19 Juni 2020
Spring Haru, 03.00 p.m"Tenanglah,Sakura," Gadis bersurai pirang beringsut untuk duduk di tepi ranjang Sakura dan mengusap lembut bahu sahabatnya, berusaha untuk menenangkannya.
Di depan gadis bersurai soft pink, Mebuki menatap putrinya dengan prihatin. Hanya saja, Mebuki tidak bisa menyalahkan Sasuke karena menurut dirinya, Sakura adalah pihak yang bersalah disini. Jadi, Mebuki hanya berusaha menenangkannya selagi bisa.
"Minumlah," Mebuki memberikan segelas air jahe hangat untuk Sakura, dan putrinya menerimanya dengan seulas senyum samarnya.
Ia meminumnya dan sedikit ketenangan mengalir di dalam dirinya. Terhitung satu bulan Sakura melewatinya dan semuanya tidaklah berjalan baik-baik saja.
Ia menoleh menatap presensi sahabatnya-Ino, yang begitu mengkhawatirkan dirinya.
"Pig, sejak kapan kau sekhawatir ini?," Ino mendengus kesal. Disaat sedih begini, sahabatnya masih sempat untuk meledek dirinya, dan memanggilnya 'pig', ini tidak bisa dimaafkan.
Ino merotasikan bola matanya malas, tanpa ingin membalas perkataan sahabatnya.
"Sakura, kau harus bangkit" Ibu Sakura-Mebuki memberikan nasehatnya, refleks Sakura dan Ino menoleh menatap presensi Mebuki.
"Kau lihat?," Ino menyahut, bermaksud untuk memojokkan Sakura. Memang benar, hanya sahabat yang berani 'menghina' sahabatnya disaat kesusahan, dan yang menjadi terdepan dalam membantunya.
Sakura berdecak sebal, dan menatap tajam sahabatnya, "apa kau lupa siapa yang ingin keluar sekolah hanya karena tidak ingin bertemu dengan Sai, huh?," 1:1, Keduanya impas bukan.
Ino tertawa konyol, menutupi perasaan malunya di depan Ibu Sakura. Dan Mebuki hanya terkekeh pelan menanggapi cercaan yang ditunjukkan kepada Ino. Membuatnya merasa sedang nostalgia sekarang.
"Kalian nanti turunlah, Kaa-san akan memasak untuk kalian," Ino dan Sakura mengangguk kepalanya dengan cepat ketika mendengar kata 'memasak' yang akan selalu dikaitkan dengan makan.
I love eat.
Sakura menyodorkan gelas yang isinya telah tandas kepada Ino, bermaksud meminta kepada Ino untuk meletakkan gelas tersebut di meja yang berada di samping kiri Ino.
Namun, yang dilakukan Ino adalah menyeruput gelasnya. Mengira, bahwa Sakura menyisakan sedikit jahe hangat untuk dirinya.
"Sudah habis,pig." Lantas Ino, meletakkan gelas tersebut di meja yang berada tepat di samping kirinya. Setelahnya, beralih menatap Sakura yang tampak benar-benar kacau sekarang.
Rambutnya yang tidak tertata rapi, wajah tanpa make up nya yang terlihat begitu lelah, ditambah sisa lelehan liquid bening yang menggenang di pelupuk emerladnya. Sakura sangat kacu sekarang.
"Apa dirimu menangisinya setiap malam?," Sakura menoleh, ketika indra pendengarannya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ino untuk dirinya. Apalagi berkaitan dengan pria yang menolaknya.
Sakura menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya, dan sahabatnya tidak bisa untuk langsung mempercayainya.
Ino tidak lagi mengusap bahu Sakura, beralih untuk menggenggam tangan rapuh milik sahabatnya.