TS - 1

381 11 2
                                    

Perlahan ia membuka matanya. Pengelihatannya masih kabur, kepalanya terasa pusing. Tubuhnya juga pegal karena tak menyadari sudah seharian ia dalam posisi terduduk. Laki-laki itu mencoba bersikap tenang saat menyadari tangan dan kakinya terikat ke kursi.

Ia mengedarkan pandangan, tak dapat melihat dengan jelas karena minimnya pencahayaan. Ruangan itu temaram dengan hanya satu lampu yang menyorot dirinya dari atas, sementara sisi lainnya terlihat gelap. Tidak banyak perabot di dalam sana, hanya satu lemari tua dan kursi kosong tepat di depannya.

Dimana aku, apa yang terjadi padaku. Kenapa aku bisa berada di dalam sini, batinnya.

Ceklek.

Handle pintu di depannya terlihat begerak ke bawah, pertanda ada yang membukanya dari luar. Pintu itu lalu terbuka lebar, ada bayangan seseorang yang sedang berdiri disana. Ia melangkah mendekatinya. Samar samar terlihat postur perempuan berambut panjang. Semakin mendekat dan terlihat jelas saat ia berada di area yang terkena lampu sorot.

Laki-laki itu terbelalak. Ia meneliti perempuan cantik yang berdiri tanpa ekspresi di hadapannya. Rambut hitam kecoklatannya tergerai sampai pinggang, sorot matanya dingin, ia hanya menggunakan kemeja putih menerawang yang terlihat kebesaran sampai paha, lengan panjangnya dilipat sampai siku. Yang semakin membuat kaget adalah perempuan itu tak menggunakan apapun di dalamnya, tercetak jelas dua gundukan kembar di dadanya dan hanya menggunakan celana dalam. Ia mengenali perempuan itu.

"Natalie ? Apa yang-"

"Kau terlihat sangat lelah." potong Natalie dengan datar. Ia menggeser kursi kosong dan mendaratkan pantatnya disana. Kaki kirinya menyilang diatas kaki kanan. Tatapan matanya dingin.

Laki-laki itu mengernyit, "Apa maksudmu ? Dan bisakah kau jelaskan kenapa aku ada disini dalam keadaan terikat ?" ia menggerakan tangan dan kakinya, mencoba melonggarkan ikatan.

"Kau tau rasanya kehilangan sesuatu yang sangat kau cintai ?" tanya Natalie dengan wajah datar.

Laki-laki itu terdiam, tak mengerti dengan maksud kalimat barusan. Natalie mengulas senyuman, tangannya merentang ke samping, menunjuk ke arah sudut gelap. Mata laki-laki itu mengikuti arah tangan Natalie. Ia menyipitkan matanya, mengira-ngira apa yang ada dibalik kegelapan.

Ia tercengang, disana tergeletak mayat anjing Siberian Husky. Tubuhnya berlumuran darah yang sudah mulai kering. Terdapat anak panah panjang yang menembus kepalanya. Jantungnya seakan berhenti saat ia menyadari kalung di leher anjing itu.

"Miko?! Apa.. Apa yang sudah kau lakukan padanya, Nat ?!" pekik laki-laki itu sambil mengisak tangis, mayat anjing itu adalah mayat anjing miliknya. Yang ia pelihara sedari kecil sampai mereka tumbuh bersama.

Natalie beranjak, "Seperti itu rasanya." katanya sambil menutup mata laki-laki itu dengan sapu tangan merah miliknya.

"Apa-apaan lagi ini ?! Hentikan! Hentikan! Tolooonggg.. Tolong!" teriak laki-laki itu dengan terus memberontak menjauhkan kepalanya dari sentuhan Natalie.

Natalie tersenyum miring, "Percuma, sayang. Ruangan ini kedap suara, hanya aku yang bisa mendengar teriakanmu."

"Menjauh dariku perempuan gila!" laki-laki itu terus berteriak dan menggerak-gerakan badannya sampai kursinya ikut bergeser.

"Diam!"

BUG!

Sebuah pukulan mendarat di pelipis laki-laki itu. Pukulan yang sangat keras dari Natalie yang jago bela diri. Ya, diam diam dibalik tubuh langsingnya menyimpanan kekuatan yang besar untuk menghajar seseorang. Karena kekuatannya itu pula Ia mampu membopoh tubuh laki-laki itu dalam keadaan terbius.

TWO SIDESWhere stories live. Discover now