bagian dua➖02

300 47 9
                                    

2 mata kuliah lagi dan setelahnya aku bisa pulang dan beristirahat dengan nyaman. Mood ku hari ini benar-benar buruk. Kepalaku pusing dan aku belum makan seharian.

Hanya duduk termangu dikantin menunggu kelas selanjutnya dimulai.
Ketimbang harus pulang yang pasti akan memakan waktu hampir satu jam yang mana aku hanya punya waktu 2 jam sebelum kelasku dimulai lagi, aku memilih pilihan terakhir dengan duduk dikantin sendirian.

Lagi pula ini tidak buruk. Tidak akan ada gadis-gadis yang menghampiri mejaku dan memaki ku menunjukkan bahwa mereka berkuasa diarea ini. Tidak ada hal yang semacam itu didunia nyata.

Pada kenyataannya. Semua orang justru sibuk dengan diri mereka masing-masing. Benar-benar tidak berniat menyapa atau tersenyum bahkan untuk melirik orang yang ada disamping barang hanya satu detik.

Tidak ada yang salah dengan duduk sendirian dikantin. Ini tidak seperti dicerita-cerita novel yang pernah kalian baca ketika seorang siswa atau siswi duduk sendirian dikantin maka ia dikatakan cupu dan sebagainya. Dunia kampus tidak seperti itu, hanya saja, resiko kau duduk sendirian dikantin selama satu jam lebih adalah kau benar-benar merasa bosan.

Seperti aku sekarang. Aku merasa bodoh karena sedari tadi terus memesan minuman yang berbeda hanya untuk menemani dikala kebosananku ini.

Satu persatu mahasiswa pergi untuk memulai kelas mereka, satu persatu juga beberapa dari mereka yang lain datang ke kantin karena kelas mereka baru saja usai.

Aku hanya melamun, sesekali mengecek ponselku untuk melihat pukul berapa. Tidak terlalu fokus pada sekumpulan mahasiswa yang berbondong-bondong masuk ke kantin untuk menunda lapar.

Tapi aku menoleh saat melihat seseorang dari sudut mataku berbelok kearahku dan duduk didepanku.

Seorang laki-laki, menggunakan jeans jaket dan berambut biru kehijauan. Tidak lupa tas nya tersampir dibahu kirinya.

“permisi....” sapa nya saat aku memandanginya tidak berkedip dengan ekspresi bingung. Apakah dia salah meja, atau bagaimana. Aku tidak tahu.

“ya?” aku merespon masih dalam keadaan, bingung.

“apakah kau sendirian dari tadi?” tanya nya lagi.

Aku diam untuk beberapa saat, kemudian mengangguk. Lalu ku lihat dia tersenyum.

Senyumnya manis. Jujur saja, sejak awal dia duduk didepanku aku sudah berpikir bahwa dia sangat menawan. Hanya saja, perilakunya membuatku bingung mengingat kami tidak saling kenal sebelumnya.

“ah, berarti tidak akan ada yang keberatan jika aku duduk disini” ucapnya dan aku menganga. Memahami maksud dari kata-katanya.

“aku, Yunho, Jeong Yunho” katanya berniat menyalamiku.

“hah? Aku....” aku panik dan bingung tidak tahu harus bagaimana. “Harin, Oh Harin” aku mengenalkan diri akhirnya.

Dia tersenyum lagi, “ah... Harin. 5 menit yang lalu aku terus berusaha menebak namamu tapi semua yang aku pikirkan salah. Nama mu indah”

Aku menahan senyum. Jika ini di terjadi disebuah komik atau film, pasti sekarang sudah sangat terlihat warna kemerahan disekitar pipiku karena malu.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum dan tidak lupa berterima kasih padanya.

Yunho. Aku baru mengenalnya hari ini, detik ini, sekarang. Dan dia juga sepertinya sama.

“kau memesan apa?” tanya nya melihat gelasku yang sudah setengah. Aku berharap semoga Yunho tidak memperhatikan ku sedari tadi sehingga dia tidak perlu tahu bahwa ini adalah minuman ketiga yang ku pesan untuk melewati waktu.

[s2]A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang