TS - 7

48 3 0
                                    

Sementara di The Nest..

Angelo menatap wajah Hela yang tertidur pulas di sebelahnya, berbaring miring diatas lantai yang dingin dengan perut kelaparan. Akhirnya perempuan itu bisa tidur juga setelah menangis tidak karuan, ia sudah menceritakan semuanya kepada Angelo bahwa Arloji silver itu adalah milik mantan kekasihnya. Tapi, apa benar laki-laki yang Angelo lihat adalah mantan kekasih Hela ? Bagaimana bisa ? Kebetulan atau memang sudah di rencanakan ?

Wajah Hela mengingatkan Angelo dengan mendiang ibunya, garis mata yang tegas, hidung mancung yang menipis di ujung serta tahi lalat kecil di atas bibir, Hela berbeda dengan perempuan Rusia kebanyakan karena rambut dan bola matanya yang berwarna hitam. Ditengah tatapannya, Angelo mencoba mengingat kembali tentang laki-laki si pemilik arloji. Ya, ia pernah melihatnya terikat di kursi yang kini berada di belakangnya, ingatannya tidak terlalu jelas, tapi ia yakin arloji itu miliknya.

Flashback on

"Area Netral ?"

"Jangan, kita belum mendapat jawaban dari Nona."

"Bagaimana kalau di Labirin ?"

"Kita belum mempersiapkan apa-apa. Ini diluar rencana."

Samar-samar terdengar suara percakapan, ia membuka matanya dan melihat orang-orang berseragam serba hitam yang bergerumun di depan, membelakangi dirinya. Ia menoleh ke samping, ada seorang laki-laki tak sadarkan diri yang kaki dan tangannya terikat ke kursi. Sepertinya ia bukan orang sembarangan jika dilihat dari arloji, dasi dan sepatu yang ia pakai.

"Kenapa ia masih disini ?!" bentak seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

Angelo reflek menoleh karena mengenali suara itu, ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena ruangan yang gelap dan kesadarannya yang belum pulih seratus persen. Perempuan itu menyadari bahwa Angelo menoleh kearahnya, perempuan itu menggerakan kepalanya seolah memberikan isyarat kepada laki-laki yang bergerumun.

BUG!

Pukulan keras yang entah dari laki-laki yang mana membuat Angelo kembali tak sadarkan diri.

Flashback off

Tiba-tiba Hela terbangun dengan nafas terengah-engah. Ia duduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa takut dan tetes keringat yang membasahi anak rambut di dahinya. Angelo reflek memalingkan wajahnya dan mengubah posisi tubuhnya.

"Kau kenapa ?" tanya Angelo sinis dengan posisi tubuh berbaring, matanya menatap lurus ke langit-langit.

"Aku mimpi dia lagi." jawab Hela dengan nada serius.

Angelo mendelikkan matanya, "Siapa ?"

Hela merogoh sakunya, menunjukan arloji silver kepada Angelo. Laki-laki itu beranjak, ia kemudian duduk bersila di depan Hela, "Aku rasa ini bukanlah sebuah kebetulan, Hela. Kita harus mencari petunjuk untuk mendapatkan benang merahnya."

"Petunjuk ? Kita harus keluar dari sini, dengan atau tanpa petunjuk!" jawab Hela ketus.

Angelo mendekatkan wajahnya ke wajah Hela, jarak mereka kini hanya beberapa centimeter, "Dengarkan aku, siapapun yang mengurung kita disini pasti punya suatu alasan. Jika memang ia berniat membunuh kita, seharusnya sudah sejak awal. Tapi, kau lihat sendiri, kita dibawa kesana kemari dengan mengikuti petunjuk darinya."

Hela mengernyitkan dahinya, "Jadi maksudmu ?"

"Kita sedang dipermainkan."

Hela tercenung, tiba-tiba di pikirannya terbesit tentang mantan kekasihnya, "Dia juga pasti berada disini."

TWO SIDESWhere stories live. Discover now