06

1.4K 190 3
                                    

Jaehyun merasakan kepalanya benar-benar sakit sekarang. Ini sudah tengah malam dan ia baru sampai di rumah tanpa mendapatkan petunjuk apapun tentang dimana Doyoung berada sekarang.

Pakaiannya berantakan, rambutnya sudah acak-acakan, wajahnya terlihat lelah serta tubuhnya yang sedikit lemas karena ia melewatkan makan malam dan terus berkendara.

“Jaehyun!”

Lelaki itu mengangkat wajah, tersenyum simpul kepada ibunya yang baru saja datang mendekat. “Oh, eomma.” Ia bergumam, mengusap wajahnya kasar karena rasa frustasi.

“Ayah dan ibu Doyoung ada disini,” Ibunya memberitahu. “Masuklah… ada yang harus kami tunjukkan padamu.”

Jaehyun hanya mengangguk setelah membuang napas panjang. Langkah kakinya yang gontai ia bawa untuk mengekori ibunya ke ruang keluarga, dimana disana ia sudah melihat calon mertuanya duduk berdampingan dengan gelisah.

Jaehyun memberikan senyum seadanya. Bukan tidak sopan, tapi ia yakin mereka juga mengerti keadaannya sekarang.

“Maafkan aku,” Jaehyun bersuara lirih. Ia duduk di samping ibunya, kemudian menatap setiap pasang mata yang ada disana―termasuk Jeno. “Aku tidak menemukan apapun setelah berkeliling Seoul.”

“…”

“Aku juga sudah menghubungi polisi, tapi mereka berkata bahwa ini belum 24 jam.”

Yunho menepuk bahu Jaehyun, mencoba untuk menenangkannya. “Sekarang, mereka sudah menerima laporannya.” Ayahnya berkata, membuat sepasang mata lelah Jaehyun terbuka lebar.

“Bagaimana bisa? Mereka berkata padaku, setidaknya harus menunggu 24 jam.”

Yunho menggelengkan kepalanya. Kemudian, tangannya bergerak, mengambil ponselnya yang berada diatas meja untuk di tunjukkan kepada putranya. “Orang suruhan kita menemukan rekaman ini dari cctv jalan.”

Jaehyun lantas membawa ponsel sang ayah ke dalam genggamannya, ingin melihat apa yang ada di layar itu. Sebuah video cctv yang menunjukkan keberadaan Doyoung disana.

“Ini―dimana?” Suara Jaehyun tercekat.

“Halte dekat rumah, seperti yang kukatakan tadi.”

Jaehyun mendongak, menatap nyonya Kim dengan tatapan tidak percaya. Ia kembali fokus pada video yang masih terputar, melihat detik demi detik yang berlalu dengan penuh atensi.

Sampai kedatangan seorang laki-laki tinggi berhoodie hitam yang membelakangi cctv membuat Jaehyun semakin mengerutkan dahi.

“Orang itu sepertinya mengetahui letak cctv. Dia datang dengan posisi membelakangi kamera, kemudian berhasil membuat Doyoung tidak terlihat dari jarak pandang kamera cctv jalanan itu.”

Penjelasan ayahnya itu membuat kepala Jaehyun semakin terasa sakit. Dilihat berapa kali pun, memang terlihat jelas jika laki-laki itulah yang kemungkinan besar telah melakukan sesuatu pada Doyoung tepat di halte yang sedang sepi.

Jaehyun membuang napas kasar. Ia menyimpan ponsel ayahnya diatas meja kemudian menatap adiknya dengan tegas.

Jeno, yang ditatap seperti itu membesarkan bola matanya. “K―kenapa, hyung?”

“Kau sedang apa duduk disana?”

“Huh?”

“Ini sudah larut malam dan besok kau masih harus sekolah. Naik ke kamarmu dan segera tidur.”

“Tapi, hyung―”

“Jangan membuat kepalaku semakin sakit, Jung Jeno!”

Jeno mengerti jika kakaknya itu mungkin sedang kalut sekarang. Jadi, setelah diberi kode lewat tatapan mata oleh ibunya, ia segera beranjak dan memberi salam kepada tuan dan nyonya Kim, segera naik ke kamarnya untuk tidur seperti apa kata Jaehyun.

“Appa, aku ingin meminta sesuatu padamu.”

Yunho menatap putra pertamanya itu kebingungan. “Apa?”

“Hubungi lebih banyak orang kita untuk terus mencari Doyoung. Dan… bukankah appa memiliki banyak kenalan di kepolisian? Kumohon appa, minta mereka untuk segera menemukan Doyoung-ku.” Suaranya terdengar putus asa, dan semua orang yang ada disana sangat mengerti dengan keadaan Jaehyun sekarang.

Jaehyun itu… sangan mencintai Doyoung. Sangat besar dan tulus.

“Ya, appa akan melakukannya.” Kemudian, Yunho melihat Jaehyun yang beranjak akan pergi. “Kau mau kemana lagi?”

“Mencari Doyoung.”

“Jae, tapi kau baru sampai di rumah dan bahkan kau terlihat sangat berantakan.” Ibunya berkata khawatir. “Eomma yakin kau pasti belum makan―”

“Aku tidak bisa bersantai-santai seperti itu saat aku tidak tahu apakah Doyoung baik-baik saja atu tidak.” Mata Jaehyun terpejam lelah, namun tetap melanjutkan langkah menjauh dari keluarganya. “Tenang saja, aku tahu apa yang harus aku lakukan.”

“Jung Jaehyun.”

Itu suara calon ayah mertuanya. Membuat langkah Jaehyun terhenti dan memberikan senyum terbaik. “Abeonim, aku berjanji akan menemukan Doyoung secepatnya.”

Ia segera keluar dari rumah, kembali masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai kendaraan roda empat itu menuju ke suatu tempat.

“Lee Taeyong, aku tidak akan mengampunimu jika benar kau adalah orang yang telah mengambil Doyoung dariku!”

Jaehyun tidak tahu kenapa semua pikiran buruknya tentang sang calon istri kini berpusat pada seorang Lee Taeyong. Ia tahu fakta bahwa Taeyong sangat mencintai Doyoung, meskipun telah memiliki Ten, tapi Jaehyun merasa Taeyong tetap memandang kekasihnya seperti dulu.

Ditambah keberadaan Taeyong yang seharian ini tidak di ketahui, nomor telepon yang sulit di hubungi juga kecanggungan Taeyong semenjak ia memberitahu kabar pernikahannya, membuat Jaehyun secara spontan berpikir bahwa hilangnya Doyoung itu berawal dari seorang Lee Taeyong.

.

.

.

.

Next?

So SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang