PROLOG

142 7 0
                                    


"Nug," aku berusaha berbicara dengan suara normal namun yang keluar hanya berupa gumaman.

"Iya Didi, kamu kelihatan kurang sehat, apa kita kembali ke kos aja? Kamu enggak tidur ya tadi malam?"

"Kamu bisa berhenti sampai disini." Nugra terlihat kaget, sesaat kemudian kehilangan segala raut bahagia di wajahnya. Dia memandang jauh ke depan.

Ya Allah, maafkan aku karena telah merusak senyum paling manis yang kau ciptakan.

"Kamu, sampai sekarang masih enggak bisa percaya sama aku, ya?" dia tersenyum pahit.

"Percaya apa?"

"Bahwa aku setertarik itu pada Radhika"

"Percaya Nug, aku percaya, memang begitulah siklusnya. Karena beberapa hal aneh aku terlihat menarik pada awalnya, tetapi kedepannya enggak akan seperti itu, aku ga asik, membosankan dan merepotkan. Dibanding menarik kamu hanya akan menganggapku aneh. "

"Radhika sayang, kenapa juga kamu harus memikirkan yang enggak perlu difikirkan, kenapa enggak kita coba jalani aja dulu?"

"Aku... gak punya tenaga untuk coba-coba, Nug." ujarku tepat ketika busway datang. Aku segera naik dan mencari tempat duduk, sementara Nugra tetap terdiam di tempat itu sampai tidak lagi dapat kulihat melalui jendela bus.

GenapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang