Bagaimana perasaanku setelah bertemu dengan Renjun malam itu? Tentu saja kacau. Sangat kacau.
Aku terus memikirkan semua ucapannya yang nyatanya belum ia selesaikan sama sekali. Ingin rasanya mengutuk diriku sendiri karena tidak mau mendengarkannya sampai akhir.
Tapi aku benar-benar merasa seperti orang bodoh saat mendengarkannya mengatakannya. Itu terdengar seperti ejaan bahwa 'kau hanya gadis bodoh yang bisa diapakan saja oleh semua orang disekitarmu'
Dan itu menyakitkan.
Perutku kosong dan aku pusing. Banyaknya tugas kuliah seminggu ini juga jadi alasan aku susah tidur dan lupa makan.
Kak San terus mengingatkan ku agar selalu menjaga pola makan. Nyatanya aku tidak menurutinya.
Dia juga bilang bibi beberapa kali menelpon menanyakan tentangku. Aku bahkan baru ingat dengannya saat kak San memberitahuku.
Keponakan macam apa yang bisa melupakan orang sudah menghidupinya selama ini.
Karena merasa tidak enak aku memutuskan menghubungi bibi sebentar. setidaknya memberi kabar bahwa aku baik-baik saja. Meski tidak sepenuhnya benar.
“hallo, bibi”
“ya, hallo”
“ini Harin. Maaf aku tidak menghubungimu sama sekali semenjak masuk kuliah. Aku benar-benar lupa bahkan hanya untuk memberi kabar” ucapku menyesal.
“tidak masalah, nak. Tidak masalah. Apakah kuliah mu baik-baik saja?”
“ya, kurasa semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah, dan tugas datang setiap hari. Semuanya normal, bi” aku menyahut dengan nada bercanda. Meski ada tekanan dalam setiap kalimatnya karena jujur saja itu benar-benar membuatku seperti mayat hidup.
“jika butuh bantuan panggil saja, San. Dia akan membantumu, jangan terlalu capek dan atur pola makan yang benar. Sunny merindukanmu”
Aku tersentuh.
“aku juga, Bi. Aku mungkin bisa mengajak kak San untuk pulang saat liburan nanti. Jika dia tidak sibuk” aku memberitahu. “lagipula, aku juga sudah lama tidak berkunjung kerumah. Bagaimana keadaan ayahku?”
Aku tidak mendengar bibi menyahut. Ada kesunyian yang terjadi selama beberapa detik.
Ada apa?
“soal itu....”
“kenapa, Bi? Ada apa? Apa ayah sakit?” tanyaku bingung. Kenapa bibi tampak ragu ingin menjawab.
“tidak, bukan seperti itu, maaf bibi tidak memberitahumu lebih awal, ayahmu.......”
“aku bekerja padanya, San. Harusnya kau sudah bisa memahami ini sejak dulu”
“yaya aku tahu. Tapi tidak bisakah kalian berdua tidak menempel seperti kemarin malam? Itu benar-benar membuatku risih”
“kau kekanak-kanakan!”
Aku mengerjapkan mataku. Pukul tujuh malam. Oh, kurasa aku tertidur selama hampir dua jam dan terbangun karena mendengar Kak San dan Kak Soojin saling berteriak satu sama lain.
Aku tidak tahu mereka kenapa dan aku tidak mau tahu karena itu bukan masalahku. Mereka lebih dewasa dariku jadi kurasa mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Tapi sudah dua hari ini mereka terlihat seperti merenggang. Aku tidak mungkin bertana pada kak San apalagi pada kak Soojin. Itu akan jadi tidak sopan.
Memangnya siapa aku yang ingin tahu masalah pribadi seseorang. Aku cukup sadar diri disini hanya penumpang.
Jadi aku tidak ingin lancang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[s2]A Whole New World
RomancePermainan hati yang dialami Oh Harin kembali berlanjut. Semua keinginan ingin menjadi mahasiswi normal dengan lingkungan barunya kembali tidak bisa Harin rasakan karena masalah dan rasa sakit kian bertambah. Harin merasakan kebahagiaan sekaligus per...