Berkali-kali sudah aku memberikan sinyal bahwa aku sama sekali tidak ingin diganggu oleh hantu gadis itu. Aku takut, sungguh. Tidak tahu alasannya, pokoknya terlihat biasa saja seperti orang lain merupakan impianku sejak lama. Depresiku bisa kambuh karena keseringan memarahi diri sendiri dikarenakan keadaan abnormalku yang membabi buta.
Hantu gadis cantik yang tempo hari mengusikku telah berhasil menunjukkan namanya. Ia adalah Chey, dan kini teman-teman dekatku tahu, aku dengannya sudah menjalin pertemanan baik, bahkan ia sering mengikutiku ke mana pun kecuali kamar mandi. Ya, untungnya dia tidak mata keranjang.
Chey bercerita sedikit tentang asal-usulnya yang ternyata jauh dari sini. Sayangnya, ia lupa menyebutkan nama daerahnya, tapi aku malas untuk bertanya. "Aku ingin dibantu oleh Kak Rere dan Kak Rara," ucapnya dari bangku belakang saat aku asyik memperhatikan jalanan malam --yang seolah berangsur-angsur mundur-- dari balik jendela mobil.
Rafen yang di sampingku sedang ambil alih kemudi sejenak melirik spion tengah dan menyahut. "Apa?" tanya Rafen datar karena berulang kali semenjak mereka bertemu, pertanyaan Rafen tak menuai jawaban.
"Pasti masih lupa," sahutku.
"Benar. Aku bahkan tidak tahu siapa orang tuaku. Aku hanya mengingat namamu, Kak Rere," aku Chey. "Tapi aku tidak mengerti apa hubunganmu denganku."
Aku menoleh sambil membawa tubuhku menghadap belakang. "Lalu bagaimana kamu bisa mengingatku? Memanggilku dengan sebutan 'Rere'? Dan tanpa perkenalan, kau langsung percaya diri memanggil Rafen dengan menyebut Kak Rara," gerutuku sambil menyipit-nyipitkan mata, sedangkan Refen hanya menahan tawa.
"Astaga kau ini," Chey balik menuding. "Tidakkah Kak Rere ingat bahwa kita bertiga pernah berpetualang di dalam mimpimu?"
"Oh, mimpi di dalam mimpi itu? Lagi pula, bisa-bisanya kamu mengaku pada Rafen telah menerobos mimpiku saat aku sedang sempoyongan di alam mimpi!" aku kembali menghadapkan tubuhku ke depan sambil bersandar. Sementara itu, tawa Rafen pecah, terbahak-bahak.
Aku tidak memedulikan Chey bersenandung dan masih bersandar sambil tercengang menatap Rafen. Bertahun-tahun berteman dengannya, baru kali ini kulihatnya tertawa sampai menampilkan gigi. Ia tidak tampak dingin sebagaimana sikapnya sehari-hari, bahkan rasanya hangat saat kulihat ekspresi itu. Matanya tenggelam di dalam kelopak yang sayu, lantas garis-garis pada wajahnya mampu mendefinisikan padaku betapa ia sangat senang sekarang.
Rafen kembali fokus menyetir, namun senyumnya belum pudar. Mungkin, ada imajinasi tersendiri yang memenuhi otaknya. Membuat hati lelaki itu lebih bahagia dari biasanya. Apa, ya? Apa karena ia telah menyadari bahwa malam ini adalah hari ulang tahunnya?
Aku kehilangan keberanianku untuk memandanginya. Tubuhku terpaku dalam sandaran. Hanya saja perlahan kutarik kedua korneaku ke ujung kanan. Semakin ujung, semakin jelas kudapati pria tampan yang kusukai, ah, yang kusayangi itu. Tak menunggu lama, mobil Rafen berhenti di sebuah resto favorit kami.
Pintuku siap dibuka oleh Rafen. Aku turun perlahan untuk menjaga image, sedangkan Chey tinggal menembus pintu. Kami bertiga masuk dan menghampiri suatu ruangan yang sebelumnya telah kupesan khusus ulang tahun Rafen. Dan pastinya nanti akan ada kejutan sebab ia tak mengetahui rencanaku.
Gaun royal blue minimalis yang kukenakan bersama tas kecil silver yang kubawa membuatku tampil percaya diri. Rambutku kutata seperti saat pertama sekolah. Aku sangat senang karena meski sederhana, penampilanku cocok bila dipasangkan dengan Rafen. Warna hem yang ia kenakan menyamai warna gaunku dengan celana hitam panjangnya. Sebuah arloji meliliti lengan kanannya, menambah kharisma lelaki itu. Namun begitu, jika di sekitar sini ada orang lain yang bisa melihat Chey, mungkin mereka menganggap gadis itu sebagai adikku, atau bagian dari jamuan makan malam ini. Bagaimana tidak, gaun Chey juga berwarna biru, meski warnanya lebih muda dan lebih indah menurutku. Dan lagi, jelas wajahnya mirip denganku walau hidung miliknya lebih menonjol.

KAMU SEDANG MEMBACA
In Anger
AventuraProses pengeditan characters. Beberapa perubahan nama : Rafen Axel = Rafen Brave Gizele Kirana = Feredica Lee Dan ada nama-nama lain yang diubah. ...... Note: ini dulunya berjudul Abnormal Girl, lalu ceritanya diubah dan diganti judul menjadi In Ang...