Empat bulan telah berlalu terhitung sejak Februari. Liburan semester juga sudah kulalui seperti kura-kura yang tak mau meninggalkan rumah dan bagaikan koala yang sehari-harinya diisi dengan tiduran.
Jatah dua Minggu hangus sia-sia. Aku masih ingin libur sebetulnya. Banyak episode baru film horor yang belum terunduh akibat data internet menyebalkan! Baru terpakai lima hari pertama liburan, dapat pesan menunjukkan data tersisa 0MB. Itu sih, namanya bukan tersisa, tapi amblas! Mengganggu Q-time-ku saja!Jujur, selama liburan aku sangat merindukan hidung Rafen. Hidung yang mancung itu! Bukan, bukan hanya hidung, sih. Lebih tepatnya, aku merindukannya. Sehari tidak melihat pria itu terkadang membawaku pada halu. Tidurku sering berimbuh igau. Bayang-bayangnya ikut serta menghancurkan fantasiku. Pokoknya dia yang salah! Hanya mengirim pesan lima kali selama itu. Barangkali angka lima tidak berpengaruh bagi orang lain. Tapi dia bukan orang lain bagiku!
Setelah setengah bulan libur, masuk sekolah secara kurang sadar dapat membuat jantung deg-degan. Tahu-tahu sekarang aku sudah menginjak kelas pertengahan, kelas 11. Sudah pasti Rafen menjadi kelas teratas. Tak sampai genap setahun, dia harus keluar dan menempuh perjalanan baru. Lantas aku tidak bisa sering-sering bertemunya lagi. Sedih sekali.
Kelasku tidak lagi di lantai atas, melainkan di kelas paling belakang, dekat kebun rumah para hantu menjengkelkan yang tempo hari mengganggu Merin. Manteb! Bisa-bisa setiap hari adu bacot dengan makhluk usil.
Aku melepas jaket sebelum selangkah memasuki ruang kelas baruku. Kukira masih terlalu pagi untuk awal yang membosankan. Akan tetapi, di kelas ini tidak dibiarkan kosong begitu saja. Kurasa banyak yang sudah ada di dalam, namun bukan teman-temanku. Tentu! Gumamku benar. Ah! Kulihat banyak hantu menghuni bangku-bangku kelas baruku!
Sesosok lelaki tanpa mata dan berbadan kekar yang memimpin perkumpulannya di kursi guru. Kulitnya dipenuhi ulat yang menggeliat dengan lentiknya. Apakah selama menjadi makhluk halus dia tidak pernah mandi? Jorok sekali bila dipandang.
Lantas kualihkan perhatian. Di saf terdepan kudapati satu pocong dan dua kuntilanak saling beradu tawa. Tidak teramat ngeri buatku. Kain yang dipakai juga itu-itu saja. Mereka selalu berpenampilan sederhana. Bagus, deh.
Pada langit-langitnya mempersembahkan seorang siswi tergantung. Talinya rapat di leher. Masih berseragam rapi. Sayangnya, ada ceceran darah di sekitar roknya. Oh, mungkin dia dulu sengaja bunuh diri, ya? Kenapa mesti gantung diri? Kalau semacam itu kan, murid laki-laki di bawahnya jadi dapat untung.
Aduh, lantas bodohnya aku menoleh lemari di pojok belakang, kulihat dia! Sosok perempuan dengan mulut sobek, dan.... dan giginya lebih jelek dari gergaji kayu, ups! Dia memakai mini dress merah yang telah sobek-sobek. Ya ampun, malang sekali tidak punya baju ganti. Mirisnya, makhluk itu adalah yang beberapa waktu lalu menguasai tubuh Merin di kebun dan mengejarku. Merepotkanku saja!
Kemudian secara cepat 'mereka' kompak menatapku. Aku hanya kasihan pada bapak guru jadi-jadian di depan itu. Melihat pakai apa, ya? Eh, tunggu dulu! Kenapa harus memandangiku?! Memangnya mereka kira aku tidak takut?! Salahku apa?! Mengganggu saja!
Mulutku menganga akibat sikapku yang terlalu was-was. Aku takut dengan mata-mata yang melotot itu. Tanpa banyak perhitungan, kulemparkan jaketku ke depan tak peduli bidik. Terima ini! Ah, tapi mereka masih saja mengawasiku. Jijik sekali!
Astaga, situasi seperti ini bisa-bisanya aku mengumpat mereka. Dengan mereka melotot begitu rasanya tenagaku terserap banyak tanpa melalui sentuhan. Kakiku seakan tidak cukup kuat untuk sekadar menopang. Apalagi untuk bergerak.
Tanpa pikir panjang lagi, kulepas ransel dari gendonganku lantas membuangnya ke tepat muka pocong yang buram --gelap tak karuan-- tersebut. Disusul dengan kedua sepatuku yang cepat-cepat kulempar sekuat tenaga ke arah guru setan. Dan aku menutup mata tidak peduli! "Argh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
In Anger
AdventureProses pengeditan characters. Beberapa perubahan nama : Rafen Axel = Rafen Brave Gizele Kirana = Feredica Lee Dan ada nama-nama lain yang diubah. ...... Note: ini dulunya berjudul Abnormal Girl, lalu ceritanya diubah dan diganti judul menjadi In Ang...