Ini adalah hari yang ditunggu - tunggu bagi Hana Halinda. Akhirnya, setelah beberapa tahun lamanya ia menyelesaikan studi di luar negeri, dan lulus dengan predikat yang sangat memuaskan, hari ini dia kembali pulang ke tanah air, ke pelukan ayah dan ibunya. Bukan kepalang senangnya hati Hana saat ia berhasil menginjakkan kakinya kembali di Negeri tercintanya, Indonesia.
Perjalanan yang cukup melelahkan sudah berhasil ia lewati. Ya, menimba ilmu di Amerika adalah impiannya sejak dulu. Kini, impian tersebut sudah berhasil diselesaikan dengan baik. Langkah selanjutnya adalah mewujudkan ilmu yang ia dapat dalam sebuah karya yang nyata, apa lagi kalau bukan bekerja di perusahaan - perusahaan besar yang dia impikan, bahkan jika Tuhan memberinya kesempatan, ia ingin punya perusahaan sendiri.
Well, kembali lagi ke hari ini, dimana Hana sudah berhasil menginjakkan kakinya di Bandara. Disana Hana sudah disambut dengan senyuman kedua orang tuanya sambil melambai - lambaikan tangannya yang tak lupa di iringi dengan suara kerinduan dari orang tuanya. Tapi.... tunggu!! Sepertinya ada tiga pasang mata lainnya yang tak asing bagi Hana. Ya, benar!! Dua pasang mata yang hangat dan satu pasang mata yang tajam penuh kebencian. Tiga pasang mata itu tak lain dan tak bukan adalah Om Indra, Tante Mira, dan si jutek Ali.
"Mama.... Papa....!!! Hana kangeeeennnn banget sama kalian!! Akhirnya Hana bisa pulang juga ketemu Mama dan Papa....", ucap Hana sesaat ketika ia berhasil menghampiri kedua orang tuanya. Ah... rasa rindu itu sungguh tak terbendung lagi!
"Hana... anak kesayangan Mama dan Papa... kita seneng banget kamu pulang... bertahun - tahun ga ketemu, kamu makin cantik dan tambah dewasa ya sayang...", balas Mama Rita, ibunda Hana yang juga sangat rindu terhadap anaknya ini.
Dan begitulah seterusnya, Papa Rizal, Ayah Hana juga mengungapkan rasa rindunya yang amat mendalam. Bahkan, terlihat jelas butiran air mata kebahagian terpancar dari wajah sendu ayahnya, menyambut bahagia kepulangan anak tercintanya. "Oh ya Han, kamu masih inget sama mereka?", tanya Rizal pada Hana sambil menunjuk ke arah Mira, Indra, dan tentu saja Ali.
"Hai sayang! Kamu masih inget sama kita?" tanya Mira sambil memeluk Hana.
"Ahh, iya dong tante... Om sama Tante kan sahabat Mama dan Papa... Kami sering banget berkunjung ke rumah Om dan Tante begitu juga sebaliknya, Om dan Tante sering berkunjung ke rumah kita. Dan... a...a..aku sam samaa Ali sering main bareng", Ya entah kenapa di kalimat akhir Hana seperti tidak tulus saat ia mengucap sering main sama - sama Ali. Ya... jangan heran, sebenarnya mereka berdua tidak pernah main bersama. Hana selalu berbuat baik dan bersikap ramah pada Ali sejak mereka kecill bahkan sampai sebelum Hana ke luar negeri. Tapi, sampai selama itu pula sikap Ali padanya selalu sama, selalu ketus, dingin, bahkan terkesan benci.
"Syukur kalau kamu masih inget kita ya..", sahut Indra. "Li, kamu kok diem aja sih? gak kangen apa ketemu temen kecill kamu?", colek Indra pada Ali yang hanya dijawab oleh senyuman penuh kepalsuan belaka oleh Ali.
"Hai Li! apa kabar?". tanya Hana sambil menyodorkan tangannya. Sayangnya, bukannya dijawab dan membalas uluran tangan Hana, Ali malah mengalihkan pembicaraan dan berdalih ingin segera pergi ke kantornya.
"Emm, Mah, Pah, Semuanya.. kayaknya Ali harus pergi duluan nih. Ada meeting penting dikantor, jadi ga bisa lama - lama. Maaf ya semuanya.."
"Oh.. Ya udah Li, kamu pergi aja duluan, kita ga apa - apa kok", sahut Rizal sambil mempersilahkan Ali untuk pergi duluan.
Akhirnya, Ali pun pergi meninggalkan mereka semua di bandara. Terlihat jelas raut kecewa, sedih, dan marah berkecamuk dalam hati Hana. Hingga saat ini, ia masih saja belum menemukan jawaban atas sikap Ali selama ini padanya. Pertanyaan yang sama selalu terbersit dalam batin Hana setiap kali ia mendapat sikap dingin dari Ali. "Salah aku apa sih LI?", begitu kira - kira isi batin Hana sejak dulu hingga sekarang yang masih saja belum menemukan jawaban.
YOU ARE READING
Kotak Puzzle Ali untuk Hana
RomanceAli tak tahu jika Hana memiliki suara sebagus itu dan lagi, itu membuat kotak puzzle Ali untuk Hana terbuka. Ali baru menyadari suara indah Hana bisa membuat dirinya nyaman dan terbuai, Tak terasa, lagu itu berakhir dan suara tepukan datang dari se...