12

857 128 0
                                    

"Ngapain?"

Raka membawa beberapa buku yang ia ambil dari rak perpustakaan disamping Carisa yang sedang membaca sebuah buku, ya yang Rasa tau memang Carisa gemar membaca buku. Tapi bukan buku pelajaran.

"Lagi baca, emang ga liat." kata Carisa dengan suara yang dipelankan.

"Jutek banget sih." Raka hanya menimpali lalu duduk dan mulai mengerjakan tugas. Ini sudah jam pulang sekolah dan mereka berdua memutuskan untuk mengerjakan tugas bersama. Bisa dikatakan mereka sudah akrab walau kadang Carisa suka gabisa dikontrol kalau bicara.

"Raka, masa buku ini aneh deh." ucap Carisa sambil menunjukan satu halaman yang membuat ia bingung.

"Mana?" Raka langsung melihat ke halaman yang Carisa maksud.

"Buku ini bilang kalau manusia yang sudah meninggal memang nyawanya akan langsung sampai ke Tuhan, namun kalau punya tanggungan maka ia akan tetap berada di bumi. Ih emang gatakut apa ya diamuk pemuka agama, sesat begini. Mana ada di perpustakaan sekolah pula." jelas Carisa panjang lebar.

"Mungkin ini presepsi dari orang yang kurang percaya sama eksistensi Tuhan kali ris, emang kenapa sih? Sebegitu penasaran."

"Karena, entah beberapa hari ini gua udah ga ngerasa diikutin lagi." ucap Carisa sambil menatap Raka.

"Maksudnya?" tanya Raka bingung.

"Gua ngerasa diikutin rak, sama sesuatu yang gua gatau apa itu. Sejak gua ketemu lo sampai akhirnya pas kemarin kita baikkan."

"Jadi arah pembicaraan lo kemana?"

"Dimas, entah kenapa gua ngerasa dia yang selama ini ngikutin gua. Tapi gua gatau maksudnya apa, apa dia minta tolong atau gimana. Tapi sekarang gua udah ngerasa lega."

"Udahlah ris, jangan terlalu dipikirin. Itu bisa aja sugesti lo, gua yakin Dimas udah tenang di alamnya." kata Raka sambil mengelus pundak Carisa.

Carisa hanya mengangguk pelan lalu mulai mengerjakan tugasnya.

Carisa sedang jalan berdua menuju kantin bersama Elana, katanya sih laper padahal istirahat selesai setengah jam yang lalu. Dasar perut karung.

"Gimana lo sama Raka?" Tanya Elana.

"Apanya?" Kata Carisa sambil menoleh.

"Hubungan lo sapriiii." ucap Elana sambil menjitakku pelan.

"Baik-baik aja kok."

"Bukan itu anjrit."

Ah akhirnya Elana cursing juga

"Eeeh iya-iya maaf, hubungannya beneran baik kok. Gua udah sering chat dan ngobrol sama dia. Anaknya ternyata seperhatian itu kalo udah deket, pantes aja Hanan sama Mika setia banget sama dia. Kalo Dimas masih ada mungkin begitu kali ya." ucap Carisa pelan sambil menunduk.

"Heh udah ah gausah dibahas, lo jadi melow gini." ucap Elana sambil mengelus pundak Carisa.

"Eh iya El, lo katanya uhmm.." Carisa ingin bertanya namun ragu.

"Kenapa? Awas nih kalo ngomong nanggung."

"Lo putus ama Fadil?"

Elana terbelalak, pasalnya ia belum memberi tahu siapapun soal ini.

"Eung..ya gitu deh." sekarang malah Elana yang melow.

"Duh malah jadi galau, gimana kalo pulang nanti main ke timezone? Call?" tawar Carisa.

Elana tidak menjawab.

"Ayolah El, lupain sejenak masalah yang ada. Seneng-seneng dulu biar bisa mikirin solusi, oke?"

Elana cuma menganggukan kepalanya lemah, ya mungkin benar siapa tau dengan sedikit bersenang-senang ia akan tau harus bagaimana ia menanggapi Fadil kedepannya.











HALOOOO

Firstly mau bilang maaaaaf banget karena udah dibikin nunggu (geer) sama cerita ini, karena seriusan deh siklus hidupku skrng cuma sekolah-pulang-nugas-tidur hehehe. Tapi bakal diselesain sekitar 2 chapter lagi!

Dan maaf juga kalo pendek tiap update, karena bener-bener gaada inspirasi (karena udah jarang baca buku selain pelajaran) sooooo please support me till the end. Thank you ❤❤❤

h(i)gh ㅡhwang yunseong ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang