Sakura bungkam, ia menunduk sembari mengenggam sebuket bunga mawar dari Tenten. Memainkan ujung sepatu converse putih yang melekat pada kakinya.
Didepannya, pria bernetra hazel menatap dirinya dengan damba dan begitu lembut. Berharap Sakura mendongak untuk sekadar menatapnya sebentar saja.
"Sudah lama tidak bertemu, terakhir sebelas bulan yang lalu," Sakura tetap diam, ketika Gaara yang dengan sengaja dihindarinya datang dan mendudukkan dirinya di kursi yang kosong, depan Sakura.
Sakura memang sengaja menjauhi Gaara, sejak dirinya mengatakan pernyataan cintanya namun menolak untuk menjadi kekasih Gaara.
Satu bulan, Sakura bahagia dengan hubungan tanpa status antara dirinya dengan Gaara. Namun, hal tersebut malah mengingatkan dirinya dengan rasa kehilangan dan kekosongan jiwanya pada Sasuke.
Sakura mendongak,menatap tepat pada netra Gaara, "Aku tak bermaksud,hanya sedang menenangkan jiwaku,"
"Y-ya," suasana seketika menjadi canggung, Letupan bahagia terdengar di kedua telinga manusia berbeda gender tersebut.
Guguran bunga Sakura dijatuhkan dari rooftop Konoha High School. Seperti yang kalian pikirkan, hari ini adalah hari kelulusan Konoha High School.
Gaara menoleh sebentar,menatap kumpulan manusia yang sedang berbagi kebahagiaan di tengah lapangan. Dan satu diantaranya sedang berlutut dengan sekotak cincin di depannya, dan gadis di depannya tersenyum sumringah.
Gadis dengan surai abu selehernya, gadis berdarah Korea-Jepang. Sementara diantara kerumunan gadis brunella yang biasa bercepol dua,menjadikan surainya tergerai dan menjuntai sampai ke pinggangnya, membeku di tempat dengan tatapan nanar lurus menatap kedua insan berbeda gender di depan dirinya.
Neji dan Yein, bukan sebuah gosip belaka jika Neji telah mengakhiri hubungannya dengan Tenten sejak tiga bulan yang lalu. Mau bagaimana lagi,takdir memang sedang tidak berpihak padanya.
Gaara diam sejenak. Nasib dirinya dan Tenten dapat dikatakan sama, mencintai seseorang yang salah.
Namun demikian, Gaara mengembalikan fokusnya kepada Sakura yang kembali diam sekarang.
"Apa sekarang kita benar-benar...." Gaara menjeda sebentar perkataannya dan terdiam sebentar.
...berpisah," Sakura tidak memiliki jawaban sekarang, hanya saja dirinya yakin harus segera mengakhiri semua ini. Sakura tidak boleh egois dengan memikirkan dirinya sendiri.
Sakura menunduk senbentar untuk sekedar menghela nafas dan mendongak kembali,menatap Gaara yang dengan tulus menunggu jawaban darinya.
"Um...,Y-ya," Sakura menjawabnya dan menunduk dalam. Enggan menatap netra Gaara yang mencurahkan isi hatinya saat ini.
Tentang bagaimana tatapan Gaara yang menyiratkan perasaan terluka begitu dalam kepada Sakura. Sakura sadar, tidak seharusnya sejak awal dirinya memperbolehkan untuk masuk ke dalam cerita asmara Sakura yang berujung tragis.
Sakura telah siap, jikalau Gaara akan marah dan men cap dirinya sebagai wanita murahan. Mungkin-mungkin, Gaara akan mencium Sakura dengan ganasnya. Sakura siap, sangat siap. Tepatnya, harus siap.
Sakura menunduk dalam, membiarkan beberapa helai rambutnya menutupi sebagian wajahnya.
"Aku mengerti, arigatou Sakura-chan," Detik itu juga,Sakura mendongak menatap Gaara dengan pandangan tidak percaya.
Gaara tersenyum tulus padanya, senyum terlembut yang pernah dilihat Sakura dalam sosok Gaara.
"Kau..." Sakura tidak tahu harus berkata apa, ia hanya mematung menatap Gaara yang terlihat seperti malaikat saat ini.
"Mencintai tentang memberi, bukan meminta sebuah balasan, Sakura-chan," Sakura bungkam, darahnya berdesir hebat kali ini. Detak jantungnya berdetak begitu cepat, seakan sebentar lagi jantung tersebut akan jatuh jauh ke dalam lambung dan di lanjutkan ke dalam ususnya.
"Dan kau melakukannya," Gaara mengangguk mengiyakan perkataan Sakura.
Gaara merogoh tas gendong dark blue nya, dan menyodorkan sesuatu kepada Sakura.
Sakura melirik sebentar, sesuatu yang dikeluarkan Gaara dari dalam tasnya.
Sebuah kotak kecil bewarna hitam dengan satu tangkai bunga mawar merah di sampingnya. Sementara di atas kotak hitam tersebut terdapat mawar bewarna hitam dengan pita pada tangkainya."Untukmu," Gaara mendorong pelan kedua benda tersebut ke arah Sakura.
"Bukalah," Sakura menatap sebentar netra Gaara, mepertanyakan perihal 'apakah Gaara yakin memberikan kedua benda tersebut kepada Sakura'. Gaara mengangguk dalam kebungkamannya, lalu Sakura mulai menfokuskan dirinya dan membuka kota tersebut.
Sebuah kalung emas putih mungkin, dengan bandul daun semanggi empat, yang warnanya menyerupai pasir namun lebih coklat.
"Apa ini?," Sakura belum menyentuhnya, dan emerladnya bergulir menatap Gaara.
"Sebelum Ibuku meninggal,dia berkata aku harus memberikan kalung tersebut kepada seseorang yang kucintai," Mendengarnya, Sakura terenyuh. Dan detik berikutnya Sakura menutup kotak tersebut dan mengembalikannya kepada Gaara.
"Simpanlah, hanya istrimu kelak yang berhak menerimanya," Gaara diam, masih enggan untuk mengambil kotak yang dikembalikan oleh Sakura kepada dirinya.
"Kumohon," Sakura memohon, dan hal tersebut dapat mengubah niat Gaara yang awalnya enggan menerima penolakan Sakura, akhirnya dengan terpaksa Gaara menerima kembali hadiah yang telah ditolak oleh Sakura.
"Aku mencintaimu," Gaara berkata demikian, ia tidak menginginkan hal lebih. Hanya ingin meluapkan perasaannya kepada gadis yang dicintainya.
Sakura tersenyum samar, dan Gaara mengerti, sebuah senyuman formalitas untuk Gaara.
"Aku tak pernah mengerti mengapa kau yang selalu ada dan mengerti diriku tidak bisa mengisi kekosongan dalam jiwaku," Sakura menunduk, meremas roknya. Dirinya berusahan untuk tidak menangis karena perasaan bersalah yang tiba-tiba mencuat dari dalam logika dan perasaannya.
"Kau tahu, jauh disana ada yang lebih mengerti dirimu daripada pria di depannmu," Sakura mendongak. Haruskah perasaan Sakura begitu egois, menghancurkan hati Gaara yang begitu mencintainya.
Bahkan, disaat harapan Gaara telah dilenyapkan olehnya, senyum itu tetap terpatri untuk Sakura.
Semua yang ada dalam diri Gaara terlihat baik-baik saja, namun terhunus pisau belati dalam jiwanya.
"Gomen," Sakura berkata pelan, namun cukup dapat didengar oleh pemuda berwajah baby face di depannya.
"Ada yang salah?" Gaara bertanya, seolah-olah semua terlihat sangat natural dan baik-baik saja.
"Aku telah menyakitimu,maafkan aku," Detik itu juga Gaara menoleh ke kanan. Menghindari tatapan emerlad milik Sakura, dan kembali menatap Sakura.
Gaara tersenyum lembut kepada Sakura,
"Bukankah, kau sudah terlambat?,"Dan selanjutnya Sakura terburu-buru membereskan barang-barangnya. Berkata maaf dan terimakasih, setelahnya berlalu meninggalkan pria dengan kerapuhan dalam hati kecilnya.
Apakah salah mencintai seseorang?