"Kamar mandinya di sana" ujarnya sambil menunjuk pintu coklat di samping meja belajar. Aku tersentak, berjalan menuju pintu itu sembari berusaha menetralkan detak jantung.
Di balik pintu terlihat sebuah dapur minimalis berisi kulkas satu pintu yang hanya setinggi pinggang, kompor gas, rice cooker, wajan-wajan penggorengan, semuanya berukuran kecil dan tersusun dengan rapi -imut sekali-. Kelihatannya bumbu-bumbu masakan juga hadir dengan lengkap di dapur yang kecil ini. Aku tidak memeriksa isi kulkas tetapi,
Apa dia pandai memasak?
Hmm, me-
Tidak jadi, aku harus segera mandi.
Aku terus berjalan ke arah kanan dari pintu coklat pertama tadi dan menemukan pintu berwarna mint yang tentunya adalah pintu kamar mandi. Tidak seperti kamar mandi kosan cowok yang aku bayang kan, kamar mandi ini bersih dan.... wangi?
Iya, wangi, bukan aroma-aroma lembut yang biasa aku gunakan, wanginya lebih kuat, segar, dilengkapi sedikit aroma manis dan-
Aku suka.
Setelah selesai mandi, aku mendapati Nugra tidak berada di kamarnya, "Dimana sih dia? kenapa malah pergi? padahal kan aku mau berterimakasih. kalau kutunggu nanti bisa telat ke kampus nya?" fikirku. Namun akhirnya aku memutuskan untuk langsung pergi saja.
"Udah selesai?" tanyanya tepat ketika aku menutup pintu, aku baru menyadari bahwa dia tidak kemana-mana, entah kenapa dia berdiri di depan kamarnya.
"Iya, makasih tumpangannya".
"Gapapa Di, gue malah senang kalau lo sering numpang mandi". Nah, mulai kan tengilnya. Aku mendengus kemudian segera berjalan meninggalkan manusia menyebalkan itu.
"Eh, tunggu Di, biar gue anterin"
"Gausah, gue masih ingat jalannya," jawabku tanpa menoleh ke belakang.
Aku mempercepat langkah menuruni tangga, namun tepat di anak tangga ke 7 dari atas aku kembali menyaksikan keriuhan ruang kumpul kos ini yang membuatku sadar bahwa aku tidak berani melewatinya sendirian. Berbalik, aku menyeret langkah dengan berat hati hanya untuk menemukannya, masih berada di depan kamar, tepat pada posisi saat aku pergi tadi,dilengkapi dengan tawa kecil di bibirnya.
"Kenapa, lupa jalannya?" Aku menundukkan kepala, menyebalkan sekali, kenapa dia selalu berhasil membuatku terlihat memalukan sih.
"Bukann," jawabku. Aku bingung bagaimana menjelaskannya dan dia sama sekali tidak membantu, dia hanya kembali tertawa atau tersenyum sembari menahan tawa seakan-akan aku adalah badut sirkus yang sangat lucu.
"Enggak berani, ya?" Aku diam saja, tidak lagi punya ide untuk membalas ledekannya.
"Ayo sini," Dia mulai berjalan, aku masih diam dan mengikutinya di belakang.
"Susah banget ya, Di, bilang minta temenin?" tanyanya kemudian dengan senyum yang sedari tadi tak kunjung luntur.
"Udah, sampai sini aja, makasih," ujarku ketika kami berhasil sampai pada teras kos.
"Ga apa, gue antarin aja, nanggung juga,"
Enggak, ga boleh,jangan sampai, anak kos ku pasti ribut kalau sampai ada yang lihat." Gausah, ya ampun, cuma lima langkah doang".
"Didi," Aku baru saja hendak memprotes cara dia memenggal nama ku ketika menyadari bahwa dia menggumamkan itu sambil menerawang.
"Ga ada yang mau lo tanyain?" Oh iya, kenapa bisa lupa.
"Ada!!! banyak banget!!!... ". Aku pasti terlalu bersemangat mengatakannya sampai dia mundur selangkah dan kembali tersenyum.
"Enggak usah buru-buru Didi, kita masih punya banyak waktu"
"T.. tapi gue harus-"
"Ketemu dosen kan? cepetan siap-siap. Lo bisa nanyain gue kapan aja, besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau sampai kapan pun, kita masih punya banyak waktu"
Benar juga, tapi apa kami benar-benar punya waktu sebanyak itu, fikirku sambil mulai melangkah menuju bangunan seberang.
Selangkah, dua langkah-
Aku kembali berbalik,
"Tunggu!" Untung dia masih belum beranjak dari posisinya.
"Satu pertanyaan aja," lanjutku. Dia mengangguk, kelihatan bingung dengan antusiasku.
"Lo, kenapa selalu muncul disekitar gue, lo ngikutin ya?" Tanyaku, dia menghela nafas seakan pertanyaan yang aku berikan begitu sulit.
"Enggak Didi, dari dulu kita selalu ketemu, kamunya aja yang ga sadar"
"Kenapa?.. "
"Aku juga gak tau, mari kita sebut saja ini takdir," Aku termenung, apa selama ini kami emang sering ketemu? sejak kapan? kenapa aku ga sadar?.
.
Eh, kenapa dia tiba-tiba pakai aku-kamu?
*********************************************************************
selamat hari senin, teman.
selalu berbahagia, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Genap
ChickLituntuk dapat menggenapkan yang genap, kau harus menjadi genap terlebih dahulu. Sebab, setelahnya akan lebih mudah, kalian hanya perlu saling mengeluarkan ganjil sehingga tetap genap.