Suatu sore di penghujung hari..
"Apa yang membuatmu begitu mencintaiku ?" tanya Igoy, tangan kirinya menggenggam erat tangan Natalie, sementara tangan kanannya mengendalikan stir mobil. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang, suasana sedang gerimis diluar.
"Kepribadianmu. Your personality. Itu yang membuatku jatuh cinta." jawab Natalie dengan tulus, ia menyandarkan kepalanya dengan manja di bahu Igoy. Sesekali matanya melirik wajah manis di sampingnya, wajah itu membalas dengan senyuman.
"I love you." kalimat itu terucap bersamaan dengan senyuman dan tatapan yang mendalam dari mata Igoy. Natalie terpaku, mobil lalu berhenti karena macet. Mereka saling adu pandang, senyum terlukis di wajah mereka berdua. Igoy mengecup punggung tangan Natalie, kemudian mengecup keningnya.
Natalie terbangun dengan nafas terengah-engah, keringat membasahi dahi dan pelipisnya. Ia langsung memposisikan tubuhnya terduduk diatas tempat tidur. Matanya melirik ke arah jam digital diatas meja, waktu masih menunjukan pukul 02.00 pagi. Ia mendenguskan nafasnya dengan kesal.
Sial! Kenapa harus mimpi itu lagi, batinnya. Ia mengacak rambutnya dan turun dari tempat tidur, tangannya menyambar mantel tidur panjang dan memakainya lalu berjalan keluar ruangan. Terlihat seorang penjaga sedang berjaga di ujung koridor, kepalanya mengangguk sopan saat Natalie melirik dan mengajaknya berjalan mengekor di belakang. Natalie menempati salah satu ruangan khusus di The Nest, ruangan itu tidak beda jauh dengan ruangan yang ditempati Igoy. Sebuah kamar yang bersih dan nyaman, lengkap dan toilet yang semuanya bernuansa Eropa.
Natalie sampai di depan ruangan Igoy, ia berdiri diambang pintu, ia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kali ini ia tak ingin lepas kendali lagi, tangannya meraih kunci dari saku mantelnya, memasukannya ke dalam lubang kunci dan memutarnya perlahan. Pintu besar itu memperlihatkan celah, Igoy sedang berdiri di samping tempat tidur, tubuhnya membelakangi Natalie. Kepalanya menoleh saat Natalie melangkah masuk, sementara sang penjaga dengan cepat menutup pintu dan berjaga diluar.
"Apa tujuanmu sebenarnya, Nat ?" tanya Igoy tiba-tiba.
Natalie diam sejenak, "Kau belum tidur ?"
"Jawab." kata Igoy cepat, ia tidak ingin lagi berbasa-basi dengan perempuan itu. Ia membalikan tubuhnya dan berjalan ke arah Natalie.
"Kau milikku. Selamanya milikku." jawab Natalie, matanya menatap tajam wajah Igoy.
Mendengar jawaban itu, tangan Igoy menggenggam kedua bahu Natalie dengan kuat, tatapannya menajam, "Kembalikan kehidupan normalku."
"Kehidupanmu ada disini. Bersamaku." Natalie menjawabnya datar.
Igoy menahan amarah yang bergejolak di dalam dirinya, tangannya masih menggenggam bahu Natalie. Jika saja Natalie adalah laki-laki mungkin Igoy sudah menghajarnya karena emosi. Ia menundukan wajahnya dengan gusar kemudian kembali menatap ke wajah Natalie, "Semua sudah jelas, Nat. Tidak ada lagi yang tersisa, jikapun ada, mari kita selesaikan secara baik-baik. Kumohon, keluarkan aku dari sini."
Natalie menatap wajah yang memelas di depannya, ia tahu itu hanyalah usaha untuk merayunya, "Kau yang seharusnya mengembalikan kehidupan normalku, Igoy. Kau datang tak membawa apa-apa tapi pergi membawa segalanya."
Igoy mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu ?"
"Aku tidak akan menjadi seperti ini, jika bukan karenamu."
"Natalie. Sadarlah, semua tidak bisa dipaksakan. Kita sudah berpisah dan itu sudah menjadi keputusan bersama. Sudah bertahun-tahun yang lalu dan kau baru mempermasalahkan ini sekarang ? Juga dengan cara yang diluar batas normal ? Ini sama saja dengan tindakan kriminal!" jawab Igoy seraya menggungcang-guncangkan bahu Natalie.
YOU ARE READING
TWO SIDES
Mystery / ThrillerSakit hati dapat merubah karakter seseorang, air dapat berubah menjadi darah karenanya. Siapa sangka, gadis berwajah polos itu telah menipu banyak orang. Innocent face hanyalah topeng dibalik jiwa psikopatnya. Sakit hati telah merasuk dan merusak j...