Chapter 8 [Sudah Revisi]

16.2K 468 2
                                    

"Di kasih pelajaran, malah ngelunjak! Awas aja lo upik abu," gumam Sasa sambil tersenyum smirk.

Sasa dan lainnya menghampiri Olin yang sedang bercanda bersama David. "Di suruh bangun tenda, malah asik berduaan!"

"Kenapa? Lo iri?" tanya David sambil menatap dingin ke arah Sasa dan anteknya.

"Dih! Iri sama upik abu? Nggak level!" ejek Sasa sambil mengibaskan rambutnya, lalu mendorong bahu Olin. Hingga membuatnya hampir terjungkal ke belakang.

Untung David segera menopang tubuhnya, jadinya ia tidak jatuh akibat dorongan Sasa. Lalu David menatap tajam ke Sasa.

"Lo semua! Sampe berani nyakitin Olin, jangan harap hidup lo tenang." Ancam David sambil menatap mereka satu persatu.

Sasa hanya berdecih, lalu melesat pergi. David langsung menatap gadis itu yang sedang menundukkan kepalanya.

"Jangan sedih, biasanya lo bawel, orang bawel nggak pantes sedih." David berusaha menghiburnya, dan hal itu berhasil membuatnya tertawa.

"Nyebelin!" Olin ingin mencubit lelaki itu, namun David segera menghindar, lalu berlari pergi.

Waktu mulai larut, hari semakin sore. Lagi-lagi dirinya disuruh oleh Dea untuk mengambil air di sungai. Olin hanya mengangguk patuh, ia tidak keberatan walau dirinya hanya bekerja seorang diri.

Ia berjalan menuju sungai yang ada di hutan ini, dengan sebuah ember yang berada di genggamannya. Saat dirinya ingin mengambil air di sungai tersebut, tubuhnya di dorong oleh seseorang. Hingga membuatnya tercebur di dalam sungai.

"Tolong! Hah, hah, tolong!" jeritnya sambil melambaikan tangan, lagi-lagi David datang bak super hero. Ia ikut menyebur di sungai tersebut, lalu menggendong tubuh mungilnya ke tepi sungai.

Sasa menghentakkan kakinya di tanah dengan kesal, lagi-lagi dirinya gagal untuk mencelakakan gadis upik abu itu.

"Lo yang udah celakain Olin?" tanya David.

"Orang gue nggak sengaja, gue mau nepuk bahunya. Eh! Malah kedorong," kata Sasa.

"Gue minta, lo minta maaf sama Olin, atau gue aduin tindakan lo ke guru?" Sasa dan para anteknya gelagapan.

"Nggak ada pilihan lain?" tanya Risti dengan tatapan melasnya, David tetep keukeuh untuk menyuruh mereka minta maaf pada gadis itu. "Pilih mana? Opsi satu, atau dua?"

"Masa iya, gue minta maaf sama upik abu! Yang ada tangan gue kuman semua." Emosi David sudah tak terbendung lagi, andai mereka bukan wanita. Pasti sudah habis ia hajar. "Berarti lo pilih opsi kedua."

Saat David hendak beranjak, Sasa langsung mencegahnya dengan raut sebalnya. "Oke! Gue minta maaf sama upik abu."

"Nama dia O.L.I.N! Bukan upik abu," kata David sambil mempertegas nama gadis itu.

Olin yang sedari tadi diam hanya bisa tersenyum dalam hati, dengan perlakuan David padanya. "Udah nggak papa, kalian nggak usah minta maaf."

"Tuh! Kata upik abu aja nggak papa." Setelah mengatakan itu, Sasa berbalik badan untuk melesat pergi. Namun David mencegah langkah mereka. "Minta maaf? Atau gue laporin ke guru?"

Thank You Olline [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang