TS - 4

99 4 0
                                    

Igoy duduk termenung di sisi tempat tidur, luka jahit di tangannya mulai membaik, bahkan dua hari yang lalu ia sudah bisa menggerakannya tangannya untuk makan. Tiba-tiba sebuah lift berukuran kecil di sampingnya terbuka, letaknya tersemat di dalam tembok, di dalam liftnya terdapat satu piring makan siang, lengkap dengan air dan buah-buahan. Igoy tidak mempedulikannya bahkan tidak meliriknya sama sekali. Natalie melihat pemandangan itu dari layar monitor di ruang CCTV. X berdiri tidak jauh di belakangnya.

"Sudah dua hari ia tidak mau makan, Nona." kata X.

Natalie melirik ke belakang dengan sudut matanya kemudian kembali menatap layar monitor. "Biarkan saja. Apel yang tadi pagi Ia makan sudah disuntikan obat perangsang nafsu makan. Nanti sore Ia tak akan bisa menahannya lagi." kata perempuan itu kemudian langsung beranjak pergi.

"Bagaimana dengan jebakannya, Nona ?" tanya X yang membuat Natalie menghentikan langkahnya.

"Batalkan semua. Perintahkan yang lain untuk menyiapkan kamar untukku, sementara aku akan tinggal disini supaya bisa memantaunya secara langsung. Sekarang, kau dampingi aku untuk menemui para client." jawab Natalie dengan tanpa menoleh.

"Baik, Nona." kata X sambil mengangguk sopan kemudian mengekori Natalie. Mereka berdua berjalan melewati koridor dan masuk ke dalam lift.

"Bagaimana keadaan di Labirin ?" tanya Natalie.

"Sesuai dengan skenario, Nona. Angelo sudah bertemu dengan perempuan itu. Mereka berdua sekarang berada di Area Netral."

Natalie mendengus tawa dan tersenyum miring, "Bagus. Sudah tak sabar rasanya melihat reaksi mereka berdua." jawab Natalie.

Pintu lift terbuka, mereka sampai di helipad. Seorang pelayan laki-laki menyambutnya dengan memberikan salam hormat kemudian membukakan pintu helikopter. Natalie melangkah cepat dengan sedikit membungkukan badan, blazer yang dikenakannya mengibas karena angin yang dihasilkan baling-baling heli. Natalie masuk lebih dulu, kemudian disusul oleh X. Pintu ditutup rapat lalu Helikopter melesat meninggalkan The Nest.

Bagi seorang triliuner seperti Natalie, bepergian menggunakan helikopter bukanlah hal yang aneh. Waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai baginya, Ia juga tipikal orang yang disiplin dan tidak suka keterlambatan. Selain helikopter, Ia juga mempunyai fasilitas mahal lainnya seperti yacht mewah, jet pribadi dan pulau pribadi.

Sekarang mereka berdua sudah sampai di gedung MRCL Corps. Natalie melangkah ke ruang meeting dengan penuh percaya diri, Ia tersenyum manis membalas sapaan hangat dari para staffnya. Tak lupa X yang berjalan mengikutinya di belakang sambil menenteng berkas-berkas penting untuk bahan meeting. Natalie memang dikenal sebagai pimpinan yang ramah kepada semua staff kantornya. Namun mereka tidak mengetahui, monster apa yang Ia sembunyikan di dalam dirinya.

***

Area Netral.

Perempuan itu duduk di atas lantai yang dingin, tangannya melingkari kedua lututnya yang ditekuk. Mantel panjang milik Angelo masih menyelimuti tubuhnya dengan hangat. Wajahnya terlihat pucat karena masih shock. Tatapannya juga kosong. Mereka berdua berada di dalam ruang temaram yang berbentuk seperti ruang isolasi.

Angelo menghampiri dan ikut duduk di sebelahnya.

"Hey, siapa namamu ?" tanya Angelo.

Perempuan itu tidak menjawab. Matanya masih lurus ke depan.

"Hey." kata Angelo sambil menyikut lengan perempuan itu.

Ia melirik Angelo, "Hela." jawabnya datar. Angelo lalu menganggukan kepalanya.

"Tempat apa ini?" tanya Hela.

Angelo melirik ke sekitar, "Jangan tanya hal itu, aku juga tidak tau tempat apa ini."

"Lalu bagaimana kau bisa ada disini ?"

"Waktu itu, aku sedang berlibur di Jepang sekaligus menemui client disana. Clientku mengajakku bertemu di sebuah café. Dalam perjalanan kembali ke hotel, mataku terasa sangat mengantuk, aku tertidur di dalam taksi dan tiba-tiba terbangun di dalam sebuah ruangan gelap dan senyap. Ruangan itu dilapisi semacam prisma segitiga yang lancip atau entahlah. Aku hampir-"

"Aku juga pernah berada di ruangan itu." potong Hela dengan cepat, ia membulatkan matanya.

Angelo menoleh, "Benarkah ? Lalu?"

"Terdengar suara, suara itu menyuruhku untuk mengikuti garis lampu di langit-langit untuk mencari tahu." Hela menjelaskan semuanya secara detail. Angelo tertegun, ternyata ia menemukan orang yang bernasib hampir mirip dengannya.

"Lalu bagaimana kau bisa ada disini?" tanya Angelo.

Hela menghela nafas panjang, "Sepulang kerja, aku menunggu kereta di stasiun, tidak biasanya disana sangat sepi, bahkan petugas pun tidak ada. Lalu aku pergi ke toilet dan tiba-tiba ada yang membekapku dari belakang. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi dan terbangun di ruang aneh yang sama seperti ceritamu tadi." jawab Hela, matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak tau siapa yang dengan kejamnya melakukan ini padaku. Dan siapa orang yang dengan gilanya membuat tempat ini. Untung kau menembak serigala itu, kalau tidak, mungkin aku sudah mati." lanjut Hela, tangisnya mulai pecah.

"Jika kau diberi arahan lewat suara, aku diberi arahan lewat surat. Ini." kata Angelo sambil merogoh kantong bajunya, Ia mengeluarkan secarik kertas dan seutas pita hitam berukuran pendek.

Bunuh yang buas. Selamatkan yang malang.

Angelo menunjukan tulisan di kertas itu kepada Hela. Ia juga menunjukan pistol yang baru saja ia gunakan untuk membunuh serigala.

"Surat ini digulung memanjang dan di ikat dengan pita hitam saat pertama kali aku menemukannya di ruang senyap. Di sebelahnya juga terdapat pistol yang ketika aku cek ternyata hanya ada satu peluru yang artinya aku hanya punya satu kesempatan untuk menembak. Aku juga tidak tau muncul darimana kedua benda ini. Tak lama setelah aku membaca surat itu kemudian pintu terbuka dan mengarahkanku pada sebuah gang, berbeda denganmu, aku hanya ditunjukan satu buah gang yang menuntunku ke dalam labirin. Bentuk labirinnya suka berubah dengan tiba-tiba, yang tadinya lurus lalu menutup dan berkelok ke arah kanan, ke kiri dan begitu seterusnya. Sangat memusingkan, aku terus berjalan sesuai dengan sisi mana saja yang terbuka. Dan tiba-tiba sisi labirin membawaku ke dalam ruangan ini dan sisi dinding lainnya terbuka tepat di belakangmu, aku teringat isi surat itu dan langsung menembak serigala yang hampir menerkammu." kata Igoy menjelaskan, Hela mendengarkannya dengan seksama. Mereka berdua kemudian terdiam, sama-sama memikirkan maksud dari semua ini dan mencari benang merahnya. Hela merasa berada dalam skenario mengerikan yang entah siapa dalangnya.

Tiba-tiba sisi dinding di samping mereka menonjolkan bentuk kotak kecil dan kotak itu terbuka. Bentuknya hampir sama seperti lift pengantar makanan di ruang Igoy, hanya saja kamuflasenya di dalam tembok terlihat sangat halus dan hampir tak telihat. Di dalamnya terdapat bingkisan hitam yang diikat asal.

"Nah, itu dia." gumam Angelo, dengan cepat ia beranjak menghampiri kotak itu dan mengeluarkan bingkisannya, lalu kotak itu menutup dan kembali tersemat ke dalam tembok. Angelo membawa bingkisan itu dan meletakannya di depan Hela. Ia membukanya, satu balok roti manis, satu botol susu dan satu kaleng sarden yang masih hangat berjejal di dalamnya.

Hela mengeryit, samar-samar ia mendengarkan gumaman Angelo barusan, "Apa ? Apa yang tadi kau bilang ?"

"Ah tidak, aku tidak mengatakan apapun. Kau mulai berhalusinasi, mungkin karena lapar. Ini, makanlah." kata Angelo sambil membagi roti manis menjadi dua bagian, ia memberi setengahnya kepada Hela dan setengahnya lagi langsung ia makan dengan lahap.

Hela menerimanya dengan ragu dan mulai melahapnya walau dalam hati ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Angelo.

Nah, itu dia? Apa maksudnya ? Reaksinya seperti bingkisan itu adalah benda yang ia tunggu-tunggu. Apa yang sebenarnya ia ketahui, batin Hela.

.

.

Tbc.

Halo awesome people! Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya, tanggapan dan penilaian kalian sangat aku butuhkan, karena penulis bukanlah apa-apa tanpa masukan dari pembaca, hehe.

Tunggu update selanjutnya yaah.

Happy reading and don't forget to vote. Hatur nuhun :)

TWO SIDESWhere stories live. Discover now