Pleasant

151 44 26
                                    

Langkah kaki Taehyung berhenti.

Tepat di depan pintu agensi, yang kini sudah lebih besar berkali lipat. Tidak seperti dulu lagi.

Taehyung menundukkan pandangan, menatap kedua tangan yang sudah sangat gemetar, dengan tersenyum paksa, Taehyung meraih gagang pintu dan mendorongnya pelan.

"Sial. Aku kembali kesini lagi, bukan?"

Kosong. Ia menyusuri tiap sudut gedung, tidak ada siapapun. Bahkan noona yang berada di meja tamu, sekalipun.

Ia menghela. "Baiklah, aku pikir mereka juga sudah pulang ke rumah. Aku ingin tidur disini saja."

Taehyung menelusuri koridor dengan menyentuh sepanjang dinding menggunakan ujung jarinya.

Sepasang kaki jenjang membawa dirinya menuju pintu yang bertuliskan practice room.

Taehyung menekan dan mendorong gagang pintu itu pelan, dentuman musik mengalun memaksa masuk kedalam telingannya, suara musik  terdengar semakin keras saat Taehyung mendorong pintu itu semakin lebih lebar.

Netranya menangkap sosok yang tengah berlatih menari di depan cermin yang bersatu dengan dinding.

Mata Taehyung seketika membesar, terlihat dari pantulan dirinya yang disambut seulas senyuman oleh seseorang yang tengah menari tersebut.

Lelaki yang sejak tadi menunggu kedatangan Taehyung, ia sangat paham dengan kebiasaan sahabat satunya ini.

Ia langsung menyudahi kegiatan menarinya, berbalik mendekat kearah Taehyung yang sedang berdiri, dilihatnya Taehyung tampak sibuk menghapus bekas tangis yang berjejak vertikal di kedua belah pipinya.

Wajah serta tubuh mungil seseorang itu tampak basah di hujani oleh keringat. Saking terkejutnya, ia bahkan tidak sempat mengambil handuk untuk mengelap seluruh keringatnya.

"Kau kemana saja, Tae?" tanya lelaki itu yang sudah berdiri di depan Taehyung dengan deru napas yang tidak beraturan, wajah yang sudah berubah warna menjadi merah padam, lengkap dengan kilatan keringat.

Taehyung menundukkan pandangan, lalu menggeleng.

Lelaki itu menghela napas. Mendaratkan sebuah tepukan ringan di kedua bahu sahabatnya tersebut.

"Aku tahu, PD-nim sudah terlalu sering seperti ini. Jika kau kalah, berarti sia-sia saja apa yang telah kau perjuangkan selama ini. Ia tahu apa yang terbaik untukmu, Tae," Ujarnya cepat.

Taehyung mengangguk patuh, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya kepada sahabat yang memiliki tahun kelahiran sama seperti dirinya.

"Hanya saja, ini begitu menyiksaku. apakah lebih baik aku berhenti saja? dan kembali, ke Daegu?" ujar Taehyung sedih.

Taehyung mengangkat pandangannya, wajahnya sangat kusut, rambut dan jacket yang ia kenakan sudah basah akibat salju, serta tubuh yang sudah gemetar.

Lelaki itu menggeleng. "Kau sangat persis seperti anak anjing kedinginan yang tidak tahu jalan pulang,"

"Tidak ada waktu untuk mundur Taehyung. Kita semakin besar, semakin banyak juga tanggung jawab serta resiko yang kita pikul. Tergantung bagaimana cara kau mengambil sikap dan menjalaninya." Tambah lelaki itu.

Perkataan sahabatnya itu membuat Taehyung mendecih. Sahabatnya bahkan menepuk pundak Taehyung berkali-kali sampai Taehyung mengaduh agar berhenti.

Perasaan cemas yang mengerumun di dalam tubuh Taehyung seketika luntur oleh hangat yang disuguhkan sahabatnya.

Mereka akhirnya istirahat sejenak, saling melontarkan candaan satu sama lain, dan sesekali lelaki itu mengejek Taehyung yang menurutnya terlampau lemah.

WintertideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang