14

1.8K 209 9
                                    

Jaehyun memandang Doyoung dengan raut yang sulit untuk di artikan. Sepasang matanya tertuju pada sosok perempuan yang kini tengah merajuk tersebut.

“Tidak bisa, sayang…”

“Tapi, Jaehyun… aku ingin pulang. Aku tidak ingin disini.” Sekarang, nadanya terdengar merengek. Doyoung tampak tidak peduli pada Jaehyun yang kini duduk berhadapan dengannya―lelaki itu duduk di sebuah kursi sementara dirinya terduduk di samping ranjang rawatnya dengan kaki telanjangnya yang hampir menyentuh lantai. “Aku merasa sudah lebih baik.”

“Lebih baik apanya?” Tanya Jaehyun serius. “Infusmu saja baru suster ganti dengan yang baru satu jam yang lalu, kau lihat, cairannya masih penuh.”

Doyoung cemberut ketika ia melihat pada labu berisi cairan infus yang masih tersisa sangat banyak itu.

“Dengar, Doyoung… kau akan tetap disini sampai kau sembuh total.”

“Tapi sampai kapan?”

Jaehyun tidak segera menjawab. Ia hanya menghela napas panjang dengan senyuman kecil. Kedua tangannya bergerak, meraih sepasang tangan kurus calon istrinya untuk di genggam.

“Sampai bekas luka ini hilang…” Jaehyun mengusap luka memar di pergelangan tangan Doyoung―itu bekas tali yang mengikatnya kuat tempo hari, omong-omong. “…sampai warna keunguan di kakimu memudar…” Jaehyun melirik kaki Doyoung yang menggantung, melihat pada memar di pergelangan kaki cantik calon istrinya. “…sampai luka di wajahmu membaik…” Dilihatnya, luka di sudut bibir dan sudut mata Doyoung yang membuatnya merasa sakit hati.

“Jaehyun―”

Iya, semua luka-luka dan memar itu adalah perbuatan Seo Johnny.

Semuanya.

“Tidak―yang lebih penting adalah kesehatanmu.” Jaehyun tersenyum, semakin menggenggam lembut tangan Doyoung. “Lambungmu masih belum membaik. Kau masih menolak untuk makan karena perutmu sakit, kan? Setidaknya, aku harus memastikan dulu tentang itu baru aku akan setuju jika kau mau pulang.”

Doyoung meringis. Memang, akibat dari dirinya yang tidak makan dan minum di hari dimana ia di sekap oleh Johnny, membuat maag-nya kambuh hingga lambungnya selalu terasa sakit bahkan sampai hari ini.

“Tapi aku ingin pulang…” Doyoung memelas. “…aku bisa dirawat di rumah, kan?”

“Kau tidak kasihan padaku, hm?”

“Jae!”

“Aku mengkhawatirkanmu… aku cemas… aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja dan sehat seperti sebelumnya. Apa salah?”

Doyoung melihatnya―sejak siuman, ia bisa melihat sinar mata Jaehyun yang redup karena mengkhawatirkannya. Hanya saja… terkadang Doyoung sangat kekanakan.

“Kumohon… kali ini saja, menurut padaku, ya? Tetap disini, kita rawat dirimu sampai kau sembuh, baru setelah itu kau boleh pulang dan beraktifitas seperti biasanya. Hm?”

Perempuan cantik putri tunggal keluarga Kim itu menundukkan kepalanya, mencoba untuk menyembunyikan ekspresi sedih yang terlihat di wajahnya.

“Sayang―”

“Tapi aku ingin pulang. Aku ingin bertemu wedding organizer lagi dan membicarakan persiapan pernikahan.”

Jaehyun semakin mengeratkan genggaman tangannya. Ia bukan tidak tahu jika Doyoung sedang mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis sekarang.

Tapi, Jaehyun harus mengatakan ini…

“Pernikahannya kita tunda. Ya?”

Doyoung segera mendongak, menatap Jaehyun tidak percaya. Sepasang mata kelincinya membola lebar―tampak sangat terkejut. “JAE!”

So SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang