11. Di Balik Malam

83 5 0
                                    

Rendy POV

Mataku awas menatap layar laptop sejak satu jam yang lalu. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul 20.04 WIB. Bhanu dan Deva terlihat sibuk menyalin tugasku di atas karpet kecil di samping bawah kasurku.

Ketika mataku sudah mulai berair karena pedih terus mentap layar laptop, aku memilih menutup laptopnya. Lagian tugasku hanya tinggal beberapa nomor saja.

Aku meraih ponsel di samping laptop dan mulai mengetikkan pesan kepada Casie.

Rendy:
Cas, lagi sibuk nggak?

Casie:
Enggak. Kenapa?

Rendy:
Jalan-jalan, yuk?

Casie:
Nggak sekalian lari-lari?

Rendy:
Ya kali. Bentar lagi aku ke rumah kamu. Nggak usah dandan cantik-cantik.

Casie:
Nggak dandan juga udah cantik😭.

Rendy:
ILY 3000

Casie:
Udah sana cepetan. Nanti aku keburu ngantuk.

Rendy:
Jangan lupa pakai jaket. Dingin.❤❤❤

Aku bergegas mengambil jaket dan kunci motor. Aku mengecek nakas, kuncinya tidak ada. Mengecek bufet di ruang tengah, juga tidak ada.  Di kamarku juga tidak ada.

"Woi, kalian yang ngumpetin kunci motorku, ya?!" aku bertanya gemas kepada Bhanu dan Deva. Yang kutanya malah saling pandang polos. Aku meraba-raba tubuh mereka.

"Anjir, homo!" protes Bhanu ketika aku hampir menyentuh 'anu'-nya.

"Enggak, anjir! Mana kuncinya? Mau kencan nih sama Casie! Nggak gue sontekin mampus lo!"

"Iya, iya! Dasar, sultan!" Deva melemparkan kunci motorku. Aku cekatan menangkapnya. Benar 'kan dugaanku. Mana mungkin kunciku lari sendiri. Tadi juga aku menaruhnya di atas kasur.

"Pulangnya jangan lupa bawa martabak, Ren!" seru Bhanu. Aku tak mengacuhkannya karena aku buru-buru.

Aku  menepuk jidat begitu sampai di ruang tamu; di sana ada mama dan Lina yang sedang asyik mengobrol.

"Ma, aku mau keluar sebentar," tuturku.

"Pulangnya bawain martabak, ya," jawabnya. Aku segera menganggukinya.

"Mau kencan pasti, nih." Lina mencibir, membuatku meliriknya sekilas tanpa mengacuhkannya. Aku tahu dia sengaja bicara begitu supaya aku tidak diperbolehkan keluar.

Setelah beberapa menit motorku berpacu di jalan raya, akhirnya motorku memasuki pekarangan rumah Casie. Sebelum gerungan motorku berhenti, Casie membukakan pintu dan menyilakanku masuk.

"Duduk dulu .... Mau minum apa?" Casie menawariku minum. Aku menggeleng pelan sembari menyuguhkan senyum.

Aku duduk di sofa yang empuk di ruang tamu. Bau pengharum ruangan langsung menyeruak ke indra penciumanku. Aku suka dengan nuansa yang membuat nyaman seperti ini.

Aksara [On Going✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang