eight • p r e c i o u s

55 5 0
                                    

Aku mendobrak pintu studio dan berlari keluar walau membuat kegaduhan. Yoongi yang kebingungan mengejarku.

"Minjae! Minjae-Ssi!" Yoongi menarikku yang menangis tak karuan.
"Ada apa denganmu?!" Yoongi mengguncang bahuku dan membisikkan kepadaku bahwa aku harus tenang.

"J-Jimin kecelakaan-" Tangisku semakin pecah memikirkan kondisi kakak tingkatku yang sudah kuanggap sebagai sahabatku sendiri.

"Dimana dia?" Tanya Yoongi.

"Royal Hospital."

"Akan aku antarkan kau kesana, tenanglah Minjae." Yoongi merangkulku dan menuntunku menuju tempat dimana mobilnya berada.

Selama perjalanan, yang kupikirkan hanyalah betapa ceroboh Park Jimin untuk bisa menjadi korban tabrak lari, alasan ia pergi, mengapa ia tidak berunding denganku.
Aku adalah anak yang paling cengeng di dunia, aku menangis karena temanku mendapat nilai jelek, aku menangis ketika kucing jalanan tidak ada di tempatnya, aku menangis untuk segala hal.

"Berhentilah menangis, Jimin itu kuat, kau tahu?" Yoongi menepuk pundakku ketika kami berjalan memasuki rumah sakit.

"Kenalan Park Jimin?"

Aku mengangguk cepat dan dituntunnya menuju ruangan Park Jimin yang ada di lantai 5.

Ia tersenyum di atas ranjang bersamaan dengan anggota kepolisian yang keluar dari ruangannya. Ia melambai pelan kepadaku walaupun aku bisa melihat perban di pipi kanannya dan gips memeluk lengan kanannya.

"Apa yang terjadi denganmu Sunbae.." Aku berhamburan ke arah Jimin dan menangis di tepi ranjangnya, yang bisa kudengar adalah suara tawa renyah Jimin.

"Kenapa kau menangis begini? Apa kau sedih karena tidak bisa menonton filmnya?"

"Kau menyebalkan!"

"Hyung, maaf." Ucap Jimin kepada Yoongi.

"Kau tidak apa? Apa yang terjadi?" Tanya Yoongi.

"Aku baru keluar dari toko polaroid yang ada di belakang sekolah ketika van hitam menabrakku."
"Hyung, aku rasa yang mengendarai mobil itu adalah 'dia'."

"Siapa?" Sahutku.

Jimin tersenyum menatapku dan memberiku tisu.

"Jangan banyak tanya, berhentilah menangis dulu." Katanya.

"Aku kaget setengah mati ketika menerima kabarmu, rasanya seperti kau akan mati saja." Ujarku.

"Dia membuat gaduh seisi studio." Timpal Yoongi.

"Kau khawatir denganku? Kau sangat lucu." Jimin menepuk puncak kepalaku lalu melemparkan tisu ke wajahku lagi.
"Berhenti menangis dulu, kau jelek."

"Tapi kapan kau akan keluar?" Tanya Yoongi.

"Besok. Aku tidak sebegitu parah."
"Tapi aku masih ingin meneruskan kasus ini."

"Karena kau berfikir bahwa 'dia' yang menyebabkan ini semua?" Tanya Yoongi.

Jimin menatapku lagi dan menghentikan topik anehnya dengan Yoongi yang tak kupahami.

Hari itu, 'kencan' dan semua rencana Jimin akhirnya gagal.

☔️

Sepulang sekolah, aku membantu Jimin untuk kembali pulang dari rumah sakit. Siang ini, kami sedang makan siang di suatu tempat pilihan Jimin.

"Lagi-lagi aku merusak kesempatanmu. Maaf ya Mint." Kata Jimin disela-sela makan malamnya itu.

"Jangan minta maaf. Aku jadi merasa jahat, Sunbae."

fall for you ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang