[5] tentang dia

117 28 2
                                    

Pada siang itu, terlihat tiga remaja yang sedang berkumpul di ruang tamu. Suasananya sepi dan menenangkan karena hanya ada mereka bertiga dirumah Hana.

"Bang Mahen belum pulang, Han?" Tanya Aji dengan posisi rebahan di atas sopa sambil mengunyah cemilan

"Belum, sore kayanya"

"Eh lo tadi kenapa anjir? Cerita dong"

Hana mulai senyum-senyum teringat kejadian di pagi hari tadi membuat Gisel dan Aji memasang wajah ketakutan yang dibuat-buat

"Jadi gini.."

Gisel dan Aji dengan cepat mengambil posisi duduk disebelah Hana dengan memasang wajah yang serius. Hana tertawa terbahak-bahak tidak kuat melihat ekspresi temannya yang sudah serius.

"Ga asik lo ah" gerutu Aji

"Maaf deh" ucap Hana dengan sisa tertawanya.
"Jadi gini, pagi tadi gue kan jatoh dari motor"

"HAHAHA GUE BISA BAYANGIN WAJAH LO KALO JATOH"

Sekarang giliran Aji dan Gisel yang tertawa. Mereka teringat saat mengajari Hana bermotor dan pada akhirnya Hana menabrak sapi yang sedang memakan rumput, untung sapinya baik-baik saja.

"Udah ah, males gue cerita"

"Gara-gara lo sih Ji"

"Jangan gitu dong Han, ntar gue beliin eskrim"

"Hehe" Dengan sogokan eskrim dari Aji, Hana kembali bercerita.

"Oke, tadi kan gue jatoh di depan warungnya mang Hendry, terus tiba-tiba gatau dari mana kak Abima dateng bantuin gue"

"DEMI APA?!" Ucap Gisel dan Aji serentak. Mereka aja kaget apalagi Hana.

"Gue lanjut ya. Ni plaster, dia yang ngasih woii"

Mata Gisel dan Aji refleks beralih ke arah lutut Hana yang masih memakai plaster dan mereka saling melihat dengan menutup mulut tidak percaya.

"Pas gue daftar akustik tadi kebetulan dia yang jaga disana. Masa dia nanya alamat rumah gue dan katanya dia mau kerumah gue"

"Wah, fix sih" Aji menepuk tangan dengan menggelengkan kepala

"Emang kenapa sih? Kayanya heboh banget kalo gue deket sama kak Bima"

"Lo ngga tau Han? Katanya sih ya, dia tuh jarang banget komunikasi sama cewe paling satu kata atau dua kata doang. Tapi sama lo.." jelas Gisel terheran-heran

"Ih apaan sih, mungkin cuma rumor kali"

"Sadar nggak sih Han? Kak Bima tuh ganteng, tapi kak Natha paling ganteng" Kata Gisel berbunga-bunga hanya menyebutkan kata Natha.

"Ehem.. Ada yang gamon nih"

Aji menyindir Gisel yang dua bulan lalu putus dengan Natha sang ketua OSIS. Belum tau jelas entah mengapa mereka berdua putus.

Yang Hana dan Aji tau, Gisel adalah orang yang cemburuan. Jadi, Gisel memutuskan hubungan karena Natha terlalu ramah kepada orang lain termasuk dengan orang yang jatuh hati padanya selain Gisel sendiri.

"Kak Natha mah ganteng, tapi ngeselin. Jadi gantengnya hilang dikit"

"Kalo membahas soal ketampanan, Aji pemenangnya" ucap Aji dengan gaya sok cool

Bukannya mendapat pujian malah mendapat lemparan bantal dari Hana dan Gisel.

"MAKAN TUH TAMPAN"

***

Di tempat yang berbeda, ada masih beberapa siswa lainnya yang masih di sekolah karena sibuk dengan kegiatan organisasi.

"Udah ini selesai kan" Ucap Rafa dengan memelas kelaparan

"Tenang, nanti dikasih nasi bungkus" Natha sudah tau apa kode dari ucapan Rafa

Beberapa menit kemudian Abima datang dengan membawa beberapa kotak nasi bersama Adam.

"Oke teman-teman sekalian, terimakasih atas kerjasamanya hari ini dan ini ada makanan buat kalian meskipun nggak seberapa dijamin mengenyangkan" ujar Abima meyakinkan.

Semua anggota OSIS berkumpul. Abima, Natha, Adam dan Rafa membagikan kotak nasi tersebut ke seluruh anggota dengan adil.

Hari ini adalah hari yang menyenangkan namun melelahkan bagi Bima. Mau bagaimana lagi, momen kebersamaan ini tidak bisa datang dua kali.

Setelah semuanya selesai, mereka ber empat pergi ke tongkrongan. Tongkrongan yang dimaksud ialah cafe milik ayah Bima.

Mereka nongkrong bukan sekedar duduk ditempat cafe seperti orang pada umumnya.

Mereka mempunyai ruangan tersembunyi di sudut ruangan yang orang lain tidak ada yang tau selain mereka ber empat dan keluarga Abima.

Sekarang mereka ber empat memasuki ruangan yang disebut dengan basecamp itu. Ruangan itu cukup luas sehingga terdapat ruangan khusus alat musik untuk mereka latihan band.

"Akhirnya gue bisa rebahan" ucap Natha sembari merebahkan badannya di atas kasur yang berada di sudut kanan ruangan.

Sedangkan yang lainnya melakukan aktivitas yang berbeda. Abima sedang mengambil beberapa cemilan dan minuman di lemari makanan.

Adam yang sedang serius di depan layar game dengan memegang stick PS nya.

Sedangkan Rafa, ia galau dengan menatap layar handphone di tangannya mengunggu kabar dari pacar virtualnya.

"Galau mulu, virtual sih"

"Pacaran kok virtual, kaya gue dong. Rill cuy" sindir Natha sambil berjalan mendekati setumpuk makanan yang Abima bawa.

Rafa sudah kebal dengan pembullyan abal-abal ini. Tetapi karena Rafa mental baja, ia hempaskan jauh-jauh kata kata sahabatnya itu dan lebih memilih untuk bergabung menikmati cemilan.

"Pagi tadi tumben lo telat Bim" Natha membuka pembicaraan yang membuat sepasang mata mereka melihat ke arah Abima dan membuatnya tersedak.

"Ban motor gue pecah"

"Bohong lo." sambar Adam

"Gue tadi ngebantuin adek kelas, dia jatoh dari motor didepan warung mang Hendry"

"Anjay" Sorak mereka bertiga menanggapi momen langka ini

"Cewe?"

"Iya."

"Namanya siapa? kelas berapa?" Tanya Rafa seperti reporter

"Han.. Hana kalo nggak salah, kelas 11 ips 4."

"Oooh Hana.." Mereka bertiga mengangguk tau

"Kalian kenal?"

"Tentu saja.. Enggak kaya lo, kalo nggak ke perpustakaan ya dikelas mulu " jawab Rafa disusul dengan anggukan Adam.

"Dia sepupu gue"

Setelah Natha mengucapkan itu, mereka terdiam sejenak. Mereka tidak tau kalau Natha mempunyai sepupu secantik Hana.

"Kenapa baru bilang anjir"

"Emang kenapa"

"Mau gue deketin. Lumayan jalur orang dalem" ucap Rafa tanpa dosa.

Detik itu juga Rafa di keroyok ketiga sahabatnya itu. Adam melingkarkan lengannya ke leher Rafa, Bima memukul bahu Rafa menggunakan bantal sofa dan Natha bagian memukul pantatnya.

Rasanya Rafa ingin keluar dari circle ini. Tolong selamatkan Rafa, Rafa yang malang..

ABIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang