk gua, Esa, Dion. Jadi buang semua pikiran gajelas lo, itu Hasfi kan emang anak bahasa jadi otomatis deket ama Carisa."

Raka cuma diam, tapi Jalu menjelaskan segalanya.

"Carisa itu lumayan dikenal anak cowok karena emang kayak cowok, liat aja kelakuannya. Ketuker jiwanya sama Dion. Tenang aja rak gaada kata friendzone diantara pertemanan kita berlima, kita pure saudara jadi gausah khawatir." sehabis itu Jalu langsung pergi begitu saja.

"Kenapa? Kok seharian kayak ngehindar gitu?" tanya Carisa to the point. Mereka sekarang sedang berada di pinggir jalan, lagi street food ceritanya.

"Gua.."

"Hm?"

"Tapi tolong jangan ngejauhin gua abis ngomong ini."

Carisa mengangguk

"Gua tau kita baru kenal tiga bulanan, itupun bukan karena hal baik. Jujur gua cemburu liat lo bisa ketawa lepas sama cowok lain kayak Hasfi tadi."

Carisa diam.

Benar-benar tidak berkutik dan bersuara.

"Lo.. gasuka ya sama gua?" tanya Raka lagi, kali ini sambil menunduk karena ia sudah benar-benar tidak percaya diri dengan perkataannya barusan.

"Gapapa kok."

Raka langsung menaikkan kepalanya, menatap Carisa kaget.

"Itu hak lo untuk suka sama siapa aja, makasih ya udah suka sama gua." ucap Carisa tersenyum sambil memegang tangan Raka.

"T-tapi ris."

"Gimana kalo gua bilang, kalo gua juga suka sama lo? Raka Yudhistira?"


boom

shakalaka




Raka yang mau pingsan malah.

"YASHHHHHHH!!." Raka sontak langsung memeluk Carisa, Carisa yang kaget cuma tertawa kecil sambil mengelus pundak Raka.

"LO TAUGA SIH GUA TAKUT DITOLAK, SOALNYA GAPERNAH. ABIS SIH LO SUSAH BANGET DIMENGERTI." Raka memeluk Carisa erat.

"Dih emang siapa yang nerima lo?" goda Carisa.

Raka langsung melepas pelukannya.

"Ris, maksud lo apa?" Raka menatap Carisa seakan matanya berkata "lo permainin gue?????"

"Ih serius banget pacarku, bercanda sayang." Carisa mencubit pipi Raka pelan.




"YAALLAH MAMAH AKU DIPANGGIL SAYANGGGG." Raka langsung teriak mengelilingi trotoar.

Duh karakter aslinya keluar.

"Eh udah! Malu Raka!" Ucap Carisa sambil menutup mukanya yang merah.

"Biarin yang penting dapet pacar!" Raka yang masih belum mampu mengontrol perasaan bahagianya, lalu menarik tangan Carisa untuk berlari bersamanya.








Carisa hanya menggeleng, tapi juga tersenyum. Karena hal ini ia percaya bahwa semua hal tidak berjalan sesuai dengan yang kita mau, kadang menyakitkan namun itu sementara. Tapi dibalik itu semua justru yang Maha Kuasa sedang menyiapkan pengganti yang seribu kali lebih baik dari yang sekarang.

Terima kasih Dimas, karena kamu aku bisa mengenal Raka.

Terima kasih Raka, karena kamu aku tau bahwa takdir itu tidak pernah salah.















•the end•








HUWAAAAAAAAAAAA akhirnya selesai juga cerita roman picisan ini, walau kadang ada beberapa waktu dimana susah banget buat update. Rasanya kayak ide tuh gamau dikeluarin gitu dari otak.

Makasih sekali lagi buat yang udah baca cerita ini, makasih juga untuk yang ngevote cerita ini. Bahkan untuk yang sekedar mampir aja atau masukin ke library makasih banget!!!

Kadang kalo lagi capek-capeknya nugas terus buka hp dan dapet notif dr wp kalo kalian lagi ngevote ceritaku itu bisa jd moodbooster banget!. Karena aku tau itu semua bentuk apresiasi kalian terhadap karya aku

Kadang aku suka ngerasa di remehin sama orang soal ceritaku, tapi banyak juga yang kasih dukungan. Nyatanya orang yang ngeremehin kadang gapunya karya apapun yg dia buat jadi buat apa berkecil hati? Ayo jadiin pacuan buat kalian bekerja semakin keras!!

Udah segitu dulu deh cuap-cuapnya, sampai jumpa di cerita yang lain~





감사합니다

h(i)gh ㅡhwang yunseong ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang