[1] Class meeting

248 31 5
                                    

Pada pagi itu,suasana di kelas XI IPS 4 (sebelas IPS empat) terlihat ramai seperti biasa. Kelas tersebut berada di paling ujung lorong sekolah. Kelas yang cukup terkenal dikalangan para guru.

Bukan terkenal hanya karena prestasinya saja, kelas itu juga dikenal sebagai kelas yang susah di atur.

Hari ini adalah hari dimana seluruh siswa di SMA negeri dua telah menyelesaikan ujian hari semester pertama.

Seluruh murid dikelas itu sibuk dengan aktivitasnya masing-masing seperti bermain game, menjahili teman, hingga bergosip.

Di meja sudut barisan paling depan terdapat  dua orang siswi perempuan dan dibelakangnya terdapat seorang siswa laki-laki.

Hana Zahira. Hana memiliki rambut sebahu dan memiliki wajah yang cantik. Hana memiliki sifat yang periang dan menyenangkan, tidak heran kalau Hana memiliki banyak teman.

Sedangkan perempuan disebelah Hana bernama Gisella. Gisel merupakan salah satu murid berprestasi di SMA negeri 1 yang nyaris sempurna.

Gisel memiliki jabatan sebagai ketua kelas. Gisel dan Hana bertemu semenjak masuk ke Sekolah Menengah Pertama.

Sedangkan lelaki yang duduk dibelakang mereka bernama Aji. Aji adalah tipikal orang yang ceplas-ceplos tetapi ia paling asik kalau di ajak cerita.

"Ke kantin kuy" ajak Aji dengan segala kegabutannya

"Males jalan gue" ucap Hana

"Ngesot aje"

"Sembarangan"

"Gue traktir deh"

"YANG BENER LO? THANKS AJI!" Seru Hana dan Gisel dengan wajah kegirangan.

Belum sempat Aji menjawab tiba-tiba terdengar bel sekolah berbunyi dan memberikan pengumuman

🎙️'Kepada seluruh siswa siswi harap berkumpul di lapangan sekarang juga'.

"Pake acara ke lapangan segala, ada apa sih" Ucap Hana yang tampak mengomel.

"Upacara, Han." Jawab Gisel singkat.

"Kan udah class meeting"

Gisel hanya mengangkat bahu-nya menandakan tidak tahu.

Semua murid di kelas bergegas menuju ke lapangan dengan membawa atribut lengkap seperti topi dan dasi. Sementara Hana masih santai dengan ponselnya. Gisel dan Aji hanya menatap Hana heran.

"Upacara woi!" Aji menepuk meja membuat Hana sedikit terkejut karena tidak sadar.

"Tck, gue lupa bawa topi. Kalian duluan aja deh" Jawaban Hana membuat sahabatnya menghela nafas.

Mereka tidak heran lagi dengan Hana yang super aktif dan saking aktifnya sampai-sampai seluruh murid dan guru tau kalau itu Hana.

"Kebiasaan banget" Gisel pasrah dengan jawaban Hana.

"Udahlah, ayok ke lapangan"

Sesampainya di lapangan, Hana berdiri di pinggir lapangan dengan atribut yang tidak lengkap. Upacara pun berlangsung, cuaca semakin panas dan Hana pun merasa silau karena sinar matahari.

"Masih lama, kak?" Bisik Hana dengan raut wajah kepanasan kepada salah satu OSIS yang sedang bertugas mengawasi di belakangnya. OSIS itu bernama Natha.

Natha adalah ketua OSIS di SMA negeri 2 atau bisa disebut dengan smandu. Ia memiliki mata yang indah dan senyumannya membuat siapapun jatuh hati padanya.

Natha pun hanya mengangguk sebagai jawaban dari Hana.

🎙️'Amanat pembina upacara, barisan di istirahatkan'

"ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK!"

Suara pemimpin upacara tersebut terdengar lantang dan semua siswa-siswi mengikuti instruksi itu.

"Selamat pagi, anak-anak!" Sambut pembina upacara dengan semangat yang bernama pak Jamal.

Usia pak Jamal masih tergolong masih muda tetapi hebatnya lagi, beliau sekarang bisa menjadi seorang kepala sekolah yang hebat sekaligus bisa membuat orang disekitarnya tertawa karenanya.

"Pagi pak!" Jawab seluruh siswa dengan semangat juga.

"Ke pasar membeli beton, kasian deh yang friendzone"

Ucapan Pak Jamal membuat seisi sekolah tertawa. Semuanya bertepuk tangan karena berpendapat pantun itu sangat keren.

"Baiklah, disini saya akan menyampaikan sesuatu bahwa mulai besok, kita akan melaksanakan perlombaan class meeting atau bisa disebut dengan perlombaan antar kelas. Jadi, di harapkan setiap kelas harap menyumbangkan peserta untuk meramaikan lomba tersebut. Daftar lomba akan segera di tempel di majalah dinding. Paham?"

"Paham, Pak"

"Baik, terimakasih atas perhatiannya".

***

Upacara telah selesai. Aji ingin menepati janjinya yaitu mentraktir Hana dan Gisel.

Dengan cepat mereka bertiga langsung berjalan menuju kantin bude. Suasana di kantin agak sepi karena para siswa yang lainnya memilih untuk pergi ke kelas dahulu daripada jajan di kantin.

Ada banyak macam makanan di warung bude seperti cilok, mie ayam, tekwan, dan lainnya. Semua makanan itu enak akan tetapi, mie ayam bude tetap menjadi peringkat pertama mengalahkan makanan yang lainnya bagi Hana.

Mereka bertiga duduk di kursi kantin sembari melahap makanan yang telah mereka pesan tadi. Mereka memiliki selera makanan yang berbeda. Hana sudah jelas memesan mi ayam, Gisel memesan Cilok, sedangkan Aji memesan tekwan.

"Siapa sih yang ngadain class meeting" Hana membuka pembicaraan.

"Palingan juga OSIS" jawab Gisel

"Ribet banget dah, pake acara perlombaan segala"

Hana biasanya sangat bersemangat dalam acara perlombaan. Entah kenapa Hana menjadi malas untuk mengikuti ataupun menonton perlombaan yang menurutnya membosankan itu.

"Kan tahun lalu juga gitu, Han."

"Iya juga sih, maksud gue tuh kenapa nggak libur aja coba"

"Bikin sekolah aja lo sendiri" celetuk Aji yang sedang menikmati semangkuk tekwan di hadapannya.

Dengan sengaja Hana mengambil salah satu tekwan milik Aji dan memindahkan tekwan tersebut ke mangkuknya.

Aji sudah biasa menghadapi Hana yang seperti ini. Mungkin Aji akan menjadi top 1 orang ter sabar dalam menghadapi Hana.

Akan lebih menakutkan jika Hana sedang marah kepadanya seperti Minggu lalu gara-gara ia tidak sengaja merobek lembaran novel milik Hana.

Alhasil Aji di omel habis-habisan oleh Hana "Ini novel kesayangan gue, belinya juga pake tabungan gue" 

kira-kira seperti itulah Hana mengomel.

Setelah itu terjadi, Hana tidak sama sekali berbicara dengan Aji. Sampai pada akhirnya Aji mengajak Hana ke Gramedia untuk membujuk Hana yang marah kepadanya.

"Sabar Ji, sabar. Orang sabar banyak uang" ucap Aji mengelus dada.

"Enggak gitu juga anjir"

Gisel hanya menyimak keributan mereka sedari tadi sambil menikmati batagor. Mereka bertiga selalu berbeda saat memesan makanan karena memiliki selera yang berbeda.

Gisel sudah tidak heran kalau mereka berdua sering bertengkar. Ia merasa seperti mengurus dua anak yang saling tidak mau mengalah.

Di sisi lain, Gisel melihat sosok pria yang baru saja keluar kelas dengan memegang bola basket ditangannya.

Kebetulan jarak kantin dengan kelasnya lumayan dekat karena kelas Hana berada di tengah-tengah antara kantin dan kelas pria itu.

Gisel sebisa mungkin mengalihkan pandangan Hana agar tidak melihat pria itu. Aji sampai bingung sendiri sebenarnya apa yang terjadi antara Hana dan pria itu.

ABIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang