07

1.5K 206 17
                                    

Taeil terusik dari tidurnya ketika ia merasakan ada orang lain yang berbaring di sampingnya. Dirinya adalah seseorang yang mudah terbangun meskipun dengan sebuah gerakan kecil, dan seingatnya semalam ia tidur sendiri, karena Johnny bilang akan pulang sangat terlambat karena memiliki pekerjaan yang harus di selesaikan.

Tapi ketika membuka mata, ia sudah melihat suaminya ada disana, berbaring di sebelahnya.

“Apa aku membangunkanmu? Maaf.”

Taeil tersenyum kecil. “Ini jam berapa?”

“Empat… masih terlalu pagi untuk bangun.” Johnny menjawab dengan suara serak. “Ayo tidur lagi, aku sangat lelah.”

Taeil hanya mengangguk, membiarkan suaminya itu menarik selimut dan memeluk tubuhnya erat. Tapi―sesuatu yang aneh mengusiknya.

“John, kau baru tiba?”

“Hm. Kenapa?” Johnny menjawab, sementara kedua matanya sudah tertutup.

“Apa kau mandi?”

“Tidak.” Jawabnya lagi dengan santai. “Bolehkah aku mandi nanti saat aku bangun?”

Taeil menghela napas panjang. Ia mengangguk kecil dan menyamankan diri di pelukan tubuh lelaki yang sejak beberapa bulan yang lalu telah menjadi suaminya itu. “Eo. Maafkan aku…”

Tapi meskipun sudah beberapa menit berlalu, Taeil tetap tidak bisa tertidur kembali. Ia merasa sangat terganggu dengan seseorang yang sedang memeluknya.

Johnny tampak berbeda… aroma tubuhnya berbeda.

Entah apa yang sudah di lakukan lelaki itu sampai-sampai Taeil merasa jika aroma tubuh suaminya yang menurutnya selalu maskulin itu kini terasa berbeda. Seperti… Johnny sudah berada di tempat yang pengap untuk waktu yang lama?

Entahlah, Taeil tidak bisa mengerti. Padahal Johnny bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar, memiliki ruangannya sendiri dengan air conditioner dan penghangat ruangan yang membuat udaranya selalu terasa segar.

Apakah Johnny berbohong tentang pekerjaan yang membuatnya harus pulang sangat terlambat?

Taeil tidak ingin berpikiran buruk pada suaminya. Tapi… ia bukan tidak tahu bagaimana Johnny dengan sifat aslinya. Juga… bagaimana perasaan lelaki itu terhadapnya.

Kehidupan setelah pernikahan, membuat Taeil sedikitnya mengetahui beberapa fakta tentang siapa Seo Johnny.

Termasuk… cinta lelaki itu.

.

.

.

.

Doyoung tidak ingat apapun selain ketika ia mendapatkan pesan dari Jaehyun yang mengatakan bahwa lelaki itu akan menunggu di halte yang dekat dengan rumahnya.

Tanpa menunggu banyak waktu, Doyoung segera berganti pakaian dan berpamitan kepada ibunya. Setelah sampai di halte, dirinya tidak mendapati siapapun disana, mengirimi pesan pada Jaehyun namun tidak kunjung di balas, menghubunginya lewat panggilan pun percuma karena ponsel lelaki itu tampaknya sedang tidak aktif.

Kim Doyoung adalah seorang perempuan yang memiliki pemikiran yang baik. Jadi, ketika ia berada disana sendirian dan menunggu selama beberapa saat sementara nomor Jaehyun tidak bisa di hubungi, ia tidak merasa akan terjadi sesuatu.

Bahkan ketika seorang pria dengan hoodie hitam dan masker mendekat padanya, Doyoung masih bisa tersenyum dan melanjutkan menunggu Jaehyun disana.

Tapi sekarang, ia justru terbangun dengan kaki dan tangan yang tidak bisa bergerak―karena terikat dengan begitu kuat pada kursi yang sedang didudukinya.

Ia juga tidak bisa membuka mulut untuk berteriak dan meminta tolong, atau minimal bertanya siapa yang telah melakukan semua ini terhadapnya, karena sebuah kain terikat menutup mulutnya sehingga ia hanya bisa menangis sekarang.

Entah sudah berapa jam dirinya berada di tempat pengap dan gelap ini. Napasnya tidak beraturan, tubuhnya sakit, ia merasa lapar dan benar-benar ketakutan.

Tapi bahkan sejak tadi… ia tidak menemukan siapapun.

Yang ada di pikirannya hanya Jaehyun. Lelaki Jung itu sedang mencarinya, kan? Lelaki itu pasti mengkhawatirkannya, kan?

“Halo, nona Kim.”

Doyoung mendongak. Dengan tubuh yang gemetar, matanya menyipit untuk melihat siluet seseorang yang sedang melangkah mendekatinya.

“Hmmp! Hmmphhh!”

“Ow, ow… tenanglah, nona. Jangan banyak bergerak atau itu akan menyakiti dirimu sendiri.”

Lelaki asing itu bersimpuh diatas satu lututnya di hadapan Doyoung. Tapi meskipun begitu, Doyoung tetap tidak bisa menebak siapa dia.

“Ini sudah hampir pagi dan aku ingin memberimu makan, tapi sayangnya, seseorang yang memberiku pekerjaan ini tidak mengijinkanku untuk itu.”

Seseorang yang memberinya pekerjaan? Siapa?

“Tunggulah sampai dia datang dan menyapamu.” Ucapnya dengan suara pelan. Tangannya terulur, menyentuh dagu Doyoung yang langsung memalingkan wajah ke samping. “Paling cepat sekitar enam atau tujuh jam lagi. Jadi, tahanlah rasa lapar dan suaramu itu, hmm?”

Doyoung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia benar-benar tidak mengerti, apa salahnya hingga dirinya berakhir disini sekarang. Sementara lelaki di hadapannya… terasa begitu asing. Doyoung tidak mengenali sedikitpun perawakannya.

Ia menangis lagi. Peluhnya terus mengaliri pelipis dan wajahnya yang sudah berantakan.

“Oh, atau kau ingin tahu siapa yang memberiku pekerjaan ini? Yang membuatmu berada disini?”

“Hmmph hmpph!”

“Aku asumsikan sebagai ‘iya’.” Lelaki itu menyeringai, kemudian mendekat pada Doyoung yang segera menutup matanya kuat-kuat.

Namun, mendengar satu nama yang di bisikkan lelaki itu, mampu membuat sepasang mata kelinci yang lelah milik Doyoung terbelalak lebar, terkejut.

“Aku harap kau tidak terkejut, nona cantik… karena saat matahari sudah naik, dia akan menyapamu.”

Doyoung hanya berharap, Jaehyun akan segera menemukan dan menyelamatkannya secepat mungkin!

.

.

.

.

Next?

So SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang