Olin membuka pintu, dan di sana sudah ada David yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku.
"David?" bingung Olin.
Lalu Mamah Julia datang, dan mereka berdua berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Selama di mobil, tidak ada yang berbicara. Sebenarnya Olin ingin memberikan bekal itu untuk David. Namun ia malu. David melirik sekilas ke arah Olin, gadis itu sedang menunduk ke bawah. Ia pikir apa ada yang menarik di bawah sana?
"Olin, mana bekal buat gue?" Olin tersentak, dan segera mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya.
Ia menggenggam bekel itu, dan menyodorkannya ke David. "ini bekalnya, maaf kalau nggak enak."
"Suapin dong, gimana gue makannya. Kan gue lagi bawa mobil." Olin menatap cengok ke arah David. Haruskah ia menyuapi David?
Ia menghela nafas pelan, lalu membuka tutup bekel. Di sana ada nasi goreng yang sudah di hias selucu mungkin olehnya. Nasi goreng itu seperti seseorang sedang tersenyum. Dengan mata yang menggunakan timun, lalu bibir yang menggunakan cabai, dan gigi yang menggunakan sosis.
Giginya bulat dong? Ya memang, itu kemauannya. Katanya biar lucu.
David melirik sekilas, ia melihat gadis itu menatap kosong ke arah nasi goreng itu dengan tangan yang sudah menggenggam sendok. "Suapin gue, kok malah bengong."
"Kamu nggak suka yah? Sama nasi goreng buatan aku, soalnya alay." David terkekeh dengan raut sedih yang terpancar di wajah Olin.
"Gue suka kok, lucu malahan. Kayak lo!" Olin tersenyum, lalu menyuapi David dengan hati-hati, dirinya tidak ikut makan karna kenyang.
"Lo nggak makan juga?" Olin menggeleng lalu menjawab, "enggak, tadi aku udah sarapan di rumah."
"Nih makan lagi." David tidak mau membuka mulut, membuat Olin menjadi berpikir bahwa masakannya tidak enak.
"Nggak enak ya? Udah ya, nggak usah di makan," ujarnya yang ingin menutup kotak bekal itu. Namun David menahannya dengan tangan kiri.
"Jangan di tutup!" Olin mengernyit bingung, tadi ia tidak mau membuka mulut, dan sekarang disaat ia ingin menutup kotak bekal itu malah di cegah. "Kenapa? Kan nggak enak, nanti yang ada kamu sakit perut."
"Enggak kok, masakan lo enak." memang benar, David akui bahwa masakan Olin memanglah enak.
"Terus, kenapa tadi kamu nggak mau buka mulut?" David tersenyum geli, "gue nggak mau makan, kalau lo nggak kasih senyum lo buat gue."
Seketika wajah Olin memerah karna malu, ia pikir masakannya tidak enak. Ternyata David ingin melihat senyumannya.
"Ayuk suapin gue lagi, tapi lo sambil senyum." pinta David dan Olin melakukan hal itu, ia tersenyum sangat manis di hadapan Olin.
Gue pengen setiap hari liat lo senyum kayak gini. ujar batin David.
Lalu mereka sudah sampai di parkiran sekolah, saat Olin hendak membuka pintu mobil. David mencegahnya. "Jangan keluar dulu!"
Olin yang polos hanya diam dan nurut, lalu tiba-tiba pintu mobil di buka oleh David. Wajahnya sudah memanas karna sikap manis David pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Olline [HIATUS]
Novela Juvenil[Part hapus acak] Carolline Anastasia, seorang gadis sederhana yang hidup berkecukupan itu tumbuh menjadi gadis yang periangan, dia hidup tanpa Ayah di sampingnya. Ayahnya pergi meninggalkan keluarga kecilnya, dan sekarang ia hanya tinggal berdua be...