[3] Siapa dia?

136 25 2
                                    

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Seluruh murid smansa berhamburan keluar tidak sabar untuk pulang dengan wajah yang bahagia begitu juga Hana dan Gisel.

Sedangkan Aji, ia memilih untuk latihan basket terlebih dahulu untuk persiapan lomba. Mereka berjalan menuju pintu gerbang dengan bergandengan tangan.

"Lo udah dijemput tuh"

Hana menoleh ke arah sosok laki-laki berjaket hitam yang berdiri di bawah pohon dengan tampilan yang menarik perhatian para siswi disana dengan duduk di atas motornya.

Ia adalah Mahen Aksa Pratama. Kakak atau Abang satu-satunya Hana yang setiap hari membuat Hana sakit kepala dengan tingkahnya.

Mahen suka sekali menjahili Hana dengan berbagai hal seperti membuka pintu kamar Hana lalu tidak ditutup kembali. Entah apa motif dan tujuannya melakukan itu.

"Lo belum dijemput Sel? gue nunggu lo dijemput aja deh"

"Udah, pulang aja sana palingan bentar lagi gue dijemput" ucap Gisel dan keduanya melihat Mahen yang sedang menatap mereka berdua dengan tatapan harimau yang menemukan mangsanya.

"Ish, yaudah gue duluan"

"Iyaa bye"

Setelah berpamitan dengan Gisel, Hana segera berjalan menuju ke arah Mahen yang sudah siap-siap menyalakan motornya. Setelah itu Hana mengambil helm yang diberikan Mahen.

"Hai anak kecil" sapanya.

Hana menghela nafas karena sudah tau kalau orang dihadapannya itu akan mengejeknya "Nggak kuliah bang?"

"Nggak, dosennya nggak masuk" jawab Mahen dengan mengambil helm miliknya

 "Lo mirip kaya harimau tau nggak"

Hana menggunakan bahasa yang santai karena terlalu sulit untuk berbicara aku-kamu kepada kakaknya sendiri. Mahen pun begitu, aneh katanya. Kecuali kalau ada Mama dirumah.

"Kok gitu? karena gue keren ya?" ujar Mahen dengan percaya diri

"Serem. Pantesan diputusin"

Ucapan Hana membuat Mahen langsung melajukan motornya dengan niat meninggalkan Hana. Hana yang tadi bersiap menaiki motornya mengurungkan niatnya

"KAK MAHEN!! AWAS LO YA NGGAK BAKAL GUE KASIH PINJEM KOMPUTER"

Ancaman Hana yang satu ini sangat ampuh membuat Mahen menjadi nurut kepadanya. Komputer Mahen dari minggu lalu sudah tidak mau hidup, bahkan komputer pun sudah lelah dengan Mahen. Jadi, ia meminjam komputer Hana untuk bermain game. 

Mahen buru-buru menghentikan motornya dan berbelok ke arah Hana berada "Ampun tuan, silahkan naik" Mahen sambil menampakkan senyum pepsodent yang membuat hana terkikik.

"Nah gitu dong" ucap Hana penuh kemenangan.

Di dalam perjalanan, seperti biasa mereka berbincang-bincang membahas soal apa yang akan dimasak untuk makan malam hingga memarahi Mahen yang tidak sengaja menutup pintu WC yang masih ada Otet di dalamnya.

 Otet adalah kucing oren Hana yang Hana rawat semenjak Otet masih kecil. Otet ditemukan di semak-semak belakang rumah tetangga sehingga Mahen menyebutnya anak pungut.

"Kak, kapan kita nyusul mama ke Bandung? Pengen ke rumah nenek juga tau"

"Minggu ini, mungkin"

"Tidak ada yang tidak mungkin" ucap Hana dengan nada dramatis. Hana sangat senang bila di ajak jalan-jalan apalagi Bandung, rumah nenek.

***

Malam telah tiba. Hana merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur yang empuk  bersama Otet sambil melihat obrolan chat kelas yang berisi pesan semangat dari ibu Sri sang wali kelas untuk menyemangati anak muridnya. Setelah membaca pesan ibu Sri, Hana langsung menelpon Gisel.

ABIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang