14. Si Pengganggu

67 1 0
                                    

Casie POV

Setelah seharian kemarin aku hanya berbaring di kasur dengan semuanya yang terasa berputar, aku harap hari ini akan menjadi hari yang lebih baik.

Aku sengaja hari ini tidak ingin bertemu atau sekadar melihat Rendy. Aku hanya ingin menenangkan hati dan pikiranku terlebih dahulu. Apalagi masalah dengan Sukma kemarin yang membuatku merasa tidak nyaman ketika berada di kelas. Alih-alih menyapa ketika berpapasan, Sukma justru melirikku dengan sinis.

"Cas, kenapa sih ngelamun terus? Ngelamunin apa emangnya?" Keyra menepuk lenganku pelan. Aku mengedip-edipkan mata. Kelas sudah sepi. Sejak satu jam yang lalu, aku lebih asyik melamun sampai tidak menyadari kalau bel istirahat sudah berbunyi.

"Eh, udah istirahat, ya?" tanyaku balik. Keyra tampak mengembuskan napas dan memutar bola mata.

"Kamu kalau masih sakit ke UKS aja, ya?"

Aku langsung menggeleng. Aku tidak suka UKS.

"Aku makannya nanti ajalah kalau istirahat kedua. Aku mau ke perpus, mau cari bahan ulasan buat tugas bahasa Indonesia. Nanti di kantin kalau ketemu sama Rendy jangan bilang aku ada di perpus." Kubereskan alat tulis yang berserakan di meja. Aku segera beranjak dan harus cepet-cepat mendapatkan bahan untuk ulasan karena waktu istirahatnya hanya lima belas menit. Juga takut kalau Rendy datang ke sini untuk menemuiku. Aku benar-benar sedang tidak ingin bertemu dengannya.

Aku sesekali berlari-lari kecil, mengejar waktu. Hingga seseorang memanggilku sewaktu aku sampai di samping lapangan upacara. Aku refleks menoleh ke sumber suara. Begitu aku melihat orangnya, aku langsung memejamkan mata pasrah. Kenapa sih harus ketemu dia di sini? Gila aja! Kalau ada yang liat nanti dikiranya ada apa-apa.

"I-iya?" tanyaku gugup. Kuedarkan pandangan ke beberapa titik, berharap tidak ada yang memergokiku sedang berdua dengan Kak Seta di sini. Aku sengaja berdiri agak jauh dari Kak Seta.

"Aku minta maaf, ya, buat masalah Sukma yang kemarin."

"Aku yakin, besok Sukma pasti tau kalau ini cuma salah paham." Aku berpura-pura membetulkan letak poni untuk mengurangi kecanggungan.

"Yeah. Aku udah putus sama Sukma."

Aku menunjukkan wajah prihatin sambil berkata, "Yang sabar, ya ...."

Dia hanya mengangguk seraya berusaha tersenyum. Miris sekali.

"Aku harap hubunganmu sama Rendy baik-baik aja."

Lho? Kok dia tahu aku ada hubungan dengan Rendy?

Ah, aku mencoba mengesampingkan pertanyaan itu terlebih dahulu. Ada banyak kemungkinan dia tahu kalau aku berpacaran dengan Rendy. Aku harus cepat-cepat pergi dari hadapannya.

"Maaf, ya, Kak. Aku buru-buru. Permisi."

Aku mengembuskan napas lega begitu enyah dari hadapannya. Perpustakaan tempat buku-buku nonfiksi ada di lantai atas, sedangkan untuk buku-buku fiksi ada di lantai bawah dengan ruangan terpisah, jadi aku harus manaiki tangga dari luar perpustakaan.

Brukkk

Aku menabrak seseorang.

"Aduhh, maaf, Mbak," ucapku spontan. Pandangan kami bertemu. Speechless. Kali ini aku merutuk lebih dari ketika aku bertemu dengan Kak Seta.

Aksara [On Going✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang