15. modus

11 1 0
                                    

"mau kan?" Pemuda itu menatap Anin yang masih berdiri di depan pintu .

"Tunggu gua ganti baju dulu," balas Anin

"Anin!"teriak Raffi

"Ada apa?"

"Jangan dandan,"

"Kenapa?"

"Lo udah cantik tar kalau dandan tambah cantik hehe ," ujar Raffi

"Dasar buaya " Anin memutarkan bola matanya malas . Ia langsung menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

"Mah Anin mau keluar sebentar yak,"ucapnya sambil mencium telapak tangan sang mamah .

"Sama pacar kamu?" Tanya sang mamah .

"Bukan pacar mah , cuman temen " kata Anin

"Yaudah hati hati,"

"Assalamu'alaikum mah,"

"Waalaikumsalam sayang ,"

Setelah berpamitan Anin keluar rumah dengan kaos oblong berwarna hitam yang kontras dengan warna kulitnya dan celana rumahan tak lupa sendal jepit .

"Ayo ," ajak Anin singkat

"Nin ," panggil Raffi

"Kenapa ? Kita makan di depan gang rumah gua aja disitu bakso nya enak," jelas Anin yang diangguki Raffi

Sedangkan Raffi hanya menurut saja .

"Padahal gua udah ganteng kaya Jefri Nichole gini, pake celana robek- robek eh cuman makan bakso" batin Raffi

"Raffi," Anin menepuk pundak Raffi yang membuat dia kembali terfokus kepada Anin.

"Eh iya ayo naik nin," ucapnya sambil menaiki motor nya yang diikuti oleh Anin .

Selama perjalanan tak ada yang bersuara sampai akhirnya dia sudah sampai di tempat yang di tuju, hanya 10 menit untuk sampai di warung bakso dekat rumah Anin. Sesampainya tanpa menunggu Raffi dia masuk kedalam warung bakso tersebut dan memesan dua mangkuk bakso .

"Jangan pedes pedes Anin," ucap Raffi mengambil alih sendok sambal dan menjauhkannya dari Anin.

"Dua sendok lagi pliss," kata Anin sambil berusaha mengambil tempat sambal itu .

"Engga!" balas Raffi galak

"Satu sendok lagii deh ," tawar Anin

"Engga Anindya !" balas Raffi masih galak

" Set-,"

"Sekali lagi ngomong gua cium nih ," kata Raffi memotong perkataan Anin.

"Ihhh modus," Anin mencubit tangan Raffi membuat Raffi meringis kesakitan .

"Aduhh iya iya ampun nin," ucap Raffi sambil tertawa dan berusaha melepaskan tangan Anin .

Berikut nya Anin berhenti mencubit  tangan Raffi dan membuat ia terdiam karena tiba tiba Raffi mengatakan hal yang sangat berpengaruh pada hatinya .





"gua sayang Lo nin,"

       ••••••

Waktu sudah menunjukkan jam setengah delapan pemuda yang sedari tadi berkutat dengan kegiatannya kini berhenti dari aktivitasnya karena nada dering dari telepon bersuara.

Drettttt dretttttt

Pemuda itu hanya meliriknya saja tanpa minat untuk mengambil benda pipih tersebut. Ia menghela nafasnya panjang dan merebahkan diri di kasur empuknya.

Anindya  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang