TS - 10

130 5 0
                                    

Anna berdiri kokoh di hadapan para korbannya, perempuan itu terlihat sangat tenang. Angelo masih menatapnya dengan penuh keheranan, mereka bertiga sedang memikirkan hal yang sama. Bagaimana bisa, orang yang mereka kenal dengan teganya memperlakukan mereka seperti ini.

"Kumohon keluarkan kami dari sini." pinta Hela sambil mengisak tangis.

"I like you begging. Do it again." Jawab Anna dengan mata yang menyorot tajam.

"Kumohon Kak Natalie, keluarkan aku dari sini, aku sudah tidak kuat lagi."

Anna tersenyum miring, ia merogoh ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang. Tak lama kemudian masuk seorang anak buah dan menenteng kursi lipat. Kursi itu ia buka di depan Anna dan mempersilahkannya duduk. Anna duduk disana sambil menyilangkan kaki kiri diatas kaki kanan sambil melipat kedua tangannya diatas dada.

"Apakah aku harus memperkenalkan diriku secara formal supaya kalian ingat siapa aku ?" tanya Anna kepada para korbannya.

Ia menghela nafas kemudian melanjutkan kalimatnya, "Namaku Anna, aku adalah bagian yang lain dari Natalie. Im is the other side of her."

Mereka bertiga tidak menjawabnya. Terdengar suara pintu terbuka, Kenneth masuk sambil mendorong rak meja yang diatasnya terdapat perkakas kedokteran seperti wadah stainless berukuran kecil, sebuah penjepit, kapas, perban, plester dan sebotol cairan bening. Anna bangkit dari kursinya, ia meraih sepasang sarung tangan karet berwarna putih dan langsung memakainya dengan tatapan tertuju pada para korbannya.

"Well, who's first ? Aha! The bitch one." Celetuk Anna sembari menghampiri Hela, mata mereka saling bertemu. Anna melirik ke arah kaki Hela yang tertembak peluru, kakinya terlihat bengkak dengan luka yang berwarna merah keunguan. Ia lalu mengambil posisi setengah berjongkok dan tangannya perlahan meraih kaki Hela.

"Hey! Apa yang akan kau lakukan ?" kata Hela sambil menjauhkan kakinya.

Anna mengangkat kepalanya, melihat ekspresi ketakutan dari wajah Hela, "Diamlah, aku akan mengeluarkan peluru dari kakimu."

"Berteriaklah, ini mungkin akan sangat menyakitkan." Lanjut Anna.

"Aku tidak, AARRRGHH!!" teriak Hela kesakitan saat Anna memasukan jemarinya ke dalam luka di kakinya, Anna lalu bergegas mengambil penjepit di meja dorong saat tangannya sudah merasakan dimana peluru itu berada. Anna kewalahan saat kaki Hela tidak bisa diam dan berusaha menendangnya, Kenneth yang melihat hal itu langsung menghampirinya dan membantunya mencegat kaki Hela.

TING.

Anna menjatuhkan sebutir peluru yang berlumur darah ke dalam wadah kecil. Ia melepas sarung tangannya dan mengambil peluru itu, melihatnya dari jarak dekat. Ia merasa sangat puas karena berhasil mengeluarkan peluru dari kaki perempuan yang sangat dibencinya.

Tatapannya beralih ke wajah Angelo, matanya menatap peluru dengan ngeri. Anna tau, Angelo sangat membenci darah. Tanpa pikir panjang, Anna langsung menyuruh para anak buahnya untuk melakukan prosedur yang sama kepada Angelo, mengeluarkan peluru dan mengobati lukanya.

"Kau mengobati hanya untuk melukai kami lagi bukan ?" tanya Angelo sambil memberontakan tubuhnya saat akan disentuh oleh anah buah Anna.

Anna menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi, "Tentu saja!"

"Bunuh kami saja sekalian!" bentak Hela sambil berurai air mata.

Anna tertawa mendengar perkataan Hela, "Oh, come on.. Dimana letak kesenangannya jika aku langsung membunuhmu ?"

Hela tak menjawabnya. Tidak ada yang berani menjawab. Dengan kekejaman, senjata dan penjaga, mereka sudah kalah telak dengan Anna. Semua kekuasaan itu tidak ada apa-apanya dibanding tubuh mereka yang penuh luka dan sedikit tenaga. Melawan adalah hal yang sia-sia. Anna mendenguskan nafasnya sambil menyunginggkan senyum miring dan bergegas meninggalkan ruangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TWO SIDESWhere stories live. Discover now