bagian delapan➖08

229 43 2
                                    

Mengetahui fakta bahwa ternyata ayahku menikah lagi jujur saja membuatku sangat tidak nyaman.

Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya hanya saja aku masih tidak percaya. Dia menikah lagi? Benar-benar menikah lagi?

Aku tidak memendam dendam terlaluama jadi jika dikatakan apakah masih membenci ayahku atas perlakuannya dulu jujur saja sudah tidak lagi, aku sudah berusaha sebaik mungkin selama ini untuk bisa memaafkannya, mengikhlaskan semuanya karena aku tahu ibuku pun juga pasti melakukan hal yang sama.

Aku hanya tidak habis pikir saat bibi memberitahuku bahwa ayah sudah menjual rumah yang menjadi satu-satunya tempat dimana ketika aku kembali aku bisa mengingat ibuku setiap saat.

Meski bibi mengatakan dia sekarang sudah lebih baik, yah terkadang masih suka mabuk tapi dia bekerja dengan keras dan istri barunya masih bisa mentolerirnya.

Aku senang ayah bisa berubah, tapi aku masih tidak bisa terima dia melakukannya tanpa memberitahuku lebih dulu, tentang menjual rumah atau menikah lagi.

Bagaimana pun aku ini anaknya, aku berhak tahu dan memberi pendapat jika aku kurang setuju dengan idenya.

Aku harus segera kembali jika ada waktu. Haruskah aku menanyakan pada kak San apakah dia bisa mengantarku? Atau tidak?

Booo!” kejut Soobin dan aku sontak menoleh.

Soobin terlihat puas dengan reaksiku. Oh, dia berhasil mengagetkanku.

“berhenti melakukan itu, Choi Soobin! Kau ingin aku mati muda hah?” aku mendelik padanya. Soobin hanya mengedikkan bahunya.

“cepat habiskan makananmu dan temani aku ke bengkel” suruh Soobin, keningku mengkerut. Paham dengan reaksiku Soobin segera menjelaskan niatnya mengajakku kebengkel.

Motornya mogok tadi pagi dan harus dibawa kebengkel, siang ini sudah bisa diambil kembali dan aku mengangguk.

“kita bisa pergi sekarang, sejujurnya aku sudah kenyang” ucapku dan Soobin mengangguk.

Kami memesan taksi online untuk sampai kebengkel karena tempatnya cukup jauh dari kampus.

Siang ini mendung, aku yakin sebentar lagi pasti akan turun hujan. Tapi bukannya langsung pulang, Soobin justru malah mengajakku ke toko matrial.

“lampu kamar mandiku rusak, aku harus menggantinya karena tidak mau buang air dengan  keadaan gelap” ucap Soobin saat aku baru saja akan protes karena cuaca benar-benar tidak mendukung sekarang.

Sebentar lagi, sebentar lagi pasti akan turun hujan.

“hujan akan segera turun, cepatlah!” pintaku.

“baiklah teman SMA” sahut Soobin meledek dan meninggalkanku menunggu diluar, aku memilih tidak ikut masuk karena dari tadi semua orang-orang paruh baya disana terus menatapku. Aku merasa risih.

Tidak lama Soobin keluar dan aku segera memasang helm kembali dan menyuruhnya untuk cepat pergi.

“ini salahmu jika kita kehujanan dijalan” ujarku dan setelah mengucapkan kalimat itu hujan turun dengan derasnya.

Aku panik dan menepuk-nepuk pundak Soobin memintanya untuk segera mencari tempat teduh.

Kami berdua bahkan belum 2 menit berkendara tapi sudah basah kuyup karena itu sangat deras. Mau tidak mau kami meneduh dibawah pohon yang lumayan rindang. Walaupun sebenarnya itu percuma karena kami masih terkena hujan setidaknya tidak sederas ketika menerobos. Hanya kami yang berteduh karena orang yang terlihat semuanya menorobos hujan.

“ah, basah. Maafkan aku, Harin. Harusnya kuantar kau dulu tadi” ujar Soobin sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah.

Aku menggeleng, “tidak masalah. Mau bagaimana lagi kan sudah mendung dari awal”

[s2]A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang