8 | The Strategy

27 4 1
                                    


Awalnya, hanya pada awalnya Kyungsoo berpikir bahwa jawaban bukanlah sesuatu yang ia butuhkan. Semenjak hari dimana keberanian itu muncul, hidup Kyungsoo nyaris selalu dipenuhi bayang-bayang. Kekesalan, penantian, rasa penasaran, kerinduan...

Hingga sampai detik ini, Kyungsoo sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Jawaban adalah sesuatu yang ia butuhkan.

Dan Kyungsoo merasa akan gila karena dialog satu Minggu lalunya dengan Maya masih tetap membekas di gendang telinganya.

"Kau bercanda," kekeh Maya saat itu meski ekspresinya sangat bertolak belakang dengan nada bicaranya.

Kyungsoo menggeleng, sedikit kecewa dengan respon Maya. "Hal paling sulit bagiku adalah menyukai seseorang, maksudku, suka tidak sebatas teman. Dan sekarang aku menyukaimu, tanpa ada kesulitan apapun."

Sebuah tawa singkat aneh muncul di bibir Maya, ia masih tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja Kyungsoo katakan. "Apa kau sakit? Oh, aku tahu. Kau sedang balas menjebakku ya?"

Dan selanjutnya, saat itu Maya tahu, diamnya Kyungsoo menandakan bahwa dugaan Maya sama sekali salah.

Kyungsoo tidak sedang bercanda. Sedikitpun.

"Kau serius?", tanya Maya konyol.

"Apakah hal seperti ini pantas untuk jadi bahan bercandaan?"

Maya menunduk. Kyungsoo tetap menatapnya.

"Maya, apakah--- Tidak. Tidak," Kyungsoo menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tertawa canggung.

Maya melihatnya dengan tatapan tak terdefinisi -- dan terlalu berisiko bagi Kyungsoo untuk mendefinisikannya. Kyungsoo tidak mau tahu.

Tepatnya, ia belum siap untuk tahu, saat itu.

Maka ia memilih untuk berada di zona aman. Ia ingin Maya memikirkan perkataannya. Dan memberikan jawaban yang pantas.

"Kyungsoo-ya..."

"Tidak. Jangan bicara apapun. Satu-satunya hal yang kuinginkan adalah kau tahu."

Hening di antara mereka.

Mungkin Kyungsoo melewatkan bulir pertama yang mengaliri pipi Maya. Namun merahnya wajah gadis itu sudah cukup memberitahu Kyungsoo bahwa ia tengah menahan sesuatu di sana. Di dalam hati ataupun pikirannya.

"Aku pergi," ucap Kyungsoo lembut. Dan akan kembali.

Maya mendongak, kemudian mengangguk. "Aku juga."

"Jaga dirimu."

"Kau juga."

"Sampaikan salamku kepada nenek Jung."

Lagi, Maya mengangguk. "Akan kusampaikan."

"Katakan padanya, aku rindu."

"Baiklah."

"Terlebih kepada tetangganya. Aku sangat rindu." Untuk kalimat ini, Kyungsoo merasa sedikit menyesal telah mengucapkannya.

Kenapa kau mengucapkan sesuatu yang sangat menjijikkan seperti itu, Do Kyungsoo? Rutuknya saat ini.

Saat itu Maya diam. Kepalanya tertunduk lebih dalam.

"Aku pergi."

Dan itu adalah pertemuan terakhir mereka yang menyisakan  berjuta cabang pertanyaan dalam pikiran masing-masing.

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang