-*-
Ketika ditanya kapan menikah, pasti bingung bagaimana menjawabnya karena belum terpikirkan siapa yang akan menjadi pasangan hidup. Ditambah, masih terjebak di masa lalu —di mana hati pernah terluka dan tertinggal.
Begitu pula dengan wanita yang sudah cukup usia untuk menikah —di negara Asia ini. Siapa lagi kalau bukan Falisha, putri pertama dari pasangan suami-istri yang merupakan keturunan Jawa dengan adat kental.
Bagi Bapak Joko dan Ibu Ani, dua puluh lima tahun itu sudah dianggap telat menikah dan bisa menyebabkan putri pertamanya itu kesulitan mendapatkan jodoh. Sebab, dalam adat Jawa —banyak hal-hal yang bisa menjadi sebab akibat dari telatnya menikah.
Namun, wanita dengan hijab segitiga warna biru dongker itu —Falisha, sudah kebal dengan ocehan orang tuanya terutama sang Ibu. Ya... walau hanya sebuah pertanyaan tapi bermakna tuntutan.
Kapan kamu mau menikah?
— hampir setiap hari Falisha mendengar pertanyaan itu. Dan parahnya lagi, bukan hanya dari orang tuanya tapi adik dan tetangga pun menanyakan hal yang sama.
Beruntung Falisha memiliki mental yang cukup kuat, jadi dia hanya bisa menghela napas panjang lalu mengabaikan ocehan mereka. Tapi, yang namanya telinga bisa mendengar dan hati merasakan —Falisha tetap saja kepikiran dengan itu semua.
"Mbak, tadi siapa?" tanya Diana dari anak tangga.
Falisha menggedikkan bahunya santai. "Nggak tau dan nggak mau tau," jawabnya.
"Ck, ditanya jugaan. Pasti dia kan? Mas Rigel!" tebak Diana dengan pasti.
Merasa ada yang aneh, Falisha menatap Diana penuh dengan tanda tanya. "Jangan bilang, kamu yang nyuruh dia ke sini ya? Buat apa sih, An!"
"Kamu nggak tau apa kalau Mbak susah payah nyoba buat ngelupain dia. Kamu nggak liat usaha Mbak? Mau kamu tuh apasih?!" lanjut Falisha dengan emosi.
Sudah cukup Falisha menahan segala yang dia rasakan saat ini. Wanita berparas manis itu mencoba menutupi perasaan sebenarnya. Siapa yang tidak sakit hati? Mendapatkan fakta bahwa seseorang yang dia cintai, berpaling dan mengkhianatinya.
Diana menyusul Falisha yang berlari ke kamarnya. Maksud perempuan yang biasa disapa An itu adalah, dia ingin membantu sang kakak agar bisa memaafkan dirinya sendiri dan melanjutkan hidup.
"Mbak, bukan maksud aku pengen buat Mbak gagal move on. Cuma... aku mau Mbak bisa maafin diri Mbak sendiri. Mbak itu terjebak di masalalu karena mba selalu menyalahkan diri sendiri kan?" Diana mendekati Falisha yang tengah menangis.
Falisha tidak sepenuhnya menyalahkan Diana, adiknya. Bahkan baginya, semua perkataan Diana itu ada benarnya. Dia memang terjebak dalam masalalu. Seperti ada sesuatu yang membuatnya enggan untuk sekadar beranjak dari sana.
"An, bisa tinggalin Mbak sendiri?" pinta Falisha pada akhirnya. Ya, dia butuh waktu.
Tapi... sekali lagi. Butuh waktu sampai kapan? Hidup melajang hingga menua sendiri? Atau merelakan dirinya dilangkahi oleh Diana? Lagi-lagi Falisha dilema.
Mendengar itu, membuat Diana menghela napas panjang. Sudah biasa baginya mendapat jawaban seperti itu dari Falisha. Sebab, setiap membahas tentang dia, kakaknya itu selalu menghindar.
"Ya udah Mbak. Besok aku berangkat kerja sendiri, Azka lagi ada di asramanya." Diana mengatakan itu sambil melangkahkan tungkainya menuju pintu kamar.
Falisha tak menjawab. Pikirannya kembali tertuju pada adiknya dan kekasihnya itu. Mereka sudah cukup lama menjalin hubungan. Dia tak ingin Diana mengalami hal yang sama seperti dirinya --ditinggalkan saat lagi sayang-sayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh Bertemu | Jung Jaehyun ✓
Truyện Ngắn"Jangan memikat jika tak berani mengikat." Ketika ditanya kapan menikah, pasti bingung bagaimana menjawabnya karena belum terpikirkan siapa yang akan menjadi pasangan hidup. Ditambah, masih terjebak di masa lalu -di mana hati pernah terluka dan tert...