bagian sebelas➖11

362 37 6
                                    

Setelah memastikan bahwa benar-benar tidak ada kelas tambahan aku memutuskan untuk memulai kegiatanku diluar kampus.

Pertama-tama, aku harus mencari pekerjaan sambilan dan mendapakan rumah sendiri. Kos tidak terdengar nyaman, jadi aku berpikir punya rumah kontrakkan lebih baik.

Bersyukur aku punya uang simpanan yang selalu dikirim bibi sejak SMA, jadi mungkin jadwal pertama yang harus ku lakukan adalah mencari rumah sesegera mungkin.

Aku harua mencari sendiri mengingat semua rumah yang ditawarkan kak San harganya benar-benar membuatku ingin memuntahkan isi perutku.

Benar-benar jauh dari levelku. Sangat mahal.

Aku teringat kak Yunho, dia pernah menawarkanku rumah waktu itu. Haruskah aku menghubunginya? Tapi aku takut harganya juga akan jauh diatasku mengingat kak Yunho seperti bukan orang sembarangan.

Tapi, mungkin aku harus mencoba.

Haruskah aku menelpon? Sekarang? Kurasa aku punya kontaknya.

Tapi mungkin aku akan kekantin sebentar untuk membeli makan karena jujur aku sudah menahan lapar sedari tadi.

Sampai dikantin aku memesan makanan dan menunggu, tidak ada yang menarik seperti biasa. Banyak mahasiswa yang bergaul dengan teman-teman mereka, dan aku bergaul dengan diriku sendiri, itu sudah cukup.

Selesai makan aku buru-buru pergi karena tidak ingin pulang malam, aku harus mengejar waktu.

“Oh Harin?!”

Suara tidak asing memanggil namaku, aku menoleh dan betapa terkejutnya karena mendapati Mia yang sedang menatap kearahku, ekspresinya berubah ketika aku menoleh padanya.

“aku tidak percaya akhirnya aku bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu? Kemana saja kau selama ini?” tanya nya. Yah, seperti biasa. Dia adalah orang yang banyak bicara.

“hai” aku menyapa santai karena jujur, kami bahkan baru bertemu setelah sekian lama dan dia langsung menyerbuku dengan pertanyaan, tentu saja aku bingung.

ohmy i miss you, nona muda” ucapnya sambil memelukku erat.

Aku tersenyum menanggapinya. Ya, sudah lama kali memang. Aku juga merindukannya. Dia ini sahabatku, tentu saja.

Meski aku sempat merasa kesal karena kejadian dulu, meski rasanya aku kecewa tapi aku tidak bisa marah padanya karena pada dasarnya dia juga tidak tahu tentang semua rencana bodoh Renjun dan kawan-kawannya.

Oh, aku merasa emosional setiap kali mengingat itu.

“kenapa kau tidak menjawabku? Kau masih marah padaku?” tanya nya cemberut dan aku menggeleng cepat.

“apa?! Tentu saja tidak. Aku tidak pernah marah padamu, Mia. Aku juga merindukan mu tahu, kau yang kemana saja”

hei, i found you” seru, Hwall.

Oh, Mia bersama Hwall.

“Oh Harin?” ucap Hwall setelah menyadari keberadaanku.

“hai” aku menyapa sambil tertawa canggung.

“sudah lama sekali. Kemana saja kau? Apakah kau sudah bertemu Renjun akhir-akhir ini?” tanya Hwall dan keningku mengkerut mendengar ia mengucapkan nama Renjun.

“yah, aku sibuk” sahutku canggung. “kenapa Renjun?”

“aku hanya kasian padanya. Jika kau belum bertemu dengannya segera cari dia. Kau tahu, setelah kejadian 'itu' Renjun seperti orang gila. Dia hanya berdiam diri dikamar, mabuk, tidak makan teratur, dan tidak mandi. Benar-benar definisi dari sadboy alay” ejek Hwall sambil menggelengkan kepalanya setengah tertawa.

“hei, dia temanmu!” sungut Mia sambil menyiku perut Hwall. Sementara aku diam berusaha mencerna perkataan Hwall barusan.

“apa? Aku hanya berbicara jujur, sayang” ujar Hwall santai.

Aku tersenyum menyembunyikan rasa penasaranku tentang Renjun, “jadi, kalian kembali bersama?” tanyaku sambil menatap Mia dan Hwall bergantian.

Mia terlihat tersenyum sumringah sambil mengangguk antusias. Tentu saja.

Aku tahu mereka benar-benar saling menyayangi, dan membutuhkan. Seberapa kalipun mereka berpisah, pada akhirnya mereka akan selalu kembali bersama.

Setelah percakapan singkat dengan teman—maksudku, sahabat lamaku, akhirnya kami berpisah karena mereka harus hangout berdua dan aku harus mencari rumah baru untuk ku tinggali.

Aku menggumam dalam hati menyebut nama kak Yunho sambil menelusuri kontakku, aku harus menelponnya.

“Harin!”

Aku hampir saja melemparkan ponselku karena terkejut saat menyadari ternyata yang memanggilku adalah Soobin.

Laki-laki ini, kenapa selalu membuatku kaget. Apakah dia benar-benar ingin aku mati terkena serangan jantung?

“berhenti—”

“mengagetkanku! Aku tahu, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu, Harin. Jantungmu saja yang terlalu lemah, aku hanya menyapa dan kau memasang kuda-kuda bersiap melempar apa saja yang ada ditanganmu”

Aku diam memutar mataku berusaha mengabaikan ocehannya.

“kelasmu sudah selesai?”

“menurutmu?” tanyaku sambil menyimpan ponselku dan Soobin nampak tertawa melihat responku.

Laki-laki ini benar-benar suka membuatku kesal.

“bagaimana denganmu?” tanyaku balik dan Soobin nampak mengejek jam yang melingkar ditangannya.

“tidak ada tapi aku harus keperpustakaan sebelum pulang, ikut?” tanya nya dan aku menggeleng cepat.

“tidak, aku punya rencana lain. Sampai ketemu besok” sapaku dan berjalan meninggalkannya. Ia meneriakiku bertanya apakah aku butuh tumpangan tapi aku hanya menyilangkan tanganku padanya dan dia melambai sebelum pergi kearah yang berlawanan.

Aku tersenyum.

Baiklah. Pertama-tama aku harus menelpon kak Yunho. Aku harus menanyakan dimana tepatnya rumah sewa yang ditawarkan olehnya tempo hari.

“halo, Harin?” suara kak Yunho terdengar.

“halo, kak, apakah kakak sibuk?” tanyaku memastikan.

“tidak, ada apa? Kau butuh bantuan?”

“tidak—maksudku, ya, sedikit, jika kakak tidak keberatan, aku ingin bertanya”

“tentu saja tidak, apa yang ingin kau tanyakan?”

“tentang rumah sewa yang kakak tawarkan tempo hari” aku diam sebentar. Apakah aku yakin ingin menanyakan ini pada kak Yunho? Aku merasa sepertinya rumah yang ia maksud bukan seperti flat kecil yang bisa kutinggali sendirian dengan fasilitas seadanya, melainkan rumah yang seperti hotel bintang 4 atau 5.

“bisakah aku mendapatkan alamatnya dimana? Kirim kan saja lewat pesan jika kakak sedang sibuk” aku melanjutkan.

“kau ada dimana sekarang? Masih disekitar kampus?” tanya nya dan keningku mengkerut.

“ya?” sahut ku bingung. “aku—aku baru saja keluar gedung menuju gerbang, makanya aku—”

“diam disana dan jangan pergi kemana-mana, aku akan tiba dalam 10 menit”




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[s2]A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang