“Bwaaaa ...!”Aku terlonjak kaget ketika melihat Gus kejam itu kini berada di depan mata. Dia memberikan tatapan khasnya yakni, wajah datar layaknya dinding.
“Mau ke mana?”
Jleb!
Waduh! Pertanyaan macam apa ini? Apa yang harus aku jawab. Berpikir sejenak biar nih lampu ide nonghil kayak di kartun-kartun.
“Mau ... sholat Dhuha! I-iya, sholat Dhuha!” Aku agak gelagapan. Barusan aku ngasih alasan yang kagak logis. Habis kau, Yumna.
“Sholat Dhuha? Perasaan nih suasana masih pagi banget. Belum jamnya sholat Dhuha.” Wajah Gus Fathur mendekat ke arahku. Dia menatap penuh intens. “Mau coba-coba kabur, ya. Dari tugas yang kemarin? Heh?” tanyanya seraya menyunggingkan senyum.
“Eee ... anu. Gak, kok! Saya gak coba-coba kabur dari tugas kemarin, hehe,” sergahku sembari nyengir kuda. Haduh ..., gagal lagi untuk lolos dari tugas yang kemarin. Yumna oh Yumna. Sepertinya kau akan terus terjebak dari belenggu Gus kejam ini.
“Nah. Kalau gitu, cepetan sana. Cuci semua pakaian saya yang kotor!” titahnya menunjuk keranjang yang penuh dengan pakaian Gus kejam ini. Allahu ..., banyak amat, dah.
Aku saat ini hanya bisa tersenyum kecut. Memandang semua pakaian milik Gus Fathur yang banyak ini. Baiklah, semangat, Yumna. Pasti kau bisa mencuci semua pakaian ini. Dengan kekuatan sepuluh tangan, tuntaskan semua pakaian kotor ini! Semangat, Yumna.
Aku lantas mengangkat keranjang tersebut menuju kamar mandi. Ya Allah ..., berat banget nih keranjang. Diam-diam tuh Gus kejam pasti nyembunyiin batu di dalamnya. Dumelku dalam hati.
“Yumna!”
Aku tersentak kaget. Seseorang telah menyapaku, entah dari mana. Ku lihat Kayla berlari ke arahku. Senyum manis kayak gula Jawa seperti biasa sering diperlihatkannya padaku.
Yaelah, tuh anak gangguin aja. Sudah tahu orang lagi sibuk.
“Dicariin dari tadi. Rupanya kamu lagi di sini. Ngapain, sih, Na? Terus, yang kamu mau cuci ntuh baju siapa, sih?” Kayla melirik keranjang yang sedari tadi aku peluk dan bawa.
Kalau aku ngasih tahu yang sebenarnya, tuh anak pasti ngawur lagi bicaranya. Lagi dan lagi pasti main jodoh-jodohin aja tuh anak, aku sama Gus Fathur.
“Gak. Bukan urusan kamu. Sana, ihk! Aku lagi sibuk, nih!” Aku menyingkir dari hadapan Kayla. Emang tuh sohib kagak pernah bosen Napa gangguin aku mulu. Gak ada kerjaan amat!
Hingga, sekilas aku lihat Kayla menyusulku dari belakang. Tuh anak gak kerjaan lain napa? Selain gangguin aku.
“Woi! Barengan napa?!” spontan Kayla menepuk pundakku. Membuat pakaian yang semula tersimpan di dalam keranjang kini berantakan ke sana ke mari.
“Tuh kan!” gertakku seraya meraih pakaian itu dan memasukkannya ke dalam keranjang.
Aku melirik kanan-kiri. “Aman!” Aku mengelus dada. Untung gak ada si muka dinding. Kalau gak, habis aku diberikan hukuman olehnya gara-gara bajunya jatuh ke tanah.
“Kayla! Kamu ini gak ada kerjaan lain, napa?! Selain ngagetin aku dari belakang. Habis nih pakaian Gus--” sesegera mungkin mulut ini mengunci pembicaraan. Waduh! Hampir aja keceplosan.
“Gus? Apa mungkin, cieee ...” Dia menyeringai ke arahku. Apaan, sih? Pasti main-main jodohin aja nih anak.
“Gini dong ..., namanya calon istri yang baik pasti bakalan nyuciin baju calon suaminya. Good, Yumna! Good!” Cerocosnya seraya mengacungkan jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganteng tapi Kejam✓
RomanceYumna madani al-faruq. Seorang gadis yang berusia enam belas tahun memutuskan untuk bersekolah di pesantren Mustofa, atas paksaan orang tuanya. Hingga, takdir mempertemukan dirinya dengan seorang Gus yang memiliki watak dingin, datar dan keras. Aka...