fourteen • f e e l i n g s

57 5 0
                                    

Aku memutuskan menemani Jimin yang sepertinya juga sedang banyak pikiran ini untuk minum di salah satu kedai di pinggir jalan. Aku jarang minum, aku bahkan hampir tidak pernah minum, tapi kali ini ada yang membuatku lebih terkejut tentang minum alkohol.

"Jimin, berhentilah! Kau sudah minum 3 botol hanya dalam 15 menit, apa yang salah denganmu?!"

Jimin yang 'brutal' itu hanya cengengesan dan mengangkat tangannya untuk meminta soju yang lainnya.

"Rumahmu ada dimana?" Tanyaku, berjaga-jaga bila Park Jimin tiba-tiba muntah dan pingsan di jalan.

"Disini." Jimin menunjuk jantungku lalu meneguk alkohol lagi.

"Kau mau kupesankan gyoza? Mau pesan sate kulit?"
"Jangan minum terus wajahmu jadi merah dan berkeringat banget.." Omelku sambil mengusap wajah Jimin dengan tisu yang ada di meja.

"Dengarkan.." Jimin memegang tanganku yang sedang mendarat di pipinya, suaranya terdengar parau dan matanya tidak terbuka sempurna, dia sudah mabuk.

"Ap- Apa?"

"Jangan mengkhianat- i.. aku.. la-gi.."

Jimin terus bergumam sambil menopangkan kepalanya dengan tanganku, wajahnya terlihat merah dan ia masih berusaha meneguk botol sojunya.

"Mau pulang? Ayo kita pulang, Sunbae~" Aku mengguncang bahu Jimin, namun ia menggeleng.

"Kau ta-u~ rumahk-u~?"

Aku menggeleng cepat, "Maka dari itu jangan mabuk."

Jimin yang setengah terpejam sambil memegang soju itu berusaha meraih wajahku, tangannya meraba angin dan terus menggumamkan wajahku.

Brak!

☔️

Jimin masih disana, berdiri di depan kelas sambil sesekali menengok ke dalam kelasku.

"Kumohon jangan bel.. kumohon jangan bel.." Batinku terus berdoa agar bel pulang tidak berdering.

Kriing!

Bel cepat dengan sekali dering terdengar nyaring, Bi Seo Ssaem menutup pelajaran dan keluar dari kelas, lalu Park Jimin masuk ke dalam kelasku bersamaan dengan anak-anak kelas yang berhamburan untuk pulang.

"Akhirnya aku menemukanmu." Jimin menggenggam lenganku dengan terengah-engah.

Selama seharian aku terus bersembunyi dari Jimin, saat istirahat pertama, aku makan roti lapis di bilik kamar mandi, saat istirahat kedua aku memilih untuk masuk ke aula atas untuk main basket, namun ia kini mencegatku tepat setelah pulang sekolah.

"Kau terus menghilang hari ini. Ada apa?!"

Aku hanya tersenyum canggung sambil membereskan bukuku, Jimin membantuku memasukkan buku dan pensil, namun aku terus berusaha menjaga jarak.

"Kau ini kenapa?" Jimin menarik pinggangku agar aku bisa mengakhiri jarak yang kubuat.

Wajahku mendarat sejengkal dari wajahnya, membuat aku bisa mendengar dan merasakan deru nafas Jimin, padahal di kelas belum benar-benar sepi.

Aku harap detak jantungku tidak terdengar sampai telinga Jimin.

"Yahh~ Mint, sudah merindu?" Goda Hyeona dan temannya sambil berjalan keluar kelas.

Aku buru-buru mendorong Jimin pelan dan melanjutkan membereskan meja, aku bisa melihat tingkah Jimin menjadi gugup dan wajahnya semerah kepiting rebus, sama seperti aku yang kini juga bingung harus bilang apa.

fall for you ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang