Sudah seminggu semenjak kakiku diperban. Lega sudah bisa melepas kasa menjijikkan itu. Kasa yang telah dituangi cairan obat dan diselimutkan pada lukaku. Lama ditutup, kadang aku lupa untuk menggantinya. Sampai-sampai kulit yang terluka itu lembek dan melahirkan nanah berbau bacin.
Meski ada saja rasa nyeri yang memperingatkan, aku tidak berniat untuk membuka perban. Bukan malas, tapi kulitku yang terluka --dalam proses mengering-- serta dagingku sedikit demi sedikit turut terangkat saat kutarik kasa tersebut. Tentu saja secara otomatis melepas seringai dari wajahku. Sakit sekali. Untungnya sekarang sudah pulih, meski bekasnya tampak seperti terserang vitiligo¹.
Untuk merayakan kesembuhan, malam ini kulecutkan ikat rambut dan mengenakan pakaian renang usangku. Lama tak kupakai sehingga agak kekecilan. Baju renang favoritku, warna biru dengan garis hitam. Tapi sebetulnya lebih mengarah ke baju selam. Memiliki lengan-lengan tangan dan kaki yang panjang terpampangkan ritsleting silver.
Kakiku sudah menyentuh air. Mengetes seberapa dingin air di saat seperti ini. Lantas kududuk di tepi kolam dengan merendam kaki. Tidak begitu dingin. Air masih bening. Tenang dan menenangkan.
Klop dengan sunyinya rumah yang menyisakanku dan Kak Alex saja. Penghuni lain sedang ke toko mainan untuk membeli Squishy atas permintaan Taka dan May.Aku mulai menjatuhkan badanku sepenuhnya ke kolam. Perlahan sampai ujung rambut terakhirku tak terlihat.
Sepuluh detik pertama memampetkan hidung bukan sulit. Sambil menggerak-gerakkan tubuh, kurasakan air yang membuatku semakin tentram. Tidak lagi pusing menghadapi tugas menumpuk. Ujian semester sudah berakhir. Semua problema beberapa waktu terakhir pupus di kolam. Segala beban larut bersama air. Aku baru menyadari berenang di malam hari senikmat ini. Tanpa pengusik bengal di sekitarku.
Dua puluh detik. Aku masih sanggup menahan nafas. Kuberi tolakan kaki dan menjulurkan badanku ke depan. Aku mulai menyusuri dasar kolam. Mataku hanya menangkap gelap. Mungkin karena tidak cukup lampu di dekat kolam. Saat kuluncurkan kaki, tiba-tiba teringat tentang mimpi burukku satu bulan lalu. Mimpi yang mempertemukanku pertama kali dengan seorang gadis.
Detik ketiga puluh. Aku sudah berancang-ancang menyembul ke atas. Sedikit kudongakkan kepala dengan mata terpejam. Kedua kakiku siap mendorong badan.
Wush! Aku melesat. Tibalah kepalaku di permukaan. Membiarkan tubuhku tetap terendam di dalam air. Namun kala masih terpejam, kurasa sesuatu janggal telah terjadi.
Aku mencium bau langka. Juga suasana yang belum pernah kutemui. Begitu perlahan kubuka mata, kupejamkan lagi beberapa detik, lantas kubuka sampai semuanya terlihat jelas, meski kacamataku tertinggal --karena miopi²-ku tidak parah. Kudapati pemandangan yang meracuni logikaku, hal yang seketika membuatku menganga.
Pandanganku kini jelas. Aku melihat apa yang sebenarnya mustahil. Tidak mungkin aku lupa bahwa hari ini sudah malam. Pun aku ingat betul bahwa aku sedang berenang di kolam rumah. Tentu saja semua ingatanku itu dapat menyangkal gagasan tak masuk akal yang terjadi padaku. Atau bahkan bisa menentang diriku sendiri yang saat ini menganggapku gila.
Aku dimana? Mengapa sekarang hari berubah siang? Lantas bagaimana aku bisa kemari? Ayolah, ini tidak lucu. Aku ingin kembali ke dalam rumah, berganti pakaian, dan lekas tidur. Bagaimana mungkin, ah. Aku tidak sampai satu menit di dalam air. Keadaan berubah pesat, tapi sungguh menjengkelkan.
Menggayuh air hingga ke tepian. Kunaikkan badanku ke daratan. Sekeliling yang terlihat hanyalah hutan dan bukit-bukit yang sepertinya sepi penduduk. Bahkan pasti tidak ada orang. Sekumpulan air yang tadinya kurenangi ternyata menjelma sungai. Sudah kuperiksa berulang-ulang, kenyataanya sungai itu hanya sedalam lutut dengan bebatuan besar. Jadi, tadi aku menyelam di mana?

KAMU SEDANG MEMBACA
In Anger
AdventureProses pengeditan characters. Beberapa perubahan nama : Rafen Axel = Rafen Brave Gizele Kirana = Feredica Lee Dan ada nama-nama lain yang diubah. ...... Note: ini dulunya berjudul Abnormal Girl, lalu ceritanya diubah dan diganti judul menjadi In Ang...