13

1.8K 209 9
                                    

Jaehyun merasakan sakit dan sesak yang luar biasa ketika ia membawa Doyoung keluar dari gedung mengerikan itu saat hari sudah sangat gelap, Doyoung begitu ketakutan. Tangan gemetaran perempuan itu meremat pundak Jaehyun erat, meracau lemah dan pada akhirnya tidak sadarkan diri.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Jaehyun terus mengucapkan kata maaf. Ia sungguh menyesal karena tidak bisa menjaga calon istrinya dengan baik.

Hanya tinggal dua minggu lagi menuju hari bahagia mereka, pernikahan yang selama ini selalu mereka berdua impikan. Namun sesuatu yang tak terdua itu terjadi.

“Maafkan aku, sayang… maafkan aku.” Jaehyun terus menciumi puncak kepala calon istrinya. Tidak bisa di pungkiri jika dirinya sekarang menangis―dan Taeyong yang mengemudi untuknya hanya bisa menyaksikan seberapa menyesalnya seorang Jung Jaehyun dari spion atas mobil yang di kendarainya.

.

.

.

Sejak semalam, Jaehyun tidak beranjak dari posisinya yang duduk menjaga Doyoung di ruang rawat sebuah rumah sakit. Tangannya terus menggenggam tangan kurus perempuan itu, sesekali ia akan menciuminya dengan lembut.

“Jaehyun, pulanglah dulu. Kau harus istirahat walaupun hanya sebentar.” Nyonya Kim menyentuh pundak calon menantunya lembut, senyumannya yang cantik terukir di wajahnya yang masih terlihat muda. “Kau hampir tidak tidur semalaman.”

“Tidak, eomeoni.” Jaehyun menjawab tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Doyoung yang masih tertidur. “Aku akan tetap disini.”

“Tapi, sayang, setidaknya kau harus membersihkan dirimu. Kau harus makan, kau juga harus tidur.”

“Nanti―aku akan melakukannya nanti, setelah Doyoung bangun agar aku bisa pamit untuk pulang sebentar.”

Ibu Doyoung itu hanya menghela napas panjang. Percuma ia memaksa Jaehyun, karena ia sangat tahu jika laki-laki putra pertama Jung Yunho itu akan sangat keras kepala jika menyangkut Doyoung.

“Baiklah, terserah padamu saja.” Ucap nyonya Kim dengan senyuman. “Aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan. Tidak apa-apa, kan, sayang?”

Jaehyun mengangguk―meskipun ia tahu jika apa yang dilakukannya itu sangat tidak sopan terhadap calon ibu mertuanya, tapi Jaehyun berharap jika mereka bisa mengerti keadaannya saat ini. Jika dirinya begitu ingin selalu bersama Doyoung dan tidak ingin melepaskannya barang satu detik.

“Jaehyun…” Kali ini yang terdengar adalah suara Kim Junmyeon, ayah dari calon istrinya. “…kau tidak ingin menemui Seo Johnny?”

“Untuk apa?”

“Bicara.”

“Tidak ada yang perlu aku bicarakan dengannya, abeonim.” Jaehyun memejamkan mata, mencoba untuk tidak emosi begitu tuan Kim menyebut satu nama yang kini di bencinya. “Sekarang, aku tidak ingin tahu apa yang terjadi padanya… aku tidak peduli.”

“Jaehyun…”

“Aku hanya ingin dia mendapatkan balasan untuk apa yang telah dilakukannya pada Doyoung. Abeonim bisa menjamin itu untukku, kan?”

Junmyeon terdiam. Dirinya, sebagai ayah dari Doyoung yang telah di perlakukan sebegitu buruk oleh Seo Johnny juga merasa sakit hati. Tapi, semua keputusannya ada dalam hukum yang membayanginya.

“Dan aku mohon, untuk Lucas dan juga adiknya, tolong jamin mereka.”

.

.

.

Taeil memandang nanar pada sosok suaminya dari balik sebuah kaca yang menjadi batas diantara mereka. “Kau membuatku terkejut, John… aku tidak menyangka―”

“Sayang, aku tidak melakukannya. Kau tahu sendiri aku pergi bekerja di pagi hari, dengan pekerjaanku yang menumpuk aku tidak akan memiliki waktu untuk melakukan itu.”

Taeil hanya menggigit bibir bawahnya ketika melihat tingkah Johnny yang seperti itu.

“Semua adalah ulah Lee Taeyong. Kita semua tahu dialah yang paling mencintai Doyoung. Aku―aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Doyoung… aku hanya mencintaimu, sayang… aku sudah menikah denganmu.”

“Kau sakit, John.”

Suaminya mengerutkan dahi. “Hey! Kau menyumpahi suamimu sendiri?”

Hah! Suami? Rasanya… Taeil sangat sakit mendengarnya.

“Aku sudah melihat ruangan merah di rumahmu.” Taeil tersenyum simpul. “Sekarang aku tahu alasan kenapa kau tidak pernah mengajakku kesana, apalagi untuk tinggal disana. Karena disana, kau mempunyai banyak foto Doyoung.”

“Sayang―”

“Dan kau terlihat seperti seorang psikopat mesum yang menguntit Doyoung, memotretnya, memiliki fotonya dengan busana minim―aku sangat menyesal karena suamiku melakukan itu pada sahabatku sendiri.” Air mata tidak dapat Taeil bendung. Wanita cantik itu buru-buru mengusap pipinya yang basah. “Aku akan meminta maaf pada Doyoung atas semua yang kau lakukan padanya.”

Johnny diam saja tak berbicara.

“Aku tidak apa-apa, John, sungguh. Kau tahu, aku selalu memaafkanmu dan akan menunggumu.” Wanita itu beranjak dari duduknya. Dengan kesedihan yang tak terbendung, Taeil menatap tepat di mata suaminya. “Karena dia… akan membutuhkan ayahnya.”

Taeil mengusap perutnya dengan lembut. Senyum di wajah basah Taeil memukul telak seorang Seo Johnny.

Begitu istrinya pergi, rasa sesal itu membuatnya termenung.

Kehidupan pernikahannya dengan Taeil seharusnya berjalan normal jika dirinya tidak berbuat macam-macam.

Taeyong mencintai Doyoung, tapi dia telah menyerah karena tahu jika Doyoung telah memiliki dan miliki oleh Jaehyun. Taeyong juga telah menemukan seseorang yang menjadi tempatnya pulang, seorang perempuan bernama Ten.

Dan kenapa Johnny tidak bisa seperti itu? Mencoba untuk melepaskan Doyoung, melupakan Doyoung―dan hidup bahagia dengan istrinya, Moon Taeil?

Sekarang, Taeil sedang mengandung calon bayi mereka di perutnya, seharusnya ini adalah momen yang paling membuatnya bahagia. Tapi, entahlah.

Seo Johnny memang sakit.

.

.

.

.

Next?

So SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang