Dendam menghitam melegam seperti malam. Pedih melirih kian membuih. Ini kisahnya dengan hatinya sendiri. Dua sisi yang saling melawan merebut tahta. Si petarung dan si pecundang bergaung menjadi satu.
"Apa yang harus kami lakukan, Nona ?"
"Lakukan seperti apa yang kuperintahkan kemarin." jawabnya tanpa menoleh kepada dua laki-laki bertubuh tegap dan berpakaian serba hitam di belakangnya.
Laki-laki berwajah sangar itu saling pandang dengan teman di sebelahnya, dengan ragu ia menjawab , "Ta..Tapi nona. Ia seorang petinggi."
Natalie memutar kursinya, kakinya menyilang, kedua telapak tangannya disatukan, jari-jarinya meregang membentuk jaring. Powerfull pose. Matanya menyorot tajam ke arah dua anak buahnya, "Do it, now."
"Yes, Mam." jawab kedua laki-laki itu kemudian pamit meninggalkan ruangan setelah memberikan salam hormat.
Natalie kembali memutar kursinya, mengamati pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Ia berada di lantai paling atas sebuah gedung perusahaan, MRCL Corps. Induk perusahaan di berbagai bidang industri yang dipimpinnya. Natalie adalah pebisnis yang sangat sukses di usia 26 tahun, berawal dari pembelian sebagian saham dan berkembang dengan pesat setelah ia menjabat sebagai pimpinan. Namanya tercatat sebagai salah satu perempuan terkaya di bumi, kekayaannya ditaksir mencapai ratusan triliun.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Laki-laki berpakaian formal masuk dan memberikan salam hormat. Terdapat alat komunikasi di telinga kirinya.
"Nona, target sudah dipindahkan kedalam The Nest." Ia adalah X, tangan kanan Natalie yang sangat dipercaya olehnya.
"Bagus. Sekarang antar aku kesana. Surprise still surprise." kata Natalie sambil tersenyum, ia meraih tas kerjanya dan melenggang meninggalkan ruangan.
***
Seorang perempuan terlihat menelungkup di lantai. Ia terbangun ketakutan, tubuhnya kedinginan. Tangannya menutupi dada dan kemaluannya saat merasakan tak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya. Matanya beredar ke penjuru sudut dengan perasaan was-was. Nihil, ia tidak dapat melihat apapun. Gelap gulita.
Ia bangkit dengan sisa tenaganya. Memberanikan diri untuk melepaskan tangan dan meraba ke sekitar. Sepuluh langkah, tak merasakan apapun. Ke berbagai arah, juga tak merasakan apapun. Kakinya berhenti melangkah dan mulai menangis, kebingungan dan ketakutan.
"Arrghh!" Ia berteriak sekeras mungkin, berharap ada seseorang yang mendengar. Anehnya, suaranya tak menghasilkan gema. Teriakannya seperti terserap entah kemana. Tempat itu sangat sunyi, yang bisa ia dengar hanyalah detak jantung, desahan nafas dan sesuatu yang terasa mengalir ke kepalanya. Mungkinkah ia berada di dimensi lain ?
Perempuan itu mulai putus asa, tangisnya semakin pecah. Ia memeluk kedua lututnya dan tidur meringkuk di lantai seperti janin. Ia tak tau bagaimana bisa terjebak di tempat aneh ini. Hitam dan senyap. Sangat senyap.
"Arrghh!" teriaknya lagi. Sudah sangat lama ia berada disana. Kedua tangannya memegang kepala, kesunyian membuatnya merasa gila. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah kematian. Tangisnya belum juga berhenti. Tiba-tiba lampu menyala, sangat terang sampai menyilaukan mata perempuan itu. Matanya memperhatikan sekeliling, ia berada di dalam ruangan berbentuk kubus yang cukup luas dengan desain yang aneh. Seluruh permukaan temboknya dilapisi banyak limas segitiga yang lancip. Lantainya terbuat dari semacam sekat jaring yang dapat melihat ke sisi kosong dibawahnya, yang memiliki desain sama anehnya.
Anechoic Chamber atau Ruangan Anechoic. Ruangan tanpa gema, ruangan paling senyap di dunia. Dirancang untuk meredam gelombang suara maupun gelombang elektromagnetik. Tak ada suara apapun yang dapat menggema di ruangan ini, di desain sedemikian rupa sehingga suara seperti terserap karena tidak memantul di permukaan dindingnya.
YOU ARE READING
TWO SIDES
Mystery / ThrillerSakit hati dapat merubah karakter seseorang, air dapat berubah menjadi darah karenanya. Siapa sangka, gadis berwajah polos itu telah menipu banyak orang. Innocent face hanyalah topeng dibalik jiwa psikopatnya. Sakit hati telah merasuk dan merusak j...