ten • d e c i s i on

53 5 0
                                    

Matahari di pagi ini tak seperti biasanya, seperti ada yang berubah dari dalam diriku, atau dari situasi di sekitarku.

Rasanya sesak, sinar matahari yang menerpa diriku rasanya seakan terus menguras energiku dan berusaha menghentikan aku untuk terus melangkah.

Apa yang terjadi kemarin, apa yang terjadi semalam, apa yang terjadi sebelumnya, atau apapun itu aku tak lagi ingin mengingatnya, aku tak lagi ingin terlihat memalukan dan kebingungan karena semua hal.

"Jae." Da Rin yang ada di pagar menuntunku yang berjalan selambat siput.

Aku langsung tersenyum ketika wajah khawatirnya mulai terlihat, "Jangan tanyakan aku kenapa, atau jangan tanyakan kondisiku, aku baik-baik saja."

Tak jauh dari situ, Jissle mulai nampak dan menghampiri kami berdua.

"Minjae!"
"Are you okay?"

"Teman-teman."
"Aku baik-baik saja dan akan berusaha terus baik-baik saja. Mari hentikan misi ini sampai disini saja."
"Masa laluku itu terserah mau di apakan, aku pikir ini semakin tidak ada gunanya."

Aku pergi meninggalkan Darin dan Jissle dengan perasaan yang makin merasa bersalah, rasanya seperti menolak mentah-mentah perhatian mereka, namun aku benar-benar tidak ingin dihujani dengan empati saat ini.

Di depan kelasku, Park Jimin sudah menanti, melipat kedua tangannya dan bersandar di samping pintu.

Apalagi pria di depan ini, aku..

"Minjae, aku menunggumu."
"Mari bicara."

Aku mengikuti Jimin menuju balkon yang sejuk, dimana Jimin langsung memberiku sebotol minuman.

"Makasih."

"Kau meninggalkanku begitu saja kemarin. Aku cukup bingung, tapi sepertinya kamu memutuskan untuk bicara dengan Hyujin."

Aku mengangguk.

"Pernah berpikir bahwa semuanya terasa terganggu? Sekarang aku merasa begitu." Kata Jimin.
"Maaf tidak bisa mewujudkan keinginanmu, aku akan-

"-Akan apa? Berusaha mendekatkanku terus dengan Min Yoongi?" Potongku.
"Park Jimin, hentikanlah semuanya. Aku sudah menyuruhmu berhenti dari awal."

"Apa?"

"Aku tidak suka dengan semua ini, aku menolak, tinggalkan saja aku."
"Tapi apa yang di otakmu hanya menjodohkanku dengan temanmu agar aku tampil baik di acara? Hentikan. Coba pikirkan, apa kau tak berfikir bahwa semuanya terasa salah karena perjodohan ini?"

"Jadi kau menyalahkanku?"

Aku sejenak terdiam, namun pikiranku yang semakin gila dan menyesakkan ini memaksaku untuk berteriak dan menyalahkannya.

"YA! Ini semua, kehancuran ini, adalah karena kehadiranmu. Cukup jelas?"
"Maka mari hentikan semuanya." Aku melempar minuman dari Jimin dan pergi meninggalkannya.

Di dalam lorong itu, aku menangis.
Apa aku sudah gila? Apa yang aku lakukan kepada Park Jimin? Bukankah semua ini karena aku? Karena misi bodoh ini? Kenapa aku malah sekasar itu kepada Park Jimin?

Ketika semua hal terasa salah, aku memberikan semua rasa tertekanku kepada Park Jimin, memberikan semua rasa penat dan bersalahku kepada Jimin yang sudah berusaha sebisanya membantuku yang tak mampu sendirian ini.

Sebenarnya apa yang aku pikirkan?

☔️

Hyeona terus berusaha bicara kepadaku, memintaku menceritakan kejadian kemarin, mengenai Hyujin dan aku di kantin.

fall for you ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang