Apdet pagi gini berasa kayak sinetron hidayah atau morning drama atau telenovela nggak sih? haha
aku ngerasanya sih gitu..
Berhubung lagi gabut at office, jadi aku up ajaa ><
💜💜💜
Setelah sekian lama, tepatnya sejak Haana mengabari akan kembali ke Tranquil, kami hampir tidak pernah bertemu lagi. Lalu hari ini kami memutuskan bertemu di Tromso. Tidak, tepatnya aku mengajaknya bertemu di Tromso. Selain untuk menjauh dari San Fransisco, aku juga butuh teman curhat sekejam Haana. Biasanya dia punya komentar-komentar pedas yang membangun. Kami hampir sama dalam hal menyikapi 'masalah pasangan hidup'. Tapi sedikitnya aku kurang yakin sekarang sejak tadi mendengar ada suara laki-laki bersama dengannya. Sesuatu yang amat langka.
Tromso memiliki langit yang selalu tampak muram, tapi sungguh aku selalu menyukai kota ini. MEski langitnya tidak secerah langit di tempat lain, Tromso memiliki pesona yang tidak dimiliki tempat lainnya. Langit temaram, angin dingin, hamparan salju, dan lampu yang menghampar di setiap sudut kota terlihat seperti bintang jatuh.
Aku tiba lebih awal dari Haana. Yang pertama kulakukan adalah menelusuri pusat kota sambil memotret. Memotret is healing time for me. Aku bisa melihat inti lain dari dunia ini selain milikku. Bagiku bukan sekadar hobi melainkan caraku meramaikan dunia ini. Aku tidak memiliki banyak teman, cukup pemilih. Bagiku tidak perlu memiliki banyak teman jika yang banyak itu tidak membuatku nyaman. Namun tak lantas membuatku anti bergaul. Ini hanya masalah siapa yang aku ijinkan berada di jarak terdekat dengan duniaku.
Melalui foto aku masuk ke dunia mereka, namun tetap bisa membatasi siapa yang masuk ke duniaku. Aku merasa tidak betul-betul sendirian dengan ragam senyum yang tampil di kameraku.
"Elle, kau di mana?" tanya suara di seberang telepon.
"Hunting."
"Aku sudah di rumah. Kupikir kau di sini."
"Aku ke sana sekarang," ucapku.
Rumah Haana tidak begitu jauh dari pusat kota tempatku hunting. Lima belas menit aku tiba di rumah bernuansa rustic yang masih sama seperti terakhir kali aku kunjungi.
"Haana!" aku memeluknya erat disambut tawa riangnya yang khas.
"Kau benar-benar orang yang spontan," ucapnya. "Untung aku punya ini," tuturnya pamer bracekey.
"Jadi kau sudah betah di klan?"
"Belajar terbiasa. Lagipula tidak seburuk itu berada di sana," ujarnya menerawnag jauh.
"Karena ada lelaki yang di telepon tadi?" gurauku.
"Elle..." pipinya merona merah. "Kau harus berkunjung ke Klan kapan-kapan. Sungguh begitu banyak perubahan di sana."
YOU ARE READING
PRINCE V #UniverseOfTranquil
FanficElle Winetta Krv.. Aku ingin melihatmu di dapur menyiapkan sarapan bersamaku, melihatmu duduk minum teh sambil mengamatiku yang bermain bersama anak kita di halaman belakang rumah, melewati malam dengan menonton film lalu tertidur di sofa berdua, te...