Maya
Yook Sungjae:
Selamat bermimpi indah, Nona! Kerja yang benar. Aku tahu wajahku tampan, tapi kau tidak boleh telat hanya karena terus memikirkanku. Arasseo? XixixiYook Sungjae memang senarsis itu. Aku sudah tidak asing lagi dengannya. Baru ku ketahui sejak kedekatan hubungan pertemanan kami bahwa ia adalah anak pemilik perusahaan tempatku bekerja. Anak pemilik Nature Republic!
Saat tahu satu fakta mencengangkan itu, yang terbayang dalam benak ku adalah mungkin kamarnya lengkap dengan rangkaian skin care NR yang diinginkan setiap wanita termasuk aku. Tapi kau tahu, skin care NR terlalu mahal untuk ukuran dompetku. Jadi, aku hanya memakai bedak dan lipbalm setiap harinya.
Percayalah, wudhu adalah skin care terbaik dan termurah.
Kembali ke Yook Sungjae, laki-laki itu entah kenapa berjalan mengikutiku sampai ke depan apartemen. Ia berdalih ingin mencari udara segar. Yang benar saja. Kuyakin di kawasan perumahannya yang elit, udaranya bahkan jauh lebih segar daripada di sekitar apartemenku.
"Tidak kusangka naik bus semenyenangkan itu," ujarnya hingga aku tertawa sarkas.
"Kau tahu? Seisi penumpang bus justru memikirkan semua merek mobil yang kau punya."
Lalu kami sampai di depan apartemenku.
Sungjae mendesah, "rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau."
Aku tidak peduli.
"Aku masuk dulu. Maaf aku tidak bisa mengajakmu mampir."
Sungjae menggeleng sambil memamerkan cengirannya seperti biasa. "Masuklah. Aku ingin mencari toko kue beras pedas. Apakah ada?"
Aku mengangkat bahu, "aku tidak yakin."
"Baiklah," ujarnya. "Cepat masuk."
Kami sempat berdadah-dadah sebelum aku benar-benar masuk ke dalam apartemen. Begitulah. Laki-laki itu sungguh baik. Dan jika dipikir-pikir, Sungjae adalah yang paling dekat denganku di kantor. Dia selalu menempeliku apapun alasannya hingga aku curiga apakah dia tidak punya pekerjaan atau bagaimana?
Kemudian aku ingat bahwa Sungjae adalah pewaris NR dan sepertinya masuk akal jika pekerjaan adalah hal yang tidak ia perlukan.
Me:
Baiklah, Tuan Narsis. Bagaimana, apakah kau menemukan toko kue berasnya?Lalu sebuah pesan balasan sampai.
Yook Sungjae:
Tidak. Dan sekarang aku merasa sedih. Aku sangat ingin makan itu TTDia baik. Teman yang sangat baik.
Me:
Kkkkk Neo ppaboya. Kenapa jauh-jauh ke sini? Di dekat rumahmu kuyakin banyak.Yook Sungjae:
Hmm... benar juga. Kenapa aku mendadak jadi dungu?Me:
Oops! Kau yang bicara, bukan aku kkkkkkHampir setiap malam kami saling berkirim pesan seperti ini. Tidak, tepatnya terakhir kali saat tiga hari lalu. Dan setelah itu Yook Sungjae tidak tampak di kantor juga tidak pernah mengirimiku pesan. Salah seorang karyawan berkata bahwa ia tengah dalam perjalanan bisnis ke Jeju. Entahlah, aku tidak pernah menyinggungnya.
Cukup lama sampai sebuah dering terdengar.
Ting!
Tanda sebuah pesan masuk. Tapi senyumku luntur, berganti dengan degup yang selalu muncul kala dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan orang yang namanya kini tengah kutatapi di layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta
FanfictionDi bawah langit biru, di pagi itu, di saat kita bertemu, kamu dan senyummu, pencipta degup lain di jantungku.